Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

Bedah Buku Filsafat Dekonstruksi, Yoseph Riang Ajak Mahasiswa Bersikap Kritis

Dokumentasi kegiatan.

 

Kupang, CAKRAWALANTT.COM - Dosen Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang sekaligus Penulis Buku “Filsafat Dekonstruksi: Tesis-tesis Kunci, Tinjauan, dan Kritik Pandangan Jacques Derrida”, Pater Yoseph Riang, SVD., S.Fil., M.Th., M.I.Kom., mengajak mahasiswa untuk berpikir kritis di era saat ini.

 

Hal itu diutarakan Pater Yoseph di depan para mahasiswa saat melaksanakan kegiatan bedah buku miliknya di Aula St. Paulus, Gedung Rektorat, Kampus Penfui, Kamis (21/11/2024). Menurutnya, mahasiswa saat ini sering merasa takut untuk mempertanyakan sesuatu apalagi berdiskusi dan berdebat dalam ruang-ruang akademis.

 

“Mereka bahkan takut berdikusi dengan dosen karena merasa kecil dalam diri sehingga meruntuhkan semangat untuk bersikap kritis,” ujarnya.

 

Ia menambahkan, lembaga pendidikan seharusnya membangun keterbukaan dan kultur akademik, sehingga mahasiswa dapat terus mempertanyakan setiap pengetahuan dan mengawalnya dengan baik. Nantinya, sambung Pater Yoseph, ketika para mahasiswa berhadapan dengan berita atau informasi yang tidak benar, mereka dapat berpikir kritis terhadap apa yang diterima.

 

“Lembaga pendidikan harus membangun keterbukaan dan diskusi, sehingga ilmu pengetahuan perlu dipertanyakan dan dikritisi supaya para mahasiswa betul menemukan suatu kebenaran,” tukasnya.

 

Lebih lanjut, Pater Yoseph menerangkan, melalui kegiatan bedah buku tersebut, para mahasiswa bisa mengembangkan cara berpikir kritis melalui teropong filsafat dekonstruksi Derrida yang menganjurkan cara dan langkah untuk mendeteksi kontradiksi dalam politik teks. Dengan begitu, para mahasiswa bisa mencapai kesadaran yang lebih tinggi akan adanya bentuk-bentuk inkonsistensi dalam teks.

 

“Hal paling utama dalam Derrida adalah mempertanyakan kemampuan bahasa untuk merepresentasikan realitas secara memadai untuk memahami ideologi yang mendasari sebuah teks. Penafsiran pembaca lebih penting daripada maksud penulis,” pungkasnya. (Tommy Seke/MDj/red)

 


Post a Comment

0 Comments