Oleh : Sertiana Sesfao, S.Pd.
(Guru IPA di SMP Negeri 11 Kota Kupang)
CAKRAWALANTT.COM - Manusia adalah makhluk pembelajar yang senantiasa
belajar. Kegiatan belajar yang dilakukan oleh manusia berguna untuk menambah
pengetahuan, melatih keterampilan, memupuk sikap, dan membentuk karakter. Hal itu
bisa terwujud melalui proses pendidikan yang baik. Pendidikan merupakan wadah
belajar bagi manusia/individu untuk mengenal, mengolah, dan mengungkapkan dirinya
guna beradaptasi dan berjalan selaras dengan perkembangan zaman.
Dalam dunia pendidikan, terdapat begitu banyak
disiplin ilmu yang terbagi ke dalam beberapa kelompok besar, salah satunya
adalah sains. Sains adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan
pembuktian, atau pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari
hukum-hukum alam yang terjadi yang didapat dan dibuktikan melalui metode ilmiah
(Putra, 2013).
Sains sering diidentikan dengan Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA). IPA sendiri merujuk pada rumpun ilmu yang berkaitan dengan objek, yakni
benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum berlaku kapanpun dan di
manapun. Dengan kata lain, IPA dibangun di atas produk ilmiah, proses, dan
sikap ilmiah. Untuk itu, dalam dunia pendidikan, IPA menjadi salah satu mata
pelajaran yang wajib diajarkan dan dipelajari di setiap jenjang pendidikan guna
membentuk sikap dan pola pikir ilmiah masyarakat.
Dalam mata pelajaran IPA, terkhususnya pada jenjang
menengah pertama, terdapat salah satu materi penting yang wajib dipelajari dan
dikuasai oleh peserta didik, yakni sistem
ekskresi manusia. Materi ini membahas beberapa hal terkait organ-organ
vital, seperti ginjal, paru-paru, kulit, dan hati, yang menunjang
keberlangsungan hidup manusia melalui kerja sistem ekskresi. Sistem ekskresi bertangguung
jawab untuk membentuk suatu mekanisme tubuh yang berfungsi untuk mengatur
pembuangan limbah atau sisa hasil metabolisme, sehingga tubuh tidak mengalami
keracunan.
Pentingnya peran sistem ekskresi dalam kehidupan
manusia membuat peserta didik harus mempelajari dan menguasainya dengan baik.
Peserta didik mempelajarinya bukan untuk memenuhi nilai kredit akademik semata,
tetapi untuk mengetahui dan memenuhi pengetahuannya tentang aspek biologis
dirinya sendiri. Untuk itu, peserta didik wajib memahami materi sistem ekskresi
dengan baik dalam pembelajaran IPA.
Namun, pada kenyataannya, tidak semua peserta didik
dapat memahami materi sistem ekskresi dengan baik. Di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 11 Kota Kupang, terkhususnya di kelas VIII F, masih terdapat
beberapa peserta didik yang belum memahami materi sistem ekskresi manusia secara
maksimal. Dari total 32 peserta didik di kelas tersebut, terdapat 10 orang yang
mengalami persoalan dalam pembelajaran IPA saat mempelajari materi sistem
ekskresi manusia.
Kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti materi ajar yang padat dan kompleks, banyaknya konsep yang harus
dihafal, gaya pembelajaran yang kurang bervariasi, serta metode mengajar yang
monoton. Tidak jarang, orientasi pembelajaran selalu berpusat pada guru. Semua itu
secara tidak langsung memengaruhi keaktifan dan minat belajar peserta didik,
sehingga berdampak pada pencapaian hasil belajar yang tidak maksimal.
Untuk mengatasi persoalan di atas, maka Penulis,
selaku guru pengampu mata pelajaran IPA, mengombinasikan pembelajaran dengan
permainan yang menyenangkan. Hal itu dapat terwujud melalui permainan teka-teki silang yang sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Teka-teki silang (crosword puzzle) merupakan suatu
permainan mengisi kolom-kolom kosong yang diawali dengan pertanyaan-pertanyaan
secara mendatar dan menurun.
Menurut Manjaya (2015), teka-teki silang berguna untuk
mempelajari pola pikir, pemikiran, sistem pendekatan, dan pemecahan masalah secara
umum. Selain itu, dengan adanya permainan teka-teki silang dalam proses
pembelajaran, peserta didik dapat melatih ketelitian dan kesabaran,
meningkatkan kecerdasan verbal, mempertajam daya ingat, merangsang keaktifan
belajar, serta mengasah nalar dan logika. Secara umum, permainan teka-teki
silang dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut.
Pertama, persiapan. Pada tahap ini, Penulis membuat
dan memilah poin-poin penting yang sedianya harus diketahui peserta didik
menjadi ringkasan materi mengenai sistem ekskresi. Poin-poin tersebut harus disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Kedua, proses. Pada tahap ini, Penulis membuat kalimat
pertanyaan dari ringkasan yang telah dibuat sebagai petunjuk (clue) sederhana dan mudah dipahami oleh
peserta didik. Jumlah petunjuk yang disiapkan adalah sebanyak 8 soal untuk
pertanyaan mendatar dan 8 soal untuk pertanyaan menurun. Selanjutnya, Penulis
membuat desain berkotak-kotak dengan posisi mendatar dan menurun layaknya
permainan teka-teki silang pada umumnya.
Ketiga, aplikasi. Pada tahap ini, permainan teka-teki
silang dilakukan setelah pemberian materi sistem ekskresi pada manusia.
Awalnya, Penulis membagi para peserta didik ke dalam kelompok-kelompok kecil
yang masing-masingnya terdiri dari 2 orang. Kemudian, Penulis membagi lagi
peserta didik ke dalam 2 kelompok besar, yakni kelompok vertikal dan horizontal.
Kedua kelompok besar tersebut diarahkan untuk duduk
secara bersebelahan dan wajib menjawab pertanyaan sesuai pembagian kelompok. Jawaban
dimulai dari nomor 1 untuk posisi pertanyaan menurun (vertikal) dan diikuti
dengan jawaban nomor 1 untuk pertanyaan mendatar (horizontal). Hal serupa akan
dilakukan seterusnya sampai pertanyaan-pertanyaan yang tersedia selesai
dijawab.
Pada tahap tersebut, Penulis bertindak sebagai wasit
yang memberikan poin bagi kelompok yang berhasil menjawab dengan benar
sekaligus memberikan klarifikasi apabila terdapat kekeliruan pada jawaban yang
diberikan oleh peserta didik.
Setelah menerapkan permainan teka-teki silang tersebut
pada pembelajaran IPA, Penulis menemukan adanya perubahan yang positif di
kalangan peserta didik. Mereka menjadi lebih bersemangat dan aktif ketika
mempelajari materi sistem ekskresi manusia. Bahkan, para peserta didik yang awalnya
mengalami persoalan dalam belajar berhasil menguasai materi pelajaran dengan
baik. Semua itu tentu sangat berpengaruh pada pencapaian hasil belajar peserta
didik.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kombinasi
antara pembelajaran dan permainan dapat memicu minat dan semangat belajar
peserta didik. Peserta didik akan termotivasi untuk belajar karena pembelajaran
terkesan menyenangkan. Hal itu sesuai dengan kondisi peserta didik, sehingga
suasana belajar tidak menjadi monoton dan membosankan. Untuk itu, permainan
teka-teki silang menjadi salah satu strategi yang bisa mewujudkan suasana
pembelajaran yang aktif, efektif, dan menyenangkan tanpa menghilangkan
substansi atau esensi dari pelajaran yang diberikan. (MDj/red)
0 Comments