KAU YANG REDUP
Puisi Marlin Lering*
Dunia
hanya panggung opera.
Sekitarmu
adalah fana.
Seumpama
lakon,
kudu
dilakonkan.
Sekitarmu
adalah fana.
Kau
yang redup,
apakah
kau akan redup?
Padahal
hidup masing panjang,
hal
baru bisa dibuat,
masa
depan menunggumu,
asa
harus kau gantung setinggi langit.
*Guru SMA Negeri 1 Maumere
MENGGAPAI SURGA
Puisi Diro Darius*
Pintu
cinta istana kerajaan abadi
kian
menanti dengan kasih setianya.
Dia
menuntun aku,
Neraka
di kakiku,
Surga
di kepalaku,
bertumpu
harapan nan suci
warisan
cinta nenek moyang.
Ada
jari jemari harapan
memandang
Surga.
Tali
kasih siraman rohani,
santapan
rohani,
bakal
menuju istana abadi.
Kerjaan
Surga sudah dekat,
tobatku
merah jingga
membakar
spirit menuju istana kekal.
(10/10/2000)
*Guru SMA Negeri 1 Maumere
SEPASANG MATA
Oleh : Susana Marista*
Malam
tak berbintang. Langit gelap. Rasaku sepasang mata menatap dari langit begitu
jauh, tapi rasanya begitu dekat. Sepasang mata itu menatapku dengan sorot penuh
sangsi, muncul tanya dalam benakku, “Bahagiakah kau di sana, kasihku?”
Sedalam
laut kasihku padamu, sepasang mata indah, tapi kehilangan telah mematahkan
semangatku.
Tujuh
tahun sudah, sejak sayap-sayap itu mengepak membawamu ke negeri tak terjangkau
nalarku, belum juga aku sanggup mengingat dan membalas jasamu, kau telah
beranjak ke negeri seberang tanpa kudengar kata akhir dari mulutmu.
Sepasang
mata menatap begitu jauh tetapi begitu dekat. Ayah. . . 7 tahun sudah
kepergianmu membekas nyata dalam sanubariku. Nasihatmu, marahmu, sedihmu,
deritamu, keteladananmu, leluconmu sungguh membekas, Ayahku.
Rinduku
meletup-letup, berkejaran dengan waktu, tetapi tak sampai-sampai juga di ufuk
kerinduanku padamu, Ayahku.
Sepasang
mata penuh perjuangan berpedar-pedar menatapku penuh cinta dan harapan akan
bahagiamu di keabadian, Ayahku.
*Guru SMA Negeri 1 Maumere
(red)
0 Comments