Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

Sekolah Merdeka di Era Merdeka Belajar

 


Oleh : Fr. Nobert Banusu, CMM., M.Pd.

(Kepala SMAS Frater Don Bosco Lewoleba)



CAKRAWALANTT.COM - Kita bersyukur, generasi belajar bangsa ini telah memasuki gerbang merdeka belajar. Era merdeka belajar dicanangkan dan dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, sejak kepemimpinan Mas Menteri Nadiem Anwar Makarim.

 

Konsep merdeka belajar dimulai dengan penghapusan Ujian Nasional yang dirasakan kaku, mengikat pencapaian belajar peserta didik, serta kurang mempertimbangkan latar belakang dan kondisi peserta didik yang berbeda.

 

Penilaian dan penentuan kelulusan dikembalikan kepada pihak sekolah. Sekolah menjadi merdeka. Sekolah memasuki gerbang merdeka yakni era merdeka belajar. Lalu, apa maknanya?

 

Sekolah merdeka leluasa merancang dan melaksanaan pembelajaran serta menilai peserta didiknya. Pedoman kualitas sumber daya manusia yang dipegang teguh adalah melahirkan peserta didik yang kompeten, cerdas, terampil dan berbudi pekerti luhur. Peserta didik dilatih memiliki kecakapan dasar literasi, numerasi. Survei karakter dan lingkungan belajar diarahkan untuk membentuk karakter profil pelajar Pancasila.

 

Tujuan sekolah merdeka di era merdeka belajar adalah menciptakan lingkungan belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan pencapaian skor atau nilai, mendukung banyak inovasi dalam dunia pendidikan, menggali potensi terbesar para guru dan peserta didik, serta meningkatkan kualitas pembelajaran secara mandiri.

 

Sekolah merdeka di era merdeka belajar membawa konsekuensi otonomi dan fleksibiltas bagi sekolah. Sekolah memiliki otonomi dan fleksibilitas dalam menentukan pembelajaran, kompetensi dan keterampilan yang hendak dicapai peserta didiknya, serta model penilaian yang dilaksanakan. Sekolah bertanggungjawab mewujudkan profil pelajar Pancasila dan alumni yang selaras dengan kekhasan sekolah. Sekolah merdeka, merancang Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP) secara otonom dan fleksibel.

 

Para pendidik pun memiliki otonomi dan fleksibilitas bersama peserta didik untuk menentukan apa yang hendak dipelajari dan bagaimana mempelajarinya guna mencapai kompetensi dan keterampilan tertentu. Sekolah merdeka, merdeka mengajar, dan merdeka belajar mengandung makna otonom dan fleksibel.

 

Secara etimologis istilah otonomi berasal dari akar kata Yunani auto yang berarti “diri” dan nomos yang berarti “ádat” atau “hukum”. Istilah otonomi tampak mencerminkan hak kelompok untuk mengatur diri mereka sendiri. Pengertian otonomi yang demikian dapat dikenakan juga pada organisasi pendidikan di sekolah. Otonomi sekolah dapat didefinisikan sebagai kemampuan lembaga mengelola dirinya sendiri secara baik sesuai prinsip-prinsip umum yang sudah digariskan oleh kebijakan negara.

 

Menurut Clark (2008), otonomi memberikan kesempatan kepada kepala sekolah untuk melaksanakan praktik kepemimpinan, seperti menciptakan lingkungan yang mendorong pengembangan visi-misi dan tujuan sekolah, mengembangkan staf, mendesain struktur dan budaya organisasi dengan cara mendukung proses pembelajaran dan mengelola kurikulum.

 

Sekolah yang otonom pada dirinya mempunyai kecakapan kinerja yang unggul dalam menghadapi aneka tantangan. Sekolah-sekolah yang sudah memperoleh akreditasi A, diandaikan mampu mengelola dirinya dengan baik secara otonom dalam mengembangkan sistem pembelajaran yang relevan dan bermakna.

 

Otonomi sekolah bukan berarti sekolah itu dapat semau saja mengelola sekolah. Acuan standar lulusan dan profil sekolah tetap mencerminkan cita-cita pendidikan nasional. Indikator pencapaian disesuaikan dengan konteks dan standar kompetensi guna mencapai tujuan lembaga pendidikan, yakni mengapa sekolah itu didirikan. Praktik otonomi sekolah, menurut Limon dan Aydin (2020), memastikan fleksibilitas sesuai dengan kebutuhan sekolah dan para peserta didik. Kata fleksibel telah banyak digunakan dalam berbagai bidang.

 

Menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary (2000), kata fleksibel berarti “mampu berubah agar sesuai dengan kondisi dan situasi baru.” Secara intuitif, fleksibilitas dapat dipahami sebagai kemampuan merespons perubahan. Fleksibilitas terkait dengan kemampuan penyesuaian terus menerus dalam kondisi yang kerap berubah.

 

Dalam konteks fleksibiltas sekolah, para guru dan unsur pimpinan sekolah, perlu memilah dan memilih mana materi ajar yang esensial. Ketuntasan belajar tetap disesuaikan dengan acuan standar kompetensi, tetapi metode pencapaian bahan ajar sepenuhnya diatur dan menjadi tanggung jawab guru secara kreatif. Otonomi dan fleksibilitas guru dalam merespons perkembangan zaman sangat membantu percepatan merdeka belajar.

 

Otonomi dan fleksibiltas sekolah merdeka secara konkret ditemukan dalam dokumen Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP). Sekolah merdeka memiliki kewenangan mempersiapkan program intrakurikuler, ko-kurikuler, maupun ekstrakurikuler yang tertuang dalam KOSP.

 

Program intrakurikuler di tingkat SMA/SMK antara lain memberi kebebasan kepada peserta didik tingkat dasar untuk mempelajari semua mata pelajaran sebagai fondasi untuk memilih mata pelajaran pilihan sesuai minat, bakat potensi, dan cita-citanya. Peserta didik dibantu menemukan pilihan yang tepat melalui pendampingan dari guru Bimbingan Konseling.

 

Sedangkan, penanaman karakter profil pelajar Pancasila dijalankan melalui program ko-kurikuler. Dalam kegiatan ko-kurikuler, sekolah memilih tema-tema pembelajaran Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

 

Program ekstrakurikuler dilaksanakan melalui kegiatan pengembangan bakat dalam bidang sains, seni dan olahraga. Dalam hal penerapan kewirausahaan, sekolah melatih peserta didik untuk mengembangkan bakat, potensi dan kreativitas hingga menghasilkan produk sendiri, mengembangkan branding, dan mampu memasarkan kepada pihak luar.

 

Para peserta didik dilatih untuk mengembangkan jiwa entrepreneurship demi masa depan yang baik. Program ini menjadi pembelajaran bagi peserta didik untuk mempersiapkan masa depan mereka secara lebih baik. Roh dan jiwa kurikulum merdeka memberi kebebasan kepada sekolah untuk menerapkan berbagai program, strategi, dan kegiatan sekolah yang bermuara pada terbentuknya peserta didik yang berkarakter pelajar Pancasila.

 

Sekolah merdeka secara bebas dan fleksibel menyelenggarakan program kurikulumnya. Setiap sekolah memiliki karakteristik yang berbeda, kesiapan, dan ketersediaan sumber daya yang berbeda. Sekolah merdeka memiliki otonomi dan fleksibilitas dalam mengembangkan dirinya sesuai karakteristik dan potensi yang dimiliki.

 

Salah satu contoh program sekolah merdeka yang dipraktikan Sekolah Menengah Atas Swasta (SMAS) Frater Don Bosco Lewoleba, Kabupaten Lembata, yakni melaksanakan pentas seni dan gelar karya P5 dengan tema “Bara Suara dan Kreasi Siswa”, pada 1 April 2023, di aula sekolah. Peserta didik menampilkan karya seni teater, suara, tari dan memamerkan kreativitas produk belajar di hadapan stakeholder pendidikan.

 

Pentas seni, pameran produk adalah contoh program sekolah merdeka dalam menumbuhkan karakter pelajar Pancasila yang Mandiri, Gotong Royong, Bernalar Kritis, Kreatif, Berkebhinekaan Global dan Beriman Bertakwa dan Berakhlak Mulia. 

 

Hal yang sama juga bertujuan menumbuhkan kekhasan karakter profil pelajar dan alumni SMAS Don Bosco Lewoleba, yakni karakter Spiritual, Intelektual, Sosial, Sadar Proses, Kedewasaan dan Ekologis.  Sekolah merdeka di era merdeka belajar bermakna tersedianya ruang kolaborasi, kreativitas, dan inovasi sekolah untuk menampilkan seluruh potensi stakeholder guna menciptakan generasi emas 2045.

 

Dengan demikian, sekolah merdeka siap melahirkan generasi abad 21 yang kreatif, inovatif, kritis, kolaboratif dan komunikatif. Sekolah merdeka di era merdeka belajar membuka ruang kreativitas, inovasi, dan kolaborasi antara kepala sekolah, guru, peserta didik, serta melibatkan berbagai pihak lain untuk mencapai tujuan belajarnya.

 

Semoga kepala sekolah, para guru, dan peserta didik terus merefleksi diri, apakah sudah merdeka dan mengalami suasana merdeka belajar di dalam sekolah merdeka. Salam Merdeka! (MDj/red)


Post a Comment

0 Comments