(Foto: Kemenko PMK/Rendy Febrianto) |
Jakarta, CAKRAWALANTT.COM - Dalam pidato
peringatan 17 Agustus 1964, untuk pertama kalinya Presiden Soekarno
menyampaikan gagasan tentang Trisakti, yaitu Berdaulat dalam politik, Berdikari
dalam bidang ekonomi, dan Berkepribadian
dalam berkebudayaan.
Gagasan ini
dipicu karena pengalaman kolonialisme di Indonesia yang berdampak pada rusaknya
mental bangsa, sistem perekonomian yang tergantung pada pasokan asing, serta
mental terjajah yang menggerus budaya bangsa sehingga melupakan semangat gotong
royong yang menjadi modal sosial dalam meneguhkan solidaritas politik maupun
ekonomi Indonesia. Singkatnya, Trisakti mengajarkan tiga prinsip untuk
membangkitkan mental kejayaan nusantara.
Saat ini,
Indonesia sedang menuju ke era Indonesia Emas tahun 2045. Di tahun 2030,
Indonesia diprediksi mengalami puncak bonus demografi. Kondisi dimana penduduk
usia produktif (15-60 tahun) mencapai hingga 190 juta atau 69,3%. Jika potensi
ini dikelola baik, maka akan menjadi modal penting menuju Indonesia Emas 2045
dan Indonesia naik peringkat menjadi negara maju.
Dengan
berbagai kondisi dan kemungkinan itu, Indonesia harus dapat merespon dengan
cepat dan memastikan strategi yang tepat sehingga mampu mengambil keuntungan
dari perubahan dunia, bukan sebaliknya kalah oleh perubahan.
Oleh karena
itu, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko
PMK) menyelenggarakan acara Sarasehan Revitalisasi Trisakti dengan di Gedung
Herritage Kemenko PMK, Senin (3/7/2023).
Dalam berbagai
kesempatan, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
(Menko PMK), Muhadjir Effendy, tak bosan mengingatkan agar generasi-generasi
post milenial atau Gen Z terus
dimonitor dan dibina melalui edukasi dan berbagai aktivitas positif sehingga on track dan kelak menghasilkan generasi
usia produktif yang membawa Indonesia kepada kemajuan.
"Trisakti
adalah senjata paling ampuh kalau kita ingin mewujudkan Indonesia seperti yang
kita cita-citakan dalam proklamasi kita. Kita harus betul-betul melibatkan
generasi post milenial atau Gen Z. Revolusi Mental harus bisa menggaungkan
perubahan cara berpikir, cara bersikap, dan cara bertindak serta menanamkan
tiga gagasan Trisakti kepada generasi penerus masa depan bangsa,"
Terangnya.
Sejalan dengan
hal tersebut, Sekretaris Kemenko PMK, Andie Megantara, menjelaskan bahwa
melalui Sarasehan Revitalisasi Trisakti ini dapat dilakukan penggalian dan
penguatan kembali nilai dan spirit Trisakti sebagai landasan fundamental dalam
membangun karakter bangsa.
Lebih lanjut,
Andie berharap dengan adanya acara sarasehan tersebut dapat membuahkan
pemikiran-pemikiran cerdas sebagai sumbangsih bagi upaya mengatasi
masalah-masalah kehidupan berbangsa untuk meyongsong masa depan Indonesia yang
lebih baik, khususnya cita-cita menuju Indonesia Emas 2045.
"Saya
menaruh harapan besar dimana sedapat mungkin hasil-hasil pemikiran sarasehan
ini akan menjadi rekomendasi kebijakan, untuk mengatasi permasalahan dalam
kehidupan berbangsa dan menyongsong Indonesia Emas 2045," Jelasnya.
Staf Khusus
Menko PMK Bidang Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah, Ravik Karsidi, mengatakan
revitalisasi Trisakti penting dan relevan bagi masa depan bangsa
Indonesia.
"Kami
harap revitalisasi ini bisa mewujudkan Indonesia yang lebih adil, berdaulat,
dan makmur berlandaskan Pancasila," Tuturnya.
Rangkaian
kegiatan Sarasehan Revitalisasi Trisakti dilaksanakan mulai dari tanggal 3
hingga 5 Juli 2023 di Aula Heritage Kemenko PMK. Pada hari pertama, mengusung
tema “Kedaulatan Dalam Bidang Politik"
Dengan tiga
pembicara, yakni Ermaya Suradinata selaku Dewan Pakar Badan Pembinaan Ideologi
Pancasila, Airlangga Pribadi Kusman Pengajar Departemen Politik Universitas
Airlangga dan Penulis Buku Merahnya Ajaran Sukarno, Narasi Pembebasan Ala
Indonesia, dan Panji Anugrah Permana Dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Hari kedua,
tema yang dipilih adalah “Berdikari di Bidang Ekonomi” dengan pembicara Nunung
Nuryartono selaku Guru Besar Bidang Pembangunan Ekonomi IPB sekaligus Deputi
Bidang Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Kemenko PMK, Arif Budimanta
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi, dan Anggota Dewan Pengarah BRIN Tri
Mumpuni.
Terakhir pada
hari ketiga, mengangkat tema "Berkepribadian dalam Kebudayaan” dengan tiga
pembicara yaitu HM Amin Abdullah, Ketua Komisi Bidang Kebudayaan, Akademi Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Yudi Latif seorang cendikiawan sekaligus Penulis Negara
Paripurna : Historisitas, Rasionalitas, Aktualitas Pancasila; dan terakhir
Sabrang Mowo Damar Panuluh selaku CEO Symbolic.id sekaligus musisi. (Kemenko PMK/MDj/red)
0 Comments