Sabu Raijua, CAKRAWALANTT.COM - Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) dan Universitas
Katolik Widya Mandira (UNWIRA) Kupang telah membuat Memorandum of Understanding (MoU) untuk Pembangunan Pastori Contoh dan
Gereja Contoh Tahan Bencana sebagai lanjutan tanggap bencana Siklon Seroja
GMIT. Setelah proses MoU, tim telah bekerja (Fakultas Teknik UNWIRA, Ikatan
Arsitek Indonesia (IAI) Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Tim Sinode GMIT) untuk
membangun 2 (dua) Gereja Contoh dan 4 (empat) Pastori Contoh.
Ada 2 (dua)
Pastori Contoh di Kabupaten Sabu Raijua, yakni Pastori Jemaat Persaudaraan
Wagga Ae Klasis Sabu Barat dan Pastori Jemaat Ephata Nada Klasis Sabu Timur.
Keduanya telah selesai dikerjakan dan diserahkan kepada jemaat untuk digunakan.
Peresmian dan
penyerahan Pastori Contoh yang pertama itu dilaksanakan pada Kamis (8/6/2023).
Bertempat di Jemaat Persaudaraan Wagga Ae Klasis Sabu
Barat, peresmian dan penyerahan Pastori Contoh itu dihadiri oleh Pdt. Dr. Mery
L. Y. Kolimon, Ketua Majelis Sinode GMIT Periode 2020 – 2023, Bapak Yohanis Uly
Kale, Wakil Bupati Sabu Raijua, Pater Dr. Philipus Tule, SVD., Rektor UNWIRA,
Ir. Robertus Mas Rayawulan, ST., MT., Ketua IAI NTT, Bapak Budhi Benyamin Lily,
ST., MT., dosen UNWIRA sekaligus arsitek Pembangunan Gereja Contoh dan Pastori
Contoh, Pendeta-pendeta GMIT, dan Jemaat Persaudaraan Wagga Ae Klasis Sabu
Barat.
Dalam
sambutannya, Bapak Yohanis Uly Kale, Wakil Bupati Sabu Raijua, mengatakan bahwa
Pemerintah dan Gereja harus bekerja sama dalam menjalankan pembangunan.
“Semua bentuk
pembangunan tidak terjadi begitu saja, tetapi semuanya itu ada karena kehendak
Tuhan. Tuhan mengirimkan orang-orang terbaiknya untuk membantu kita di sini.
Jadi, kita semua, Pemerintah dan Gereja, diajak untuk saling membantu dan
bekerja sama dalam melaksanakan proses pembangunan di daerah kita ini,” tutur
Bapak Yohanis Uly Kale.
Kemudian,
Pater Dr. Philipus Tule, SVD., Rektor UNWIRA, mengatakan bahwa Pimpinan UNWIRA
sangat menghargai dan berterima kasih kepada GMIT yang telah mau bekerja sama
dengan UNWIRA.
“Kalau dulu,
kita hanya tukar menukar ilmu di ruang kuliah, tetapi sekarang kita langsung
terlibat dalam kehidupan masyarakat. Memang, kita harus menjadi seperti Yesus
yang bisa menjadi gembala yang baik bagi domba-domba-Nya,” ungkap Rektor UNWIRA
yang biasa dipanggil Pater Lipus.
Selain itu, Pater Lipus, ahli dan dosen Filsafat Islam
(Islamologi) UNWIRA, mengatakan bahwa sekarang kita harus membangun gereja dan
pastori dengan kekuatan kita sendiri, tanpa bergantung secara berlebihan kepada
misionaris zaman dulu.
Sementara itu,
dalam Suara Gembala-nya, Pdt. Dr. Mery L. Y. Kolimon, Ketua Majelis Sinode GMIT
Periode 2020 – 2023, mengatakan bahwa persaudaraan adalah batu karang dalam
menjalankan kehidupan.
“Jemaat
Persaudaraan Wagga Ae Klasis Sabu Barat telah menjadi contoh ketekunan yang
menghasilkan sesuatu yang baik. Sebab, semua pekerjaan menjadi ringan karena
dijalankan secara bersama-sama,” tutur Pdt. Dr. Mery L. Y. Kolimon.
Selain itu,
Pdt. Dr. Mery L. Y. Kolimon juga menjelaskan alasan pembangunan Rumah Pastori
ialah ketika salah satu pendeta dan 2 (dua) anaknya meninggal saat bencana
Siklon Tropis Seroja di salah satu Rumah Pastori. Menurut Pdt. Dr. Mery L. Y.
Kolimon, kejadian itu sangat menyayat hati dan menggugah Majelis Sinode GMIT
untuk membangun Pastori Contoh dan Gereja Contoh Tahan Bencana.
“Kita harus
melanjutkan hal-hal yang sudah kita jalani. Tugas Mama Pendeta Klasis Sabu
Barat selanjutnya ialah menanam pohon di depan Rumah Pastori dan gereja, supaya
pohon-pohon dapat hidup dengan baik dan memberikan kesegaran untuk seluruh
jemaat,” ungkap Pdt. Dr. Mery L. Y. Kolimon.
Peresmian dan
penyerahan Pastori Contoh yang pertama itu ditutup dengan Ibadat atau Kebaktian
Bersama yang sangat ekumenis.
Semua ini terjadi hanya karena kuasa Allah,” ujar Pdt.
Emil Hauteas, Ketua UPP Kemitraan dan Hubungan Ekumenis Majelis Sinode GMIT
dalam khotbahnya. (MDj/red)
0 Comments