Cinta di Ujung Malam
Puisi
Yosep L. Lanang
Senja
bergulung keperaduannya.
Selimut
malam membentang kelabu,
kesepian
terus menggigit sukma,
lara
terkoyak dalam balutan sepi.
Aku
terdiam dalam balutan kisah pilu,
menyisakan
rindu yang tak pasti,
mengais
cinta yang pergi,
entah
di mana rimbanya.
Dada
ini terasa bergetar,
mengenang
senja di ufuk barat.
Ketika
indah terasa bahagia,
canda
dan tawa terus bergulung
mengikuti
nada ombak
seakan
tak henti.
Kini,
dalam
balutan kisah yang hilang,
aku
tersentak dalam nada semangat,
melukis
gambar senja
pada
helai kertas yang kusut
untuk
senja yang mengukir bahagia
sekaligus
tangis.
Pada
helai kertas yang koyak,
kutulis
sajak rindu
agar
senja bisa dikenang
juga
disyukuri
bahwa
senja itu indah dipandang,
tetapi
sakit bila dinikmati.
Sosok
Puisi Maria Klascika M. Tani
Mata
sipitmu yang indah
selalu
menatapku
dengan
kejam dan penuh marah.
Bila
aku membuat salah,
bibir
manismu selalu mengeluarkan
bahasa
kasar dan melukai hatiku.
Tapi,
hatimu tidak kejam dan kasar,
melainkan
hatimu mulia seperti malaikat.
Tanpamu,
aku tidur tanpa selimut
yang
menghangatkan tubuhku
saat
aku kedinginan.
Aku
akan meminta kepada Yang Maha Tinggi
agar
memberikanmu waktu yang lebih lama lagi
untuk
bersamaku didunia ini.
Beda
Puisi Maria Fatima Haki Tonbesi
Tertawalah
untuk menutupi lukamu
yang
begitu pedih.
Bahagialah!
Kau sudah di sana.
Maaf,
bila aku selalu melukaimu.
Kepadamu,
aku tak bisa membalas
semua
jasa dan kebaikanmu,
karena
kau telah tiada
saat
aku masih dikejar ilmu.
Kepada
Tuhan, aku berdoa,
semoga
engkau diberikan tempat terbaik,
Ibuku.
Bulan
Puisi Amida Aulia Kasih Suwondo
Bulan.
. .
Kau
datang membawa cahaya dalam gelap,
datang
membawa keindahan pada gelap,
tapi
kenapa gelap itu tidak pergi,
kenapa
keindahan itu tidak membuatku senang.
Apakah
aku masih menginginkan matahari?
Padahal
matahari selalu membuatku sakit.
Kenapa
aku hanya menunggu matahari
yang
selalu menyakitiku?
Bulan.
. .
Jika
kau ingin tinggalkan malam,
maka
pergilah!
Karena
cahaya dan keindahanmu
tak
pantas untukku
yang
selalu menanti matahari
yang
selalu menyakitiku.
Maafkan
aku, bulan,
karena
aku tidak bisa
melihat
cahaya dan keindahan
yang
kau berikan dengan tulus.
Sekilas
tentang Dia
Puisi Laurensia V. Hunu
Senja
yang indah,
tapi
hanya sementara,
seakan
hanya memberikan keindahan
yang
bersama sementara.
Entahlah.
. .
Aku
bingung, apakah aku menyukainya?
Atau
hanya menikmati keindahannya?
Keindahan
itu sementara,
tetapi,
ia selalu hadir lagi
seakan
membawa harapan yang baru,
membawa
harapan baru
yang
pada akhirnya tenggelam
bersama
angan yang tak ingin usai.
Teruntuk
Dia
Puisi Elisabeth Mardila Teme
Teruntuk
dia,
Deretan
kata yang kurangkai ini
menjadikan
itu bait-bait sastra
dengan
sejuta makna di dalamnya.
Sastra
itu kutulis dengan pena bertinta
menyirat
rasa yang bergolak di dada
yang
mungkin biasa saja,
tetapi,
aku menyukainya.
Aku
menyukai apapun itu
yang
bukan hanya sebatas kata dan rasa.
Aku
ingin membuatnya sempurna
dalam
deretan prosa yang kupunya.
Dia.
. .
Seutas
kata tentang makna
yang
kupelajari sepenuh hati
dari
suatu hal berharga,
bernama
cinta.
Cinta
itu istimewa
yang
mampu mengukir tawa
sekaligus
luka.
Ia
sulit kulukis dalam lisan
Dia
adalah alasan,
mengapa
aku tetap bertahan
dengan
ribuan perasaan
yang
menuntutku untuk pulang.
Dia
adalah nada indah
di
kala lara menyapa.
Dia
adalah samudera
yang
ingin kujelajahi.
Dia
adalah cerita
yang
belum ditakdirkan.
Terima
kasih kuucapkan pada nyawa
yang
mampu bertahan
dengan
raga yang berselimut lara.
Kamu
Puisi Katarina Modesta Meko
Di
sini senja jatuh perlahan
membawa
sunyi yang sulit kuucapkan.
Langkahku
tak terdengar lagi,
tapi
bayanganmu abadi
mengalir
dalam kenangan menemanimu.
Rindu
ini seperti ombak yang tak pernah surut
mengantarkan
doa yang tak kunjung berhenti.
Terima
kasih, Ayah,
untuk
cinta dan bimbinganmu.
Hanya
Sesaat
Puisi Mario Liberti Dacosta
Senja.
. .
Kau
begitu indah saat dipandang,
meski
hanya sesaat,
dikau
datang membawa luka
yang
menggores sukma hingga terluka.
Senja.
. .
Kaulah
masa laluku.
Haruskah?
Puisi Maria E. Oematan
Hari-hari
menyambut pagi,
pergi
melewati hari-hari yang sulit,
mengejar
waktu untuk membahagiakan.
Seperti
matahari yang selalu menerangi hari,
tak
lelah dirimu?
Hanya
membuang-buang waktu.
Terkadang,
bila membutuhkan sandaran,
dikau
hanya diam berpura-pura,
seolah
tidak merasakan apapun.
Haruskah
begitu?
Guru
Puisi
Yohana Olvi Nainahas
Di
balik papan tulis dengan coretan ,
ada
sosok bijak pemandu harapan.
Dengan
sabar membentuk langkah kita,
membuka
jendela ilmu, bersinar menerangi dunia.
Dengan
suara yang begitu lembut,
ada
cerita tidak berujung.
Dari
setiap kata yang diucapkan,
tertanam
benih ilmu di benak kami,
membentuk
karakter dan sikap diri.
Di
tengah tantangan, engkau tidak kenal lelah,
memberikan
semangat bagai api,
mengukir
masa depan kami
dengan
cinta yang nyata.
Guru,
engkau cahaya dalam kegelapan.
Guru,
engkau inspirasiku sepanjang hayat.
Wanita
Terhebatku
Puisi Petronela Lejaria
Sosok
pahlawan yang terhebat.
Ia
tegas dan penuh cinta
mendidikku
dan mencintaiku.
Banyak
sudah kecewamu,
dan
seluruh pergolakanku.
Kau
adalah keutamaanku
dan
alasan aku terus belajar.
Ibu,
kaulah wanita terhebatku
yang
pernah aku temui.
(red)
0 Comments