|
(Dokumentasi Kemendikbudristek) |
Medan, CAKRAWALANTT.COM - Dalam Diseminasi Program Prioritas Bidang
Kebahasaan dan Kesastraan yang berlangsung di Medan, Sabtu (1/4/2023), Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Sekretaris Badan Bahasa,
Hafidz Muksin, menjabarkan Program Prioritas Bidang Kebahasaan Dan Kesastraan.
Badan Bahasa sebagai unit utama di Kemendikbudristek yang mengawal pengembangan
dan pembinaan bahasa, telah melakukan transformasi kebijakan dengan tiga fokus
utama, yaitu (1) Literasi Kebahasaan dan Kesastraan; (2) Pelindungan Bahasa dan
Sastra, dan (3) Internasionalisasi Bahasa Indonesia.
Literasi kebahasaan dan kesastraan merupakan salah satu upaya Badan Bahasa
untuk menciptakan ekosistem masyarakat Indonesia yang berbudaya literasi
(terutama baca tulis). Hasil Asesmen Nasional (AN) 2021 menunjukkan bahwa
Indonesia mengalami darurat literasi dimana satu dari dua peserta didik belum
mencapai kompetensi minimum literasi.
Hasil AN 2021 nyatanya konsisten dengan hasil
PISA dalam 20 tahun terakhir yang menunjukkan bahwa skor literasi membaca
peserta didik di Indonesia masih rendah dan belum berubah secara signifikan di
bawah rata-rata peserta didik di negara OECD.
Sebagai upaya mengatasi kondisi tersebut, Kemendikbudristek meluncurkan Merdeka
Belajar Episode Ke-23: Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia. Pada tahun
2022 Kemendikbudristek telah mencetak dan mengirimkan lebih dari 15 juta
eksemplar buku untuk lebih dari 20 ribu PAUD dan SD yang paling membutuhkan di
daerah 3T.
Terdapat tiga pilar penting dalam program literasi, yakni pemilihan dan
penjenjangan, cetak dan distribusi, serta pelatihan dan pendampingan.
Kemendikbudristek memilih buku berdasarkan kriteria buku bacaan bermutu, yaitu
buku yang sesuai dengan minat dan kemampuan baca anak. Kemendikbudristek telah
menyediakan dan mengirimkan 15.356.486 eksemplar (716 judul) buku bacaan
bermutu ke 5.963 PAUD di daerah 3T dan 14.595 SD di daerah 3T dan daerah dengan
nilai kompetensi literasi/numerasi yang masuk kategori merah.
Sekretaris Badan Bahasa, Hafidz Muksin, mengatakan pelatihan dan pendampingan
merupakan kunci keberhasilan penggunaan buku bacaan agar kepala sekolah, guru,
dan pustakawan mampu mengelola buku bacaan serta memanfaatkan buku bacaan untuk
peningkatan minat baca dan kemampuan literasi siswa.
Lalu, mengenai pelindungan bahasa dan sastra daerah. Hal ini merupakan upaya
menjaga bahasa dan sastra daerah agar tidak punah. Hafidz Muksin menyampaikan
berkaitan dengan itu, berbagai aktivitas telah dilaksanakan dalam rangka
melindungi bahasa daerah, yaitu pemetaan bahasa, kajian daya hidup bahasa,
konservasi, revitalisasi, dan registrasi.
“Dari berbagai aktivitas pelindungan bahasa
daerah, prioritas tahun ini diarahkan pada upaya menumbuhkan penutur muda
melalui revitalisasi bahasa daerah,” ujarnya.
Revitalisas, menurutnya, merupakan langkah strategis dalam rangka menggelorakan
kembali penggunaan bahasa daerah dalam berbagai ranah kehidupan sehari-hari
melalui cara yang menyenangkan. Revitalisasi juga merupakan upaya menjamin hak
masyarakat adat untuk melestarikan dan mempromosikan bahasa meraka serta
mengarusutamakan keragaman bahasa ke dalam semua agenda pembangunan.
Kemendikbudristek telah meluncurkan program Merdeka Belajar Episode-17, yakni
Revitalisasi Bahasa Daerah. Pada tahun 2022, telah dilakukan revitalisasi
bahasa daerah terhadap 39 bahasa daerah yang terdapat di 157 kabupaten pada 13
provinsi dengan melibatkan 104.112 guru dan kepala sekolah yang telah
mengimbaskan kepada 2.905.311 siswa SD dan SMP sebagai penutur muda.
Program revitalisasi Bahasa daerah juga mendapatkan dukungan positif dari
Pemerintah Daerah dan masyarakat setempat. Selanjutnya, Kementerian Dalam
Negeri juga memastikan beberapa hal, yaitu (1) program Revitalisasi Bahasa
Daerah akan masuk ke dalam rencana kerja Pemerintah Daerah; (2) penyediaan
dukungan anggaran melalui Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah; dan (3)
pelaksanaan koordinasi melalui pemantauan dan evaluasi secara berkala.
Pada tahun 2023, akan dilakukan revitalisasi sebanyak 71 bahasa daerah di 25
provinsi, termasuk diantaranya lima bahasa daerah di Sumatra Utara, yaitu
Bahasa Melayu dialek Panai, Bahasa Batak dialek Angkola, Bahasa Melayu dialek
Sorkam, Bahasa Batak dialek Toba, dan Bahasa Melayu dialek Asahan.
Kemudian terkait internasionalisasi bahasa Indonesia, ini merupakan upaya untuk
meningkatkan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional berdasarkan
amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, serta Lagu Kebangsaan. Internasionalisasi bahasa Indonesia melalui
jalur Diplomasi Kebahasaan meliputi pemanfaatan ilmu, sumber daya, dan strategi
kebahasaan untuk mengembangkan dan membina hubungan baik antarbangsa dan
antarnegara.
Upaya yang dilakukan oleh Kemendikbudristek, yaitu dengan memfasilitasi program
Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) yang tersebar di 50 negara di dunia
dengan jumlah yang tidak kurang dari 470 penyelenggara program BIPA serta
dengan mengirimkan para pengajar BIPA yang bertugas di luar negeri.
Hafidz Muksin mengatakan bahwa saat ini sudah ada usulan Bahasa Indonesia
digunakan sebagai Bahasa resmi General
Conference UNESCO. Perkembangan terkini bahwa dokumen resmi dari Indonesia
(hasil kolaborasi Kemendikbudristek dan Kemenlu) sudah diterima Dubes RI di
Paris/Wakil Tetap Indonesia di Unesco.
“Mei mendatang usulan tersebut akan dibahas
dalam sidang Dewan Eksekutif UNESCO guna pembahasan final di bulan November
2023,” pungkasnya.
Diseminasi Program Prioritas Bidang Kebahasaan dan Kesastraan dihadiri oleh
lebih dari 100 peserta yang terdiri atas unsur pemerintah daerah, dinas
pendidikan, unit pelaksana teknis Kemendikbudristek, pengawas, kepala sekolah,
guru, praktisi pendidikan, dosen, dan pegiat literasi. Tujuan kegiatan ini
adalah untuk mempertajam strategi implementasi program prioritas bidang
kebahasaan dan kesastraan agar berjalan dengan efektif hingga ke daerah.
(Kemendikbudristek/MDj/red)
0 Comments