Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

Asa Membangun Generasi itu Bergema di Watupedar

Salah satu peserta workshop sedang memaparkan karya tulisnya.


Sikka, CAKRAWALANTT.COM - Pepohonan rindang masih melambai-lambai tatkala hembusan angin bersiul merdu di antara dedaunannya. Di beberapa sudut jalan, air pegunungan membasahi lereng-lereng bukit yang dibalut kabut tipis khas daerah puncak. Sepanjang jalan, wangi cengkeh sangat mewangi menusuk indera penciuman. Maklum, di bulan September ini, rempah asli Indonesia itu sedang menjadi primadona karena bertepatan dengan masa panennya.

 

Di antara suburnya kekayaan alam tanah Flores itu, berdirilah Watupedar, sebuah dusun yang terletak di Kecamatan Doreng, Kabupaten Sikka. Pada pagi hari, di sela-sela kesibukan masyarakat setempat, anak-anak di desa tersebut beramai-ramai berjalan kaki menuju sekolah guna mengenyam ilmu. Tidak ada kata lelah untuk mengukir mimpi dalam ruang-ruang pendidikan.

 

Di tempat tersebut, terdapat sebuah Sekolah Dasar (SD) yang berada di sekitar lereng bukit, yakni SD Negeri Watupedar. Sekolah yang beralih status dari swasta menjadi negeri tersebut menjadi wadah pendidikan bagi anak-anak di Desa Watumerak dan sekitarnya. Meskipun berada di pinggiran Kota Maumere, Kabupaten Sikka, asa untuk membangun generasi di tempat ini sangat terasa.

 

“Banyak kesulitan yang dihadapi di setiap proses pembelajaran. Banyak juga tantangannya. Tidak mudah membangun minat belajar peserta didik, apalagi yang terasa sulit,” tukas seorang guru yang sedang fokus mengetik narasi-narasi di laptopnya.

 

“Kesulitan dan tantangan itu bisa diatasi apabila ada aksi dan solusi yang tepat. Namun, semua itu harus sesuai dengan kondisi di sekolah atau pembelajaran masing-masing,” jawab saya saat sedang mendampingi seorang guru.



Diskusi kami pagi itu merupakan bagian dari rangkaian kegiatan workshop penulisan esai ilmiah berbasis pengalaman pembelajaran bagi kelompok guru se-gugus Pelibaler dan Eha, Kecamatan Doreng. Guru-guru yang berpartisipasi berasal dari sekolah-sekolah dasar di kedua gugus tersebut.

 

Ada yang berasal dari SD Negeri Watupedar, SD Negeri Hamar, SD Inpres Pelibaler, SD Negeri Waidahi, SD Negeri Watulagar, SD Negeri Wairheli, SD Katolik Kloangpopot, SD Negeri Wodonwair, dan SD Negeri Aiwuat. Semua peserta hadir dengan satu misi utama, yakni meningkatkan kompetensi guna mewujudkan pendidikan yang bermutu.

 

Sedangkan, saya dan seorang teman, Mustakim, bertugas sebagai narasumber/formator. Kami merupakan perwakilan Yayasan Rumah Literasi Cakrawala yang berkolaborasi bersama Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga (PKO) Kabupaten Sikka untuk bergerak bersama membangun pendidikan yang bermutu di Kabupaten Sikka melalui penguatan budaya literasi.

 

Pada kesempatan tersebut, para guru yang berpartisipasi sebagai peserta workshop diarahkan dan dibimbing untuk menyusun esai ilmiah berbasis pembelajaran. Di dalamnya, mereka melakukan refleksi atas situasi yang tengah dihadapi dalam kegiatan pembelajaran dan menentukan aksi guna mengatasi persoalan yang selalu menerpa proses pembelajaran di dalam kelas.



Aksi-aksi yang dinarasikan tentu tidak terlepas dari praktik-praktik baik yang mereka lakukan atau rencanakan guna membangun pembelajaran yang menyenangkan, menarik, dan berorientasi pada peserta didik. Tentunya, hal ini sesuai dengan konsep Kurikulum Merdeka yang selalu menekankan pengembangan potensi peserta didik secara maksimal.

 

Kegiatan tersebut berlangsung di SD Negeri Watupedar selama tiga hari, yakni pada 9-11 September 2024. Berbeda dari pola pemaparan materi yang berkutat pada teori semata, workshop ini memberikan kebebasan bagi para guru untuk menuangkan semua situasi, tantangan, aksi, dan refleksi terhadap proses pembelajaran dalam sebuah esai. Semuanya harus dikemas sesuai alur penulisan yang disepakati, sehingga para guru bisa menarasikan setiap gagasan secara objektif, subtantif, dan tepat sasaran.

 

Ermelinde Nona Erna, S.Pd.SD., selaku koordinator kegiatan, mengatakan, kegiatan tersebut diharapkan dapat berimbas pada peningkatan kompetensi dan penguatan literasi di kalangan guru. Tidak hanya itu, ia juga mengajak para guru untuk mampu mewujudnyatakan semua narasi tersebut ke dalam ruang-ruang kelas yang kelak bisa memberikan warna baru bagi pembelajaran.

 

“Tidak hanya habis pada kegiatan menulis semata, tetapi juga menjadi komitmen para guru untuk menerapkannya secara konsisten di dalam kelas,” ujar Kepala SD Negeri Watupedar yang juga mengembang tugas sebagai Kepala Sekolah Penggerak Angkatan 3.



Memang benar, pernyataan yang dilontarkan oleh Ermelinde tersebut adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh para guru. Guru sudah seharusnya mengembangkan diri dan meningkatkan kompetensinya dengan baik, sehingga bisa mengajar, mendidik, menginspirasi, dan menggerakkan peserta didik sesuai tuntutan masa kini.

 

Senada dengan itu, Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Kecamatan Doreng, Oliva Bala, S.Pd.SD., juga mendukung terwujudnya guru yang mampu mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik. Selain itu, menurutnya, salah satu aspek yang memang harus ditingkatkan di kalangan para guru adalah literasi. Literasi, ungkapnya, merupakan bagian penting dalam asesmen nasional yang harus diperhatikan secara serius.

 

“Literasi itu penting sekali bagi para guru. Bagaimana anak-anak mau membaca atau menulis bila gurunya tidak memiliki kompetensi yang baik. Guru harus memberikan contoh yang baik,” tukasnya.

 

Pada dasarnya, literasi adalah kemampuan atau kecakapan dalam melihat atau membaca fenomena, menganalisis situasi atau akar persoalan, menemukan solusi penyelesaian, dan melakukan refleksi atas kondisi yang tengah dihadapi. Kemampuan atau kecakapan itu wajib dimiliki oleh setiap orang, tanpa terkecuali, demi terciptanya generasi yang literat.

 

Di sisi senada, Elizabeth Sulzby, seorang pakar literasi usia dini, mendefinisikan literasi sebagai kemampuan yang berhubungan dengan keaksaraan. Keaksaraan itu merujuk pada kemampuan berbahasa yang dijabarkan lebih spesifik sebagai membaca dan menulis. Membaca berguna untuk menambah asupan pengetahuan bagi cara berpikir seseorang. Sedangkan, menulis bertujuan untuk melahirkan gagasan-gagasan bermutu yang bisa menginspirasi atau menggerakkan orang lain.

 

Penguatan kecakapan membaca dan menulis secara langsung berpengaruh besar bagi kemampuan atau kecakapan literasi seseorang, apalagi seorang guru. Guru yang gemar membaca bisa memperoleh begitu banyak informasi dan pengetahuan yang bisa mendukungnya dalam upaya transfer ilmu kepada peserta didik. Sedangkan, guru yang intens menulis bisa memberikan teladan dan inspirasi bagi para peserta didik untuk berpikir secara logis dan sistematis.



Kepala Bidang Pembinaan SD pada Dinas PKO Kabupaten Sikka, M. Mustari Ipir, sangat mengharapkan adanya peningkatan kompetensi di kalangan para guru. Menurutnya, para guru harus mampu menjadi guru profesional di abad 21. Guru harus bermetamorfosis dan menjadi lebih maju. Hal itu, sambungnya, bisa dilakukan dengan menguatkan kemampuan atau kecakapan literasi.

 

“Pembelajaran saat ini berbeda dengan yang terjadi di masa lalu. Sekarang menekankan partisipasi peserta didik dan guru harus mampu membuka ruang itu. Namun, dibutuhkan kecakapan dan kompetensi yang mumpuni,” tukasnya saat membuka kegiatan workshop di SD Watupedar, Senin (9/9/2024).

 

Mustari berharap, para guru yang terlibat dalam kegiatan tersebut bisa menemukan berbagai praktik baik yang berguna dalam membangun pola pembelajaran yang sesuai dengan kondisi masa kini. Para guru tidak hanya berkutat pada pemaparan teori semata di dalam kelas, tetapi juga memastikan bagaimana teori tersebut dapat diaplikasikan oleh para peserta didik dalam dunia praktis.

 

Di akhir kegiatan, Kepala SD Negeri Wodonwair, Maria Hildegardis, S.Pd.SD., menyampaikan apresiasi bagi penyelenggaraan kegiatan tersebut. Menurutnya, kegiatan tersebut sangat penting bagi para guru, terutama dalam meningkatkan kompetensi masing-masing. Menulis, baginya, bisa melatih pola berpikir yang logis, kritis, dan reflektif.

 

“Selama tiga hari ini, banyak hal yang kami peroleh. Semoga para guru bisa melakukan pengimbasan dalam pembelajaran,” ungkap Guru Penggerak Angkatan 7 ini.


Pose bersama para kepala sekolah.

Selama tiga hari berlangsung, para guru sangat antusias mengikuti proses pendampingan. Masing-masing guru memaparkan hasil praktik baik yang dilakukannya dalam narasi-narasi yang ringan dan mudah dipahami. Semua itu bertujuan untuk mendukung upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa yang besar selalu lahir dari didikan tangan seorang guru. Guru yang berkualitas selalu mengemban asa untuk membangun generasi bangsa.


Singkatnya, tiga hari perjumpaan kami di SD Negeri Watupedar tersebut harus bisa mewujudkan konsep pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia. Menurut Ki Hajar, pendidikan memang seharusnya berorientasi pada peningkatan pembangunan sumber daya manusia yang cerdas dan berkarakter. 


Ing ngasa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Guru harus menjadi teladan di depan murid-muridnya, memberikan pencerahan di tengah murid-muridnya, dan mendorong murid-muridnya untuk selalu maju. Itulah asa membangun generasi yang terus bergema di Watupedar dan seluruh penjuru negeri ini. (MDj/red)

 


Post a Comment

0 Comments