Para mahasiswa saat berdiskusi dengan pihak BPBD Provinsi NTT. |
Kupang, CAKRAWALANTT.COM - Kelompok mahasiswa semester V, Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, melakukan observasi lahan pertanian yang kering akibat kurangnya ketersediaan air di Desa Mata Air, Kampung Oebaun, Kelurahan Tarus, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Senin (11/11/2024).
Krisis air merupakan salah satu kondisi di mana adanya
ketidakseimbangan antara ketersediaan air bersih dan permintaan air bersih.
Pertanian merupakan sektor yang paling tergantung pada pasokan air yang memadai
untuk produksi pangan.
Air adalah sumber daya yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup manusia dan pertumbuhan tanaman. Namun, saat ini, krisis air
tidak hanya mempengaruhi pasokan air minum, melainkan juga berdampak signifikan
pada sektor pertanian.
Masyarakat yang tidak memiliki sumur pribadi lebih
merasakan krisis air dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki sumur
pribadi. Kurangnya ketersediaan air tersebut mengakibatkan kebutuhan mereka
kurang terpenuhi khususnya dalam bidang pertanian.
“Masyarakat yang tidak memiliki sumur sendiri lebih
merasakan kesusahan air. Banyak masyarakat yang memilih untuk mengambil air di
tetangga yang mempunyai sumur pribadi atau memesan air tangki demi pemenuhan kebutuhan hidup mereka sehari-hari,” ujar
Paul, Ketua RT 14 C.
Ia juga menambahkan, ada petani yang tidak lagi
mengelola sawah karena saluran air tidak dapat mengairi sawah mereka yang
letaknya lebih tinggi. Hal ini yang menyebabkan terjadinya lahan kering akibat
krisis air.
Memberikan Edukasi bagi Masyarakat
Menanggapi kondisi krisis air tersebut, Analis pada
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT),
Richard Peter Leonard Pelt, mengatakan bahwa terdapat tiga fase dalam
penanganan bencana, yaitu pra bencana, saat bencana, dan pascabencana.
“Kami melakukan aksi antisipasi yang merupakan
pelaksanaan bagaimana kita melakukan penanganan, yaitu dengan melakukan edukasi
kepada masyarakat yang terdampak krisis air. Cara yang dilakukan, yaitu
pola hemat air, pelaksanaan distribusi air, dan melakukan program tanam air, panen
air,” jelasnya.
Krisis air di Kupang memiliki dampak yang mendalam
terhadap sektor pertanian yang mempengaruhi produksi, pendapatan, dan ketahanan
pangan. Dengan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan adaptasi terhadap
perubahan iklim, kolaborasi dengan berbagai sektor, dan pemberdayaan petani, masyarakat
dapat membangun ketahanan yang lebih baik terhadap tantangan yang ditimbulkan
oleh krisis air. (Fransiska Delsita Dama/MDj/red)
0 Comments