Oleh : Melkior Yosef
Bater, S.Pd.
(Guru SMP Negeri 1
Palue, Sikka)
CAKRAWALANTT.COM - Pendidikan dan bahasa saling berkaitan satu sama
lain. Pendidikan adalah wadah pengembangan sumber daya manusia. Di dalamnya,
individu-individu saling bertukar gagasan, dibina, serta diarahkan untuk mampu
berpikir kritis agar mampu memecahkan masalah dengan baik. Sedangkan, bahasa
menjadi alat komunikasi yang menunjang proses interaksi di dalam dunia
pendidikan.
Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan
pikiran, gagasan, konsep atau perasaan seseorang. Bahasa perlu dipelajari dan
didalami, baik secara lisan maupun tulisan, sehingga dapat mendukung
tercapainya interaksi yang efektif dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dunia
pendidikan.
Dunia pendidikan pun memberikan ruang kepada
semua individu untuk mempelajari bahasa. Di Indonesia, bahasa telah dimasukkan
ke dalam kurikulum dan menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan
pada proses pembelajaran. Salah satunya adalah pelajaran bahasa Inggris. Bahasa
Inggris menjadi mata pelajaran wajib yang dipelajari oleh semua peserta didik
dari jenjang pendidikan dasar hingga tinggi.
Bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang
digunakan oleh masyarakat global dalam berinteraksi, baik dalam aspek sosial,
ekonomi, politik, hiburan, budaya, dan sebagainya. Ada empat kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang pembelajar bahasa Inggris, yakni listening (mendengarkan), speaking (berbicara), reading (membaca), dan writting (menulis). Keempatnya wajib
dikuasai oleh peserta didik agar dapat mendalami Bahasa Inggris secara lebih
efektif.
Dalam konteks pembelajaran, peserta didik
diharapkan mampu menguasai empat aspek kebahasaan tersebut. Dengan begitu, ia
dapat menerima materi pelajaran dengan baik, mengerti setiap penjelasan yang
disampaikan oleh guru, serta mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, pada kenyataannya, penguasaan empat
kemampuan/keterampilan berbahasa Inggris itu cenderung tidak sesuai dengan apa
yang diharapkan. Hal itu pun kerap terjadi di SMP Negeri 1 Palue, Kabupaten
Sikka. Di kelas VIII C Tahun Pelajaran 2022/2023 misalnya, masih terdapat
beberapa peserta didik yang belum mampu menguasai kemampuan-kemampuan berbahasa
Inggris, baik listening, reading, speaking, maupun writting.
Kondisi tersebut tentunya sangat berdampak pada
situasi pembelajaran di dalam kelas. Peserta didik menjadi tidak aktif,
cenderung pasif, dan kurang memiliki rasa kepercayaan diri. Setelah ditelisik,
ditemukan bahwa kurangnya perbendaharaan kata (vocabulary) menjadi faktor penyebab utama. Selain itu, gaya
mengajar yang konvensional di dalam kelas turut mempengaruhi tingkat pemahaman
anak didik terhadap bahasa Inggris.
Menurut Linse (dalam Inayatul, 2013), vocabulary is the collection of words that
an individual knows (kosakata merupakan kumpulan dari kata yang setiap
orang mengetahuinya). Vocabulary (kosakata)
adalah salah satu komponen bahasa Inggris yang memiliki peran penting dalam
memahami bacaan dan mengungkapkan semua ide dalam bentuk tulisan atau
pengucapan.
Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris,
maka perlu juga ditingkatkan kemahiran vocabulary.
Setiap peserta didik harus mampu menguasai vocabulary
dengan maksimal, sehingga dapat mengoptimalkan empat kemampuan/keterampilan
berbahasa Inggris. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan
crossword puzzle dalam pembelajaran
bahasa Inggris.
Crossword puzzle merupakan metode
memvariasikan pertanyaan atau kuis ke dalam teka-teki silang. Teka-teki silang
tersebut terkesan menarik karena setiap jawaban yang muncul akan menjadi
petunjuk bagi jawaban atas pertanyaan berikutnya. Petunjuk itu akan saling
mengaitkan jawaban yang terdapat pada kolom menurun maupun mendatar, sehingga
dapat memancing rasa penasaran peserta didik (Patmonodewo dalam Misbach dan
Muzail, 2010).
Penerapan crossword
puzzle dalam pembelajaran serupa dengan permainan. Di permainan itu, para
peserta didik akan bermain, berkompetisi, dan bekerja sama untuk mencapai
tujuan tertentu tanpa mengurangi situasi akademik. Permainan crossword puzzle paling baik dilakukan
setelah guru selesai mengajarkan suatu materi (post activity), sehingga peserta didik lebih mudah mengingat kosakata
yang baru saja diajarkan (Sugiato, 2021).
Saat memainkannya, guru selaku fasilitator
pembelajaran akan menyiapkan beberapa kosakata mulai dari kata-kata sederhana
berupa adjective (kata sifat
orang/hewan/benda) hingga noun phrasa (frasa
kata) yang merupakan gabungan dari kata sifat dengan kata benda. Kemudian,
dibuatlah susunan pertanyaan dan jawaban sesuai petunjuk/pertanyaan berdasarkan
kebutuhan peserta didik.
Pada praktiknya, permainan crossword puzzle dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut. Pertama, menyiapkan beberapa crossword puzzle sesuai dengan jumlah
kelompok yang telah dibentuk berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing.
Peserta didik akan bergabung dalam kelompok kecil yang telah dibentuk agar bisa
lebih sigap dalam mengikuti pembelajaran.
Kedua, membagikan crossword puzzle kepada masing-masing
kelompok kecil. Pada tahap ini, guru akan membagikan crossword puzzle ke semua kelompok yang telah dibentuk.
Ketiga, guru akan
menjelaskan cara dan tahapan dalam mengerjakan crossword puzzle tersebut. Peserta didik akan diarahkan untuk
memperhatikan dan memahami aturan pengisian jawaban pada kolom yang tersedia
secara tepat.
Keempat, guru akan
menyampaikan batasan waktu untuk mengisi crossword
puzzle agar peserta didik dapat menyelesaikan pertanyaan tepat waktu. Peserta
didik juga didorong untuk mampu memanajemen waktu dengan baik.
Kelima, guru akan
memberikan apresiasi berupa reward
kepada kelompok-kelompok yang berhasil menyelesaikan pertanyaan dengan cepat
dan benar. Pemberian reward berguna
agar peserta didik memiliki motivasi dan semangat dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan pengalaman Penulis sebagai guru
pengampu mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP Negeri 1 Palue, penerapan crossword puzzle dalam pembelajaran
bahasa Inggris sangat membantu dan memberikan hasil yang positif. Para peserta
didik nampak lebih antusias mengikuti kegiatan belajar dan mengajar sebab
terasa lebih efektif dan menyenangkan.
Selain itu, kemahiran vocabulary pun semakin meningkat sehingga kemampuan/keterampilan
berbahasa bisa dikuasai secara lebih optimal.
Berdasarkan hasil penerapan crossword puzzle, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatan
kemahiran kosakata (vocabulary), guru
bisa menggunakan permainan tertentu yang berguna dalam merangsang minat dan
ketertarikan peserta didik. Hal itu bertujuan untuk menciptakan situasi
pembelajaran yang menyenangkan serta mendorong peserta didik agar lebih kreatif
dalam menjalani kegiatan belajar. (MDj/red)
0 Comments