(Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim) |
Jakarta, CAKRAWALANTT.COM - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, kembali menyoroti tes Membaca, Menulis, dan Berhitung (Calistung) sebagai syarat dalam Penerimaan
Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Dasar (SD).
Ia meminta agar semua pihak tidak memaknai
calistung sebagai satu-satunya bukti keberhasilan di Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) maupun syarat penerimaan peserta didik di SD.
“Itu memang keterlaluan, sangat keterlaluan sih
bahwa penerimaan di SD masih ada tes calistung. Bayangkan. Itu artinya banyak
sekali SD SD kita melepas tangan. Mereka merasa bukan tanggung jawab mereka
untuk mengajarkan calistung,” kata Nadiem melalui Youtube Kemendikbud dikutip Jumat (9/6/2023).
Baca juga: Presiden: Pancasila Fondasi Indonesia Berhasil Hadapi Krisis Global
Nadiem mengatakan Kemendikbudristek akan mengubah
miskonsepsi tersebut. Kemendikbudristek telah memberikan sinyal yang sangat
keras kepada guru SD bahwa mereka bertanggung jawab untuk mencapai kompetensi
minimum dalam calistung. Tanggung jawab itu bukan malah dilempar kepada PAUD.
Ia mengatakan calistung masih diperkenankan
diajarkan di PAUD. Namun, harus disertai dengan kemampuan literasi dan
numerasi. Proses pembelajarannya pun harus dilakukan dengan menyenangkan.
“Saya bukan menyebut calistung tidak boleh
diajarkan di PAUD, ini juga salah. Jadi banyak yang miskonsepsi mengartikan
kebijakan ini 'sekarang Mas Menteri bilang enggak boleh calistung di PAUD'.
Salah,” ujarnya.
“Jangan menaruh kata-kata dalam presentasi saya
dari makna ini. Ini salah. Ini tidak tepat. Yang benar adalah calistung itu
bisa dibangun sejak PAUD tetapi harus disertai dengan konteks kemampuan
literasi dan numerasi dan harus menyenangkan,” sambungnya.
Nadiem mendorong agar sekolah-sekolah menerapkan
pembelajaran yang membangun kemampuan pondasi peserta didik secara holistik
yakni dengan pendekatan-pendekatan yang saat ini banyak sekali terlantar di
PAUD dan dua tahun awal masa SD mengenai pengembangan sosial dan emosional,
kematangan sosial serta emosional anak-anak.
Baca juga: Ketika Pendidikan dan Kebudayaan Berpadu Dalam Karnaval Merdeka Belajar
Ia meminta agar kemampuan yang dikembangkan bukan
hanya calistung, namun juga kemampuan emosional, komunikasi dan nilai-nilai
budi pekerti.
"Semuanya fokus hanya pada kemampuan dasar
calistung, tetapi tidak fokus kepada yang lebih penting lagi yaitu kompetensi
sosial dan emosional daripada anak itu, kematangan emosional dari setiap anak
itu," ucap Nadiem.
Nadiem telah menghapus calistung dalam PPDB
Jenjang SD lantaran miskonsepsi atau kesalahpahaman mengenai calistung pada
PAUD masih saja terjadi.
Ia menilai pengajaran calistung pada anak selama
ini menggunakan metode yang salah sehingga membuat anak menganggap sekolah
menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan.
Menurut Nadiem, persepsi mengenai calistung adalah
satu-satunya yang penting dalam pembelajaran PAUD memberikan sejumlah
konsekuensi pada anak. Ia menilai konsekuensi paling menakutkan yakni anak
merasa bahwa belajar itu tidak menyenangkan sejak dini. (CNN Indonesia/MDj/red)
0 Comments