Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

Bulan (Puisi-puisi Peserta Didik SMA Negeri Manamas)



Cinta di Ujung Malam

Puisi Yosep L. Lanang

 

Senja bergulung keperaduannya.

Selimut malam membentang kelabu,

kesepian terus menggigit sukma,

lara terkoyak dalam balutan sepi.

 

Aku terdiam dalam balutan kisah pilu,

menyisakan rindu yang tak pasti,

mengais cinta yang pergi,

entah di mana rimbanya.

 

Dada ini terasa bergetar,

mengenang senja di ufuk barat.

Ketika indah terasa bahagia,

canda dan tawa terus bergulung

mengikuti nada ombak

seakan tak henti.

 

Kini,

dalam balutan kisah yang hilang,

aku tersentak dalam nada semangat,

melukis gambar senja

pada helai kertas yang kusut

untuk senja yang mengukir bahagia

sekaligus tangis.

 

Pada helai kertas yang koyak,

kutulis sajak rindu

agar senja bisa dikenang

juga disyukuri

bahwa senja itu indah dipandang,

tetapi sakit bila dinikmati.

 

Sosok

Puisi Maria Klascika M. Tani

 

Mata sipitmu yang indah

selalu menatapku

dengan kejam dan penuh marah.

Bila aku membuat salah,

bibir manismu selalu mengeluarkan

bahasa kasar dan melukai hatiku.

 

Tapi, hatimu tidak kejam dan kasar,

melainkan hatimu mulia seperti malaikat.

Tanpamu, aku tidur tanpa selimut

yang menghangatkan tubuhku

saat aku kedinginan.

 

Aku akan meminta kepada Yang Maha Tinggi

agar memberikanmu waktu yang lebih lama lagi

untuk bersamaku didunia ini.

 

Beda

Puisi Maria Fatima Haki Tonbesi

 

Tertawalah untuk menutupi lukamu

yang begitu pedih.

Bahagialah! Kau sudah di sana.

Maaf, bila aku selalu melukaimu.

Kepadamu, aku tak bisa membalas

semua jasa dan kebaikanmu,

karena kau telah tiada

saat aku masih dikejar ilmu.

Kepada Tuhan, aku berdoa,

semoga engkau diberikan tempat terbaik,

Ibuku.

 

Bulan

Puisi Amida Aulia Kasih Suwondo

 

Bulan. . .

Kau datang membawa cahaya dalam gelap,

datang membawa keindahan pada gelap,

tapi kenapa gelap itu tidak pergi,

kenapa keindahan itu tidak membuatku senang.

 

Apakah aku masih menginginkan matahari?

Padahal matahari selalu membuatku sakit.

Kenapa aku hanya menunggu matahari

yang selalu menyakitiku?

 

Bulan. . .

Jika kau ingin tinggalkan malam,

maka pergilah!

Karena cahaya dan keindahanmu

tak pantas untukku

yang selalu menanti matahari

yang selalu menyakitiku.

 

Maafkan aku, bulan,

karena aku tidak bisa

melihat cahaya dan keindahan

yang kau berikan dengan tulus.

 

Sekilas tentang Dia

Puisi Laurensia V. Hunu

 

Senja yang indah,

tapi hanya sementara,

seakan hanya memberikan keindahan

yang bersama sementara.

 

Entahlah. . .

Aku bingung, apakah aku menyukainya?

Atau hanya menikmati keindahannya?

Keindahan itu sementara,

tetapi, ia selalu hadir lagi

seakan membawa harapan yang baru,

membawa harapan baru

yang pada akhirnya tenggelam

bersama angan yang tak ingin usai.

 

Teruntuk Dia

Puisi Elisabeth Mardila Teme

 

Teruntuk dia,

Deretan kata yang kurangkai ini

menjadikan itu bait-bait sastra

dengan sejuta makna di dalamnya.

 

Sastra itu kutulis dengan pena bertinta

menyirat rasa yang bergolak di dada

yang mungkin biasa saja,

tetapi, aku menyukainya.

 

Aku menyukai apapun itu

yang bukan hanya sebatas kata dan rasa.

Aku ingin membuatnya sempurna

dalam deretan prosa yang kupunya.

 

Dia. . .

Seutas kata tentang makna

yang kupelajari sepenuh hati

dari suatu hal berharga,

bernama cinta.

 

Cinta itu istimewa

yang mampu mengukir tawa

sekaligus luka.

Ia sulit kulukis dalam lisan

 

Dia adalah alasan,

mengapa aku tetap bertahan

dengan ribuan perasaan

yang menuntutku untuk pulang.

 

Dia adalah nada indah

di kala lara menyapa.

Dia adalah samudera

yang ingin kujelajahi.

Dia adalah cerita

yang belum ditakdirkan.

 

Terima kasih kuucapkan pada nyawa

yang mampu bertahan

dengan raga yang berselimut lara.

 

Kamu

Puisi Katarina Modesta Meko

 

Di sini senja jatuh perlahan

membawa sunyi yang sulit kuucapkan.

Langkahku tak terdengar lagi,

tapi bayanganmu abadi

mengalir dalam kenangan menemanimu.

 

Rindu ini seperti ombak yang tak pernah surut

mengantarkan doa yang tak kunjung berhenti.

Terima kasih, Ayah,

untuk cinta dan bimbinganmu.

 

Hanya Sesaat

Puisi Mario Liberti Dacosta

 

Senja. . .

Kau begitu indah saat dipandang,

meski hanya sesaat,

dikau datang membawa luka

yang menggores sukma hingga terluka.

 

Senja. . .

Kaulah masa laluku.

 

Haruskah?

Puisi Maria E. Oematan

 

Hari-hari menyambut pagi,

pergi melewati  hari-hari yang sulit,

mengejar waktu untuk membahagiakan.

Seperti matahari yang selalu menerangi hari,

tak lelah dirimu?

Hanya membuang-buang waktu.

Terkadang, bila membutuhkan sandaran,

dikau hanya diam berpura-pura,

seolah tidak merasakan apapun.

Haruskah begitu?

 

Guru

Puisi Yohana Olvi Nainahas

 

Di balik papan tulis dengan coretan ,

ada sosok bijak pemandu harapan.

Dengan sabar membentuk langkah kita,

membuka jendela ilmu, bersinar menerangi dunia.

 

Dengan suara yang begitu lembut,

ada cerita tidak berujung.

Dari setiap kata yang diucapkan,

tertanam benih ilmu di benak kami,

membentuk karakter dan sikap diri.

 

Di tengah tantangan, engkau tidak kenal lelah,

memberikan semangat bagai api,

mengukir masa depan kami

dengan cinta yang nyata.

 

Guru, engkau cahaya dalam kegelapan.

Guru, engkau inspirasiku sepanjang hayat.

 

Wanita Terhebatku

Puisi Petronela Lejaria

 

Sosok pahlawan yang terhebat.

Ia tegas dan penuh cinta

mendidikku dan mencintaiku.

 

Banyak sudah kecewamu,

dan seluruh pergolakanku.

Kau adalah keutamaanku

dan alasan aku terus belajar.

 

Ibu, kaulah wanita terhebatku

yang pernah aku temui.


(red)


Post a Comment

0 Comments