Oleh: Fransiska Yudianti Savera Niru,
S.Pd.
(Guru SMPN 1 Palue, Sikka)
CAKRAWALANTT.COM - Dalam
kehidupan sehari-hari, bahasa selalu digunakan sebagai alat komunikasi, baik
secara lisan maupun tulisan. Dengan menggunakan bahasa, proses penyampaian
pesan dapat berlangsung dengan baik. Peran bahasa tersebut menjadi perhatian
khusus semua pihak, termasuk dunia pendidikan, agar dapat dikuasai, dipahami,
dan dipraktikkan dalam proses interaksi.
Salah
satu bahasa yang wajib dipelajari di semua jenjang pendidikan di Indonesia
adalah Bahasa Indonesia. Pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama
(SMP), Bahasa Indonesia dijadikan mata pelajaran wajib. Di dalamnya, terdapat
beberapa materi (sesuai kurikulum pendidikan) yang diajarkan, seperti teks
deskripsi, teks cerita pendek, teks laporan hasil observasi, teks prosedur, dan
teks cerita inspiratif.
Salah
satu teks yang dibahas dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia adalah teks
prosedur. Menurut Kosasih (2014 : 67), teks prosedur adalah suatu teks yang
berisi langkah-langkah aktivitas atau kegiatan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan secara lengkap, jelas, dan terperinci. Teks prosedur berisi cara
untuk melakukan sesuatu.
Pada
umumnya, teks prosedur dibutuhkan sebagai panduan bagi seseorang dalam membuat
atau menyusun sesuatu. Salah satu sub materi dari teks prosedur adalah
mengidentifikasi ciri kebahasaan teks, sehingga peserta didik harus melakukan
identifikasi terhadap suatu ciri kebahasaan yang terdapat pada teks tersebut.
Identifikasi berarti penentu atau penetapan identitas orang, benda, dan
sebagainya (KBBI, 2000 : 256).
Dalam konteks pembelajaran Bahasa Indonesia, Penulis sebagai Guru Pengampu Mata Pelajaran Bahasa Indonesia menginginkan para peserta didik mampu mengidentifikasi ciri kebahasaan teks prosedur. Para peserta didik harus mampu memahami, mengidentifikasi, membedakan, menganalisis, dan bahkan memproduksi teks yang benar.
Namun, pada kenyataannya, Penulis masih menemukan persoalan
dalam proses pembelajaran. Sebagian peserta didik belum mampu mengidentifikasi
ciri kebahasan teks prosedur. Hal itu disebabkan karena rendahnya kemampuan
identifikasi, kurangnya konsentrasi, dan minimnya motivasi mengikuti Kegiatan
Belajar dan Mengajar (KBM).
Di
sisi lain, Penulis masih menyadari penggunaan media pembelajaran yang
konvensional dan kurangnya pemanfaatn teknologi cenderung membuat peserta didik
tidak bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.
Berangkat
dari persoalan tersebut, Penulis mencoba untuk melakukan inovasi dalam media
pembelajaran berupa 3T, yakni Tebak, Tulis, dan Tempel. Media 3T adalah media
yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima. Pesan yang akan
disampaikan tersebut dituangkan ke dalam komunikasi visual. Hal itu berfungsi
untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, dan mengilustrasikan fakta
agar terus diingat oleh peserta didik.
Dalam
penggunaan Media 3T, dibutuhkan persiapan alat dan bahan seperti kertas manila,
potongan kertas HVS/sticky note,
penggaris, mistar, spidol, lem, dan perekat. Pada kertas manila dibuat tabel
atau kolom kalimat perintah, kalimat pasif, penggunaan kriteria/batasan, kata
keterangan, kalimat saran/larangan, kata penghubung (konjungsi) yang menjadi
ciri kebahasaan teks prosedur untuk memudahkan peserta didik untuk menempelkan
kata, serta kalimat dan konjungsi sesuai dengan ciri kebahasaan teks prosedur.
Setelah
selesai menyiapkan alat dan bahan, selanjutnya, penerapan Media 3T tersebut
dalam pembelajaran di kelas dapat diawali dengan persiapan fisik dan psikis
peserta didik agar siap menerima pembelajaran dengan menjelaskan
langkah-langkah yang telah disediakan. Adapun urutan penggunaan Media 3T adalah
sebagai berikut.
Pertama, Tebak. Pada langkah ini, peserta didik
dibagi ke dalam 4-5 kelompok dengan jumlah anggota masing-masing yang merata.
Kemudian, secara berkelompok, para peserta didik membaca teks prosedur yang
tellah disiapkan, misalnya cara memainkan alat musik tertentu, seperti
angklung.
Seusai
membaca teks, para peserta diminta untuk menebak kalimat perintah, kalimat
pasif, penggunaan kriteria/batasan, kata keterangan, kalimat saran/larangan,
kata hubung (konjungsi) yang menjadi ciri kebahasaan teks prosedur. Pada tahap
ini, peserta didik diberikan waktu selama 20 menit.
Kedua, Tulis. Setelah menebak kalimat perintah, kalimat
pasif, penggunaan kriteria/batasan, kata keterangan, kalimat saran, kata
penghubung, dan sebagainya, para peserta menuliskan kembali kalimat perintah,
kalimat pasif, penggunaan kriteria/batasan, dan hal-hal lain yang menjadi ciri
kebahasan teks prosedur yang ditemukan pada potongan kertas/sticky note yang telah disiapkan dengan
batas waktu 20 menit.
Ketiga, Tempel. Setelah menuliskan semua hal yang menjadi
ciri kebahasaan teks prosedur pada potongan kertas, peserta didik, secara
berkelompok, menempelkan semua hal tersebut ke dalam tabel ciri kebahasaan teks
prosedur yang telah disiapkan.
Setelah
itu, Penulis memberikan koreksi terhadap jawaban yang ditempelkan peserta didik
pada kolom yang telah disiapkan. Jika jawaban peserta didik masih keliru, maka
akan diperbaiki secara bersama-sama sekaligus melakukan refleksi atas
pembelajaran yang telah dilakukan.
Setelah
menggunakan Media 3T, Penulis menemukan adanya peningkatan kemampuan peserta
didik dalam memahami dan mengidentifikasikan ciri kebahasaan teks prosedur.
Selain itu, pembelajaran di dalam kelas pun menjadi lebih menyenangkan,
konsentrasi peserta didik pun meningkat, serta tingkat keaktivan peserta didik
menjadi lebih baik. Untuk itu, Media 3T harus disusun berdasarkan urutan
tertentu dan dihubungkan dengan materi pembelajaran yang sesuai.
Penggunaan
Media 3T sangat membantu untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap
materi tertentu karena penyajiannya yang efektif, sebab bisa ditempelkan,
digantung, atau diproyesikan sehingga dapat dilihat dengan baik. Hal itu
tentunya dapat menambah pengetahuan baru bagi peserta didik, apalagi
pembuatannya yang murah dan efisien.
Oleh
sebab itu, Media 3T sangat membantu dalam menjelaskan sebuah materi
pembelajaran secara inovatif, kreatif, dan tentunya menyenangkan pada Kegiatan
Belajar dan Mengajar (KBM). (MDj/red)
0 Comments