(Sebuah Testimoni Oleh Maksimus Masan Kian/Ketua PGRI Kabupaten Flores Timur)
(Dokumentasi kegiatan) |
Flores Timur, CAKRAWALANTT.COM - HUT
PGRI Tingkat Kabupaten secara terpusat yang dilaksanakan di PGRI Cabang secara
bergilir telah dimulai dari Witihama (Pulau Adonara) pada tahun 2021 sebagai
pembuka jalan dan sukses terlaksana. Tahun kedua (2022), juga terlaksana dengan
sangat baik di PGRI Cabang Ile Bura (daratan Flores) dan tahun ini siap
dilaksanakan di Cabang Solor Barat (Daratan Solor) tentunya pasti menarik.
Lalu
dimana pusat HUT PGRI Tahun 2024 saat pelaksanaannya di Pulau Adonara kembali?
Kemarin, Rabu (8/3/23), dalam momentum Konferensi Kerja Cabang I dan II, PGRI
Cabang Adonara Tengah "beri kode". Kode yang dimaksudkan ini bukan
tersampaikan atau terucap, tetapi tampak dari seluruh rangkaian kegiatan Konferensi
Kerja yang mengindikasikan cabang ini punya kematangan mengurus sebuah kegiatan
besar.
Mari
kita bentangan sejumlah hal yang saya maksud sebagai " beri kode" tersebut.
Pertama, jumlah guru yang hadir di atas 95%. Berikut, pada acara pembukaan
kegiatan yang terpusat di Lewopulo, Desa Lewobele, Kecamatan Adonara Tengah
ini, rombongan Pengurus PGRI Kabupaten, Cabang, Anggota, disambut gegap gempita
oleh seluruh masyarakat di Lewopulo, mulai dari tokoh adat, tokoh masyarakat, Pemerintah
Desa, Kepala Sekolah dan guru di Desa Lewobele sebagai tuan rumah, masyarakat
dan juga anak -anak. Pada tempat penyambutan dibangun satu gapura yang sangat
tinggi dan dilekatkan baliho Selamat Datang Ketua PGRI Kabupaten Flores Timur
pada Konferensi Kerja Cabang I dan II PGRI Cabang Adonara Tengah.
Hal
menarik lain, masih pada acara pembukaan, yakni sapaan dengan sastra adat
lamaholot yang sangat dalam dan bermakna. Selain mengurai nama Masan dan Kian
dengan sastra Lamaholot, nama Bapak kandung saya Kewa Ama juga diuraikan pada
sapaan ini. Sungguh membuat terharu. Sastra Lamaholot luar biasa. Setelah
seremoni pengguntingan pita, bersama Ketua Cabang dan perwakilan Camat Adonara
Tengah dikalungi selendang khas Adonara dan diarak oleh barisan drumband dari
SMP Negeri 1 Adonara Tengah dan Tarian Hedung
oleh anak anak dan masyarakat Lewopolu.
Sebelum
menuju ke Aula di Gereja Lewopulo sebagai pusat kegiatan, Rombongan PGRI Kabupaten,
Cabang, Korwil dan pihak Kecamatan diarak masuk ke rumah adat Lewopulo. Satu
rangkaian adat yang tentunya memberikan kekuatan. Setelah beberapa menit berada
di rumah adat, kami diarak menuju ke pusat kegiatan. Para guru anggota PGRI
Cabang Adonara Tengah sudah membludak di lokasi kegiatan. Saat melangkah masuk
di dalam ruangan, kami disambut dengan sangat meriah. Dalam posisi berdiri,
semua peserta memberikan tepukan tangan sebagai ucapan selamat datang.
Penempatan
posisi duduk di depan, tidak saja diisi oleh Pengurus PGRI Kabupaten, Cabang,
Korwil dan pihak Kecamatan, tetapi kiri dan kanan mengapiti kami, duduk juga Kebele Lewotana. Tokoh adat, tokoh
masyarakat.
Orang
Muda Lewopulo mengambil peran penuh sebagai pelayan. Satu hal ini, menurut saya,
sangat unik. Dengan tampilan seragam, mereka tampak sangat gesit memberikan
pelayanan konsumsi, baik snack maupun
makan, dengan apik. Saat minum kopi dan teh, sudah ada orang yang disiapkan
untuk bertugas menambah teh atau kopi serta kue pada gelas peserta.
Demikian
pula saat makan, sudah ada yang siap memberi tambahan nasi, sayur, ikan, atau
sambal. Ini sebuah pemandangan yang sangat langka di tengah zaman yang semakin
modern. Kolaborasi yang sangat baik antara PGRI dan masyarakat. Tepat, PGRI
adalah organisasi yang bukan milik para guru semata, tetapi milik masyarakat.
Forum
ini juga dihadiri oleh para Kepala Desa di Kecamatan Adonara Tengah. Hadir
Kepala Desa Lewobele, Kepala Desa Lite, dan Kepala Desa Wewit. Tidak sekedar
datang ikut pembukaan, tetapi hadir sampai akhir acara dan juga memberikan
pikiran.
Pengurus
Cabang dengan rendah hati dan terbuka menyampaikan seadanya apa yang telah
mereka laksanakan, baik program maupun keuangan, sambil menyampaikan terima
kasih dan permohonan maaf. Pengurus Ranting, Kepala Sekolah, dan para guru
memberikan refleksi dan evaluasi. Memberi catatan kritis dan pemikiran yang
konstruktif. Saat ruang aspirasi dibuka, dengan elegan mereka mengutarakan
sejumlah hal sebagai aspirasi mereka dan memohon untuk dapat disalurkan pada
lembaga terkait untuk diupayakan jalan keluarnya.
Pada
acara selingan, sejumlah kreativitas anak-anak, baik dalam bentuk tarian, musik,
bernyanyi, dan berpuisi ditampilkan. Sangat organik, penampilan anak-anak
kampung dengan wajah yang polos. Generasi baru Adonara Tengah!
Hingga
akhir pertemuan, kesetiaan anggota mengikuti rangkaian acara benar-benar
ditunjukan. Tokoh masyarakat, Kepala Desa, dan pihak Kecamatan hadir hingga
puncak acara. Selain gagasan, program PGRI Kabupaten Flores Timur terkait
pembangunan rumah guru atau Sekretariat PGRI Flores Timur disambut gembira.
Sumbangan dari anggota PGRI Cabang Adonara Tengah setelah terhitung mampu
membayar satu ret batu dan satu ret pasir.
Setelah
acara penutupan, peserta tidak langsung bubar, walau sudah pukul 18.00 WITA.
Semua tumpah ruah di halaman gereja Lewopulo sembari melepaskan penat dengan
menari bersama. Semua masyarakat hadir. Rombongan PGRI Kabupaten baru
meninggalkan lokasi pukul 21.00 WITA setelah makan malam bersama di Rumah Adat
Lewopulo.
Pengalaman
yang sangat sangat berksesan dan tentunya tercatat dalam sejarah. Perjumpaan
yang sangat berenergi. Sungguh nilai adat budaya masih terawat dengan sangat
baik.
Senareke wahakae.
(MDj/red)
0 Comments