Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

Menumbuhkan Minat Membaca Peserta Didik dengan Pohon Literasi


Oleh : Odelia Orcelina, S.Pd., Gr.

(Guru SDI Mageloo)



CAKRAWALANTT.COM - Membaca merupakan hal penting yang perlu dibudayakan. Saat ini, di tengah era kemajuan teknologi, aktivitas membaca menjadi kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap orang. Membaca dapat menunjang kemampuan seseorang untuk memahami teks dan menyesuaikannya dengan konteks. Kebiasaan membaca yang baik dapat mempengaruhi pola pikir dan daya imajinasi seseorang. Untuk itu, budaya membaca perlu dikembangkan sejak dini.

 

Di Indonesia, kegiatan membaca berkaitan erat dengan konsep pendidikan, yakni belajar sepanjang hayat (life long education). Menurut Faradina (2017), membaca dapat diartikan sebagai kegiatan menerjemahkan dan menginterpretasikan lambang-lambang atau huruf dalam bahasa yang diresapi oleh pembaca. Kegiatan membaca berperan penting dalam proses pembelajaran di sekolah karena dapat menunjang proses transfer ilmu.

 

Dalam praktiknya, kegiatan membaca harus didukung dengan minat baca. Minat baca merupakan ketertarikan yang sangat mendalam terkait kegiatan membaca. Wahadaniah (dalam Artana, 2016) mengartikan minat baca sebagai suatu perhatian kuat dan mendalam yang disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga dapat mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri.

 

Kegiatan membaca yang dilakukan oleh peserta didik secara rutin dengan minat yang tinggi bisa membantu proses perkembangan daya nalar dan berpikir kritis. Hal itu akan membantu peningkatan kecakapan literasi peserta didik. Namun, pada kenyataannya, tidak semua peserta didik memiliki minat membaca yang tinggi, sehingga berpengaruh pada kecakapan literasi.

 

Di Sekolah Dasar Inpres (SDI) Mageloo, Kabupaten Sikka, kemampuan literasi peserta didik masih tergolong rendah. Hal itu ditunjukkan dengan perolehan rata-rata nilai pretest awal peserta didik yang berada di bawah 40. Dari 20 orang peserta didik, hanya terdapat 2 peserta didik yang memperoleh nilai 50, sedangkan yang lainnya hanya memperoleh nilai di bawah 40. Selain itu, peserta didik juga belum mampu memecahkan suatu permasalahan dalam soal-soal tes.

 

Persoalan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yakni belum adanya pembiasaan membaca, keterbatasan sarana dan prasarana (perpustakaan), situasi belajar yang kurang mendukung kemajuan literasi, serta tidak adanya role model dari pendidik terhadap peserta didik.

 

Berdasarkan persoalan tersebut, Penulis merasa perlu melakukan tindak lanjut dengan menggunakan media pohon literasi dalam pembelajaran. Pohon literasi ini berguna untuk meningkatkan kemampuan literasi peserta didik. Pohon literasi ini berperan sebagai media pembelajaran yang terbuat dari kertas yang dibentuk menjadi gambar pohon (2 dimensi) atau bisa juga terbuat dari ranting pohon kering. Nantinya, ranting tersebut akan ditambahi dengan beberapa potongan kertas berbentuk daun, bunga, dan buah (3 dimensi).

 

Pohon literasi dapat meningkatkan minat belajar dan membaca peserta didik. Kertas dengan warna mencolok yang disematkan dalam pohon literasi bisa menarik perhatian peserta didik. Ketertarikan tersebut dapat menumbuhkan minat membaca peserta didik. Selain itu, pohon literasi juga dapat membangun kreativitas peserta didik.

 

Awalnya, guru membuat daun dan buah untuk dirangkai menjadi pohon literasi. Lalu, guru merangkai kalimat dari daun dan buah tersebut. Guru juga mempraktikkan kegiatan yang berhubungan dengan tema atau materi pada pohon literasi secara kreatif. Peserta didik juga diarahkan untuk membuat pohon literasi di dalam kelompok masing-masing dan menggunakan penalarannya untuk menyelesaikan masalah.

 

Dalam praktiknya, pohon literasi dapat digunakan secara individual maupun berkelompok. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut. Pertama, Penulis menyampaikan materi, seperti sistem organ pernapasan pada manusia. Melalui materi ini, peserta didik dapat mengidentifikasi organ pernapasan pada manusia dan menunjukkan sistem pernapasan pada manusia melalui bagan. Pada saat menyampaikan materi, Penulis telah menyiapkan sebuah pohon kering.

 

Kedua, Penulis membagi peserta didik ke dalam 4 kelompok. Masing-masing kelompok diberi nama sesuai organ pernapasan pada manusia, yakni faring, laring, trakea, dan bronkus. Pembagian kelompok tersebut didasari oleh tingkat kemampuan peserta didik dan jenis kelamin. Masing-masing kelompok diminta untuk menentukan pengurus guna memperlancar kegiatan diskusi.

 

Ketiga, Penulis membagikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berupa bacaan tentang sistem organ pernapasan pada manusia. Penulis juga membagikan potongan kertas berwarna yang telah dibentuk seperti daun dan buah untuk diikat pada pohon literasi. Masing-masing kertas daun dan buah diikat dengan bening kecil. Kemudian, peserta didik secara berkelompok berdiskusi untuk membaca dan menuliskan kalimat-kalimat penting yang terdapat dalam bacaan pada guntingan kertas daun dan buah tersebut.

 

Keempat, peserta didik secara berkelompok dan bergantian mempresentasikan hasil diskusi dengan mengikat potongan kertas daun dan buah pada ranting-ranting pohon. Sedangkan, beberapanya diminta untuk membaca setiap tulisan yang terdapat pada guntingan kertas yang berbentuk daun dan buah, serta menanggapi hasil diskusi dari kelompok lain.

 

Setelah memanfaatkan pohon literasi, kemampuan literasi peserta didik mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai sebesar 70. Perubahan yang terjadi ini tidak terlepas dari meningkatnya minat membaca peserta didik. Di sisi lain, Penulis juga menerapkan metode pembelajaran terbimbing untuk mendukung peningkatan kemampuan literasi.

 

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pohon literasi berperan sangat efektif untuk meningkatkan minat membaca peserta didik. Mereka juga dapat belajar berpikir kritis, aktif, dan kreatif dalam memahami materi pembelajaran. Dengan begitu, mereka bisa melatih kemampuan berpikir, menganalisa, dan menulis secara optimal. (MDj/red)


Post a Comment

0 Comments