Para Pembicara dalam Merdeka Innovation Summit 2023. |
Jakarta, CAKRAWALANTT.COM - Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek),
berkomitmen mendukung pengembangan industri kreatif di Indonesia. Berbagai
strategi telah disiapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan vokasi bidang
industri kreatif melalui Merdeka Belajar serta penyelenggaraan pendidikan
vokasi berbasis dual system atau sistem ganda.
Di bawah payung kebijakan Merdeka Belajar,
satuan-satuan pendidikan vokasi mulai dari sekolah menengah kejuruan (SMK), perguruan
tinggi vokasi (PTV), hingga lembaga kursus dan pelatihan (LKP) terus
beradaptasi dengan berbagai keilmuan di bidang kreatif, seperti produksi konten
game, komik, film, musik, dan lainnya.
Ribuan hingga jutaan talenta vokasi bidang
industri kreatif diberikan kesempatan untuk lebih mengeksplorasi industri
kreatif melalui pendidikan vokasi sistem ganda yang terus ditekankan di
satuan-satuan pendidikan vokasi.
Berbicara dalam forum Merdeka Innovation Summit
2023, Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi, Kemendikbudrisetek, Kiki
Yuliati, mengatakan bahwa sesuai arahan Presiden Joko Widodo, Kemendikbudristek
berkomitmen untuk mendorong industri kreatif di berbagai bidang dengan
melahirkan talenta-talenta di bidang tersebut. Setidaknya ada tiga jalur
pendidikan vokasi yang telah disiapkan, yakni melalui level pendidikan
menengah, pendidikan tinggi, serta kursus dan pelatihan.
“Saat ini ada lebih dari 3.329 dari 14.478 SMK
di Indonesia yang menangani bidang industri kreatif dan hampir 339.279 siswa
SMK yang saat ini sedang belajar di bidang-bidang yang terkait dengan
industri kreatif seperti boga, multimedia, dan sebagainya,” kata Dirjen Kiki di
Jakarta, Jumat (17/11/2023).
Selain itu, lanjut Dirjen Kiki, ada sekitar
13.432 LKP yang bergerak untuk mendukung industri kreatif serta sekitar 21 ribu
mahasiswa yang saat ini belajar untuk mendukung sektor industri kreatif di
berbagai bidang.
Secara khusus dan spesifik, Kemendikbudristek,
lanjut Dirjen Kiki, juga dituntut untuk melahirkan lebih dari 10 juta
talenta digital sampai 2024. Talenta-talenta digital tersebut nantinya
dipersiapkan untuk mendukung industri kreatif, termasuk untuk memperkuat
industri game dan cyber security.
Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek. |
Sangat Dinamis
Mengingat industri kreatif yang begitu dinamis,
Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi juga telah menyiapkan sejumlah strategi
untuk memperkuat pendidikan vokasi agar tetap kontekstual dan relevan dengan
perkembangan industri kreatif yang begitu dinamis.
“Di bawah Merdeka Belajar, pertama, kita
menyesuaikan kurikulum. Berkolaborasi dengan industri kita punya PBL (project
based learning), teaching factory. Kita menyelenggarakan
pembelajaran-pembelajaran yang sangat kontekstual dengan mengerjakan PBL
bersama industri,” Dirjen Kiki melanjutkan.
Menurut Dirjen Kiki, melalui skema teaching
factory, saat ini banyak SMK ataupun politeknik di Indonesia yang memiliki
fasilitas laboratorium sekelas rumah produksi yang digunakan untuk
menyelesaikan proyek-proyek seperti animasi bersama industri.
“Kami juga mengundang praktisi untuk mengajar
serta mendorong peningkatan kesempatan bagi mahasiswa vokasi untuk mendapatkan
sertifikat kompetensi,” kata Dirjen Kiki.
Transformasi kurikulum juga dilakukan dengan
mengadopsi kurikulum vokasi sistem ganda, di mana model pendidikan vokasi ini
memberikan porsi yang berimbang antara pendidikan di kelas dengan praktik
langsung di industri. Dengan demikian, diharapkan lulusan yang dihasilkan bisa
tetap relevan dengan kebutuhan industri, dalam hal ini adalah industri kreatif.
“Jadi, misalnya mereka D-4, empat tahun maka dua
tahunnya mereka bisa bersama-sama industri. Jadi, anak didik kita didik bersama
di industri,” ujar Dirjen Kiki.
Dari sisi pengajar, Direktorat Jenderal
Pendidikan Vokasi juga memiliki unit pelaksana teknis (UPT) atau balai-balai
vokasi untuk melakukan upskilling dan reskilling bagi para guru,
instruktur, maupun dosen-dosen vokasi.
“Tapi khusus untuk dosen, kami lebih mendorong
untuk pelatihan maupun sertifikasi di industri maupun di kampus-kampus di luar
negeri,” ujar Dirjen Kiki.
Sementara itu, dalam sesi forum yang sama, Director of Business Development YG Entertainment
& Executive Director, Encast Co. Ltd, Charlie Cho, mengatakan bahwa
sebagaimana Korea Selatan, Indonesia juga memiliki kekuatan ekonomi kreatif
yang cukup besar.
Meskipun demikian, hal tersebut
memerlukan kerja keras dan kemauan yang kuat serta kolaborasi dengan berbagai
pemangku kepentingan untuk mengembangkan potensi besar tersebut. Hal tersebut
setidaknya seperti yang dilakukan Korea Selatan untuk membangun industri
kreatif di negara tersebut
Menurut Charlie, keberhasilan
Korea Selatan dalam membangun industri kreatif tidak dilakukan dalam waktu
singkat dan membutuhkan kolaborasi dan banyak faktor pendukung. Menurutnya,
negeri ginseng tersebut telah gencar mendorong kemajuan industri kreatif sejak
dua puluhan tahun lalu. (Ditjen Vokasi Kemendikbudristek/Nan/Cecep)
0 Comments