Dokumentasi kegiatan. |
Kupang, CAKRAWALANTT.COM - Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) kembali berkolaborasi dengan Ikatan Arsitek Indoensia (IAI) Provinsi NTT meresmikan bangunan Pastori Contoh Tanggap Bencana GMIT di Kanaikai, Alor Tengah Selatan, pada Sabtu, (09/09/2023).
Pdt. Dr. Mery Kolimon, Ketua Majelis Sinode GMIT, dalam sambutannya, menyatakan rasa syukur kepada Tuhan dan apresiasi kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembangunan pastori Jemaat Imanuel Kanaikai.
Pastori ini, ujarnya, merupakan bangunan terakhir yang diresmikan dari total 6 pembangunan (4 unit rumah pastori dan 2 unit gedung gereja) yang direncanakan dan disepakati dalam Memorandum of Understanding (MoU) antara Unwira, IAI NTT, dan GMIT. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa bangunan ini juga berpedoman pada konsep Build Back Greener yang memiliki arti “Membangun Kembali Lebih Hijau”.
“Membangun kembali dengan ramah lingkungan tidak berarti kita cat hijau semua, tapi prinsipnya membangun dengan kesadaran lingkungan,” pungkasnya.
Ia mengucapkan terima kasih kepada Unwira dan IAI NTT yang telah bersedia bekerja sama dalam rekonstruksi pastori dan gedung gereja pascabencana siklon seroja. Kolaborasi ini, harapannya, akan membuka pintu untuk hubungan yang lebih erat antara Perguruan-perguruan Tinggi dan GMIT, memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk pembangunan gereja.
Sementara itu, Ketua Majelis Klasis (KMK), Pdt. Yeritha Maniley, S.Th., memberikan gambaran tentang proses pemulihan Jemaat Kanaikai dari dampak Seroja, baik secara fisik maupun psikis. Meskipun mengaku mengalami kesulitan dalam mengorganisir pekerjaan, Pdt. Yeritha Maniley menekankan komitmen Kanaikai untuk menyelesaikan pembangunan pastori akhir tahun ini dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada.
Di sisi lain, Sekretaris Program Studi Arsitektur Unwira, Yuliana Bhara Mberu, ST., MT., menjelaskan bahwa kerja sama FT Unwira, IAI, dan GMIT memiliki tujuan agar gedung gereja dan pastori jemaat yang akan dibangun kembali memenuhi standar konstruksi untuk meminimalisir risiko saat terjadi bencana.
“Biasanya yang terjadi saat bencana adalah rumah runtuh karena strukturnya yang tidak bagus. Dalam Arsitektur, kami harus membuat bangunan yang ketika terjadi bencana, paling tidak kita sudah keluar dulu baru roboh, dan itu bergantung pada struktur bangunannya,” ungkap , Yuliana Bhara Mberu yang juga menjabat Bendahara IAI Provinsi NTT.
Pembangunan pastori GMIT Imanuel Kanaiki ini, lanjutnya, tidak hanya mempertimbangkan aspek tanggap bencana yang digagas oleh IAI bersama FT Unwira, tetapi juga mengadopsi arsitektur lokal di Alor.
“Karena kita lahir di NTT dengan keberagaman arsitektur yang unik, maka pembangunan ini pun dirancang dengan menonjolkan identitas budaya setempat,” ujarnya.
Mewakili Unwira dan IAI, Ia mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam rekonstruksi pastori dan gedung gereja pasca bencana siklon seroja dan berharap bangunan tersebut dapat menjadi contoh dan inspirasi bagi pembangunan lainnya di Alor. (Ocha Saru/Rio Ambasan)
0 Comments