Oleh : Agustina Da Crus, S.Pd.
(Guru SDK Rosa Mystica, Kota Kupang)
CAKRAWALANTT.COM - Saat ini, perkembangan dunia pendidikan terus
berlangsung dengan pesat. Berbagai perubahan terus terjadi tanpa mengenal
batas. Model dan metode pembelajaran pun mengalami kemajuan seiring dengan
pesatnya arus informasi dan referensi belajar. Guru tidak lagi menjadi pusat
pembelajaran (teacher centered),
sebab kiblat pembelajaran kini berpusat pada peserta didik (student centered) sebagai subyek
pendidikan.
Perubahan konsep pembelajaran tersebut juga terjadi
pada pembelajaran IPAS. IPAS atau Ilmu Pengetahuan Alam dan Soaial adalah ilmu
pengetahuan yang mengkaji mahkluk hidup dan benda mati di alam semesta serta
interaksinya, dan mengkaji kehidupan manusia sebagai individu sekaligus mahkluk
sosial yang berinteraksi dengan lingkungannya (https://kurikulum.kemdikbud.go.id).
Dalam pembelajaran IPAS, peserta didik diharapkan
dapat memahami semua materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Selain itu, peserta
didik juga harus berinteraksi secara aktif dalam kegiatan belajar dan mengajar.
Hal itu sesuai dengan konsep pembelajaran saat ini yang menekankan keaktifan
dan kreativitas peserta didik.
Namun, pada kenyataannya, tidak semua peserta didik
dapat mewujudkan harapan-harapan tersebut. Di Sekolah Dasar Katolik (SDK) Rosa
Mystica, Kota Kupang, terkhususnya di kelas V B, pada pembelajaran IPAS, terutama materi
sistem pernapasan dan pencernaan makanan, masih terdapat beberapa peserta didik
yang belum sepenuhnya terlibat aktif. Sesuai data, dari 24 peserta didik, hanya
5 orang yang aktif dan cepat tanggap, sedangkan yang lain enggan memberikan
umpan balik.
Berangkat dari persoalan tersebut, Penulis mencoba
untuk menerapkan salah satu model pembelajaran yang tepat sebagai solusi
meningkatkan keaktifan belajar IPAS pada peserta didik. Model pembelajaran
tersebut adalah jigsaw. Model pembelajaran
jigsaw didasarkan pada bentuk struktur multifungsi kelompok belajar yang
kemudian dapat digunakan dalam beberapa hal untuk mencapai tujuan. Struktur jigsaw
sendiri dapat menciptakan saling ketergantungan karena bersifat kooperatif
(Juniardi, 2003).
Menurut Isjoni (2009), jigsaw dapat mendorong peserta
didik untuk lebih aktif dalam berpikir dan bertindak, sehingga dapat mencapai
prestasi yang maksimal. Pada pelaksanaannya, para peserta didik akan dibagi ke
dalam kelompok-kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari beberapa anggota
ahli yang berperan sebagai informan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Adapun
beberapa langkah praktis jigsaw yang Penulis lakukan dalam kegiatan pembelajaran
IPAS di kelas adalah sebagai berikut.
Pada pertemuan pertama, Penulis menyampaikan tujuan
pembelajaran dan materi pelajaran kepada para peserta didik. Selanjutnya,
Penulis mulai membagi para peserta didik ke dalam kelompok-kelompok asal. Teknik
yang digunakan dalam membagi kelompok adalah dengan menghitung peserta didik
secara berurutan (1-6). Kemudian, Penulis mengarahkan peserta didik untuk duduk
dalam kelompok asal dan memberikan materi-materi pelajaran yang perlu dikaji.
Untuk diketahui, materi-materi yang disampaikan adalah
materi sistem pernapasan yang meliputi: organ sistem pernapasan dan fungsinya,
mekanisme pernapasan, penyakit dan cara merawat sistem pernapasan, serta materi
sistem pencernaan yang meliputi: organ pencernaan dan fungsinya, mekanisme
pencernaan makanan dan nutrisi, beserta penyakit dan cara menjaga kesehatan
sistem pencernaan makanan. Dengan demikian, terdapat 6 kajian materi yang
dibagikan.
Pada pertemuan kedua, Penulis meminta masing-masing
kelompok untuk mengkaji materi yang telah dibagikan, dimana satu kelompok hanya
mendalami satu kajian materi. Proses pengkajian tersebut dapat dilakukan di
perpustakaan maupun di dalam kelas melalui berbagai sumber/referensi belajar,
seperti buku, internet, dan lain-lain. Setelah itu, mereka akan saling
berdiskusi dan membuat rangkuman atas materi yang telah dikaji tersebut. Pada
tahap ini, peserta didik akan berkolaborasi dan membangun kerja sama, sehingga
akan terbiasa untuk terlibat aktif dan bersemangat dalam belajar.
Pada pertemuan ketiga, Penulis akan mengarahkan para
peserta didik untuk melakukan diskusi internal dengan menggunakan Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD). Di dalam LKPD tersebut, terdapat daftar pertanyaan
panduan terkait materi sistem pernapasan dan peredaran darah. Pada tahap ini,
Penulis akan mengobservasi sejauh mana peserta didik memahami materi pelajaran
sekaligus menilai rasa tanggung jawab dan keaktifan belajar dalam kelompoknya
masing-masing.
Kemudian, pada tahap akhir, Penulis memberikan
kesempatan kepada setiap perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil
kajian materi yang telah dirangkum. Lalu, seusai presentasi, kelompok lain yang
menyimak diberikan kesempatan untuk menanggapi. Setelah itu, Penulis memberikan
kuis dan penilaian serta mengapresiasi para peserta didik dengan penghargaan.
Setelah menerapkan model pembelajaran jigsaw, Penulis
menemukan adanya perubahan, dimana para peserta didik mulai bersemangat dan
aktif dalam mempelajari IPAS. Selain itu, mereka juga memperoleh hasil belajar
yang memuaskan. Hal itu menunjukan bahwa model pembelajaran jigsaw bisa
meningkatkan keaktifan belajar IPAS pada peserta didik.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran jigsaw sangat bemanfaat dalam setiap pembelajaran. Namun, untuk
mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan sosok guru yang berperan sebagai
fasilitator dan motivator. Guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada
peserta didik, tetapi juga memberikan kemudahan belajar bagi peserta didik. Sebagaimana
konsep student centered dalam
pendidikan saat ini, pembelajaran sudah seharusnya berlangsung dengan aktif dan
menyenangkan. (MDj/red)
0 Comments