Perjuangan dalam Diam
Napak
tilas para pejuang bangsa
berkibar dalam syair harapan,
berkobar dalam puisi perjuangan,
untuk meraih mimpi.
Napak
tilas pejuang bangsa,
bersatu dalam semangat jiwa,
bergema di jagat nusantara,
untuk meraih prestasi dan karya.
Merdeka. . .
Perjuangan. . .
Kata
yang penuh dengan makna
bertahta dalam raga pejuang bangsa,
bermandikan darah dan air mata.
Merdeka. . .
Perjuangan. . .
Perjuangan
tanpa pamrih untukmu, panggilan
jiwa,
menggelora di garis khatulistiwa,
memberi kejayaan bangsa sepanjang masa.
Merdeka. . .
Perjuangan. . .
Harta
yang tak ternilai harganya
menjadi pemimpin muda tunas bangsa
untuk tampil di era dunia.
Demi
negri,
Engkau
korbankan waktumu.
Demi
bangsa,
rela taruhkan nyawa,
maut menghadang di depan,
Jangan
pernah bilang itu hiburan!
Pengabdian
Seribu rintangan dan tantangan adalah tombak perjuangan.
Sejuta pengabdian bagai emas yang kita tanam.
Sedih dan suka
adalah tangga
untuk kita sampai ke puncak kesuksesan,
menjadi sosok dengan satu
kepribadian
yang tak goyah oleh selembar surat keputusan.
Pengabdian, waktu terus berjalan tak ada beda,
tanggal yang berlalu dan
menjelang tak beri kepastian,
hanya tugas dan segudang
kewajiban
yang tak pernah beri hak
atas segala pengorbanan.
Gemuruh semangat adalah cita dan harapan
yang ‘kan mampu runtuhkan
tingginya jurang pemisah dalam pendidikan,
Karena semangat juang tak kalah
oleh selembar surat sakti dari yang berwenang
Tak ada keraguan dan kebimbangan.
Sepanjang
waktu langkah kalian semerbak
menelusuri lorong-lorong pendidikan.
Tak ada pamrih, tak ada kecewa,
melewati kerikil- kerikil tajam pola kehidupan.
Satu kata tak terucap, hanya senyum animasi jiwa
yang menghiasi wajah,
sejuta semangat mengiringi langkah menggapai harapan
tanpa mengeluh, meski tahu tanggal satu yang tak pernah berpihak.
Kalian bahkan tak pernah peduli,
karena di setiap waktu ada harapan jiwa
yang tak akan bisa
terbalas oleh manusia.
Namun, yakin
semua balas kan datang pada waktunya.
Mari dengan bangga kita teriakkan,
Hidup pengabdian, hidup perjuangan!
Agar rasa putus asa tak datang mendekat,
agar kejenuhan tak berani hinggap.
Tak ada yang sia-sia,
Pengorbanan guru bagai para suhada.
Doa kalian adalah wangi surga
yang memanggil dan meminta.
Mari syukuri karena kita adalah insan pilihan dan teladan,
tuk mendidik generasi menjadi pejuang kehidupan.
Aku hanya seorang insan biasa
yang memiliki bongkahan cita-cita,
yang ingin kugapai dengan berbagai cara,
meski kemalasan sering merajalela.
Aku hanya seorang insan
yang tertempel cita-cita dan harapan tuk menggapai harapan,
yang terbalut berbagai angan-angan jiwa
demi menggapai masa depan tunas-tunas bangsa nusantara.
Sungguh besar pengabdian dan pengorbanan
untuk mencerdaskan generasi muda harapan bangsa.
Terima kasih kuucapkan untukMu, Tuhan,
untuk panggilan jiwa yang tak bersyarat.
Sang Pengabdi
Sinar mentari terbenam dalam buih ketakutan,
pengharapan terkikis oleh jiwa keangkuhan,
angan dan cita melebur ketidakpastian,
adakah impian dalam gapaian?
Setiap pagi kau susuri jalan berdebu,
berpacu waktu demi waktu,
tak hirau deru angin menggulir
tak hirau dingin memagut tubuhmu.
Wahai guru,
selamatkan inspirasi kami dari hari yang suram!
Pandu kami menuju masa depan cemerlang!
Jauhkan kami dari keterpurukan!
Bawa kami ke jalan kesuksesan!
Wahai guru,
maksudku sampaikan rasa bukanlah untuk ungkap luka!
Engkau adalah pelita terang,
saat kau mampu berkelana,
merangkul seluruh siswa tanpa pilah cinta,
bercengkerama bak sahabat dan tetap beretika.
Wahai guru,
kau adalah jingga, sosok inspiratif dalam senja,
kau selayaknya surya,
penerang untuk generasi bangsa,
dan kau ibarat gerimis
yang kiranya nanti menangis
melihat kami sukses dengan bangga.
Kala sang penguasa tuangkan cawannya,
wajah-wajah lugu haus kan ilmu
menari-nari di pelupuk mata menunggu
untaian kata demi kata terucap seribu makna,
untaian kata demi kata terucap penyejuk jiwa.
Ruang persegi jadi saksi bisu pengabdianmu,
menyaksikan tingkah pola dan deret sang penerus,
canda tawa penghangat suasana,
hening sepi berkutat dengan soal,
lengking suara kala adu argumen.
Ruang persegi menjadi saksi bisu pengabdianmu,
entah berapa tinta tergores di papan putih,
entah berapa lisan terucap sarat makna,
entah berapa lembaran tumpahan ilmu terkoreksi,
entah berapa ajaran budi kau tanamkan.
Wahai guru,
jika kubisa kan kupetik bintang
sebagai tanda terima kasihku
untukmu, wahai
guruku.
Kaulah pelita dalam hidupku,
terima kasih kuucapkan
untuk seluruh pembangun
insan cendekia,
si petutur ilmu dari guratan
awan
penuh kasih nan tulus selalu
kau berikan.
Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar, kau adalah fajar bagi sesama,
penyuluh kesadaran budi bangsamu,
kau pendidik untuk kaum jelata,
pembangkit semangat juang bangsa.
Penamu bergetar menghantam penjajah,
lidahmu tajam melawan penindasan,
kau bangkitkan kesadaran pribumi Indonesia,
kau tumbuhkan rasa cinta tanah air jaya.
Kau tanamkan keyakinan pada seluruh bangsamu,
kau percikkan selalu kebijaksanaan ‘tuk masyarakatmu,
kau semaikan jiwa kebangsaan,
kau tanamkan gairah kemanusiaan
di seluruh bumi persada.
Kau bagai penerang dalam kegelapan,
kau memerangi penjajahan dengan pengetahuan,
ajaranmu tak tergerus oleh zaman,
bahkan hari lahirmu jadi Hari Pendidikan.
Kau mendirikan Taman Siswa
sebagai pengabdian bagi negara.
Kau adalah putra bangsa
yang kami panggil Ki Hajar Dewantara.
Ki Hajar Dewantara, pahlawan penuh jasa.
Memajukan Indonesia dengan senjatanya,
pendidikan budi pekerti,
agar menjadi manusia luhur,
pendidikan ilmu pengetahuan,
agar negeri berkemajuan.
Kami teruskan cita-citamu
mensejahterakan Nusantara
dipenuhi dengan cahaya,
cahaya ilmu di dalam dada.
Berhamba pada Murid
Seribu rintangan dan tantangan
adalah tombak perjuangan.
Sejuta ilmu bagai emas yang kita tanam.
Napak tilas para pejuang
bangsa
yang selalu berkibar dalam
syair harapan
bersatu dalam semangat jiwa
bergema di jagat nusantara,
berkobar dalam semboyan perjuangan,
Ing Ngarso Sung Tulodho,
Ing Madyo Mangun Karso,
Tut Wuri Handayani.
Pendidikan adalah tuntunan kodrat anak sebagai insan
manusia,
pengajaran adalah ruang persemaian benih-benih kebudayaan yang beradab.
Pendidik bagaikan seorang petani cekatan,
menabur butiran-butiran padi di sawah gembur,
pendidik bagaikan pamong yang senantiasa menuntun,
mendampingi kompetensinya searah merdeka belajar.
Pendidik harus fleksibel akan perubahan,
namun, tetap mawas diri sesuai potensi kultural,
menerima,menyaring,menyelaraskan, dan memanfaatkan
segala sesuatu yang memperkaya pengetahuan pendidikan.
Mendidik anak sesuai kodrat alam dan zaman,
membentuk sifat sehati lingkungan sosial budaya,
mengisi jiwa senada irama keterampilan abad 21,
belajar berinteraksi dengan karakteristik kearifan lokal.
Keseimbangan hidup cipta, rasa, karsa dan karya
merupakan perpaduan gerak pikiran, perasaan dan kemauan,
melatih pembentukan watak serta kesadaran diri,
menumbuhkan budi pekerti yang bertanggung jawab.
Rosalia Harlina, S.Pd.Gr.
Lahir di Herang pada tanggal 17 april 1986 dan sekarang menetap di Pacar, Kecamatan
Pacar, Kabupaten Mannggarai Barat. Menyelesaikan pendidikan dasar di SDK Pacar,
pendidikan menengah di SMPN 1 Pacar, pendidikan menengah atas di SMAN 1 Ruteng,
pendidikan sarjana di STKIP St. Pauluus Ruteng. Mengikuti Program Pendidikan
Guru Dalam Jabatan (PPGJ Gurdasus) di UPGRIS Semarang, Jawa Tengah, pada tahun
2018. Sekarang bertugas sebagai seorang guru di SDN Kengkar Kecamatan Pacar. Mengabdi
sebagai guru sudah 12 Tahun sejak tahun
2009 dan menjadi ASN sampai sekarang. Pembaca bisa menghubungi penulis melalui
facebook : Rosalia Harlina, email : rosalialahi@gmail.com,
dan youtobe : Rosalia Lahi.
(red)
0 Comments