(Foto: Dokumentasi PGRI Kabupaten Flores Timur) |
Flores Timur, CAKRAWALANTT.COM - Forum
Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh PGRI Kabupaten Flores Timur
menyongsong puncak perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-77 PGRI dan Hari Guru
Nasional (HGN) Tahun 2022 mendorong PGRI Flores Timur untuk membuat peta jalan
pendidikan Kabupaten Flores Timur. Seminar Nasional dengan topik “Merdeka
Belajar, Merdeka Mengajar, dan Merdeka Berinovasi” dilaksanakan pada Kamis
(24/11/22) di Desa Lewotobi, Kecamatan Ile Bura.
Narasumber
yang diundang hadir pada kegiatan ini, diantaranya Harsiana Wardani (Kepala
Sekolah Berprestasi Tingkat Nasional), Ismi Fajarsih (Guru Berprestasi dari
Yogyakarta), Alexander Take Ofong dan Ana Waha Kolin (Anggota DPRD NTT), Yosef
A. Bapaputra (Kepala Kementerian Agama Kabupaten Flores Timur), Skolastika
Susanti Tufan (Guru Penggerak), Romo Thomas Labina (Ketua Yapersuktim), serta
Egidius Demon Lema (Wakil Ketua PGRI Flores Timur).
Sejumlah
hal penting dikemukan dalam forum ini. Harsiana Wardani, dalam kesempatan pertama,
mengangkat soal pentingnya membangun iklim sekolah yang produktif. Kepala SD
Negeri Kasihan Bantul Yogyakarta ini mengatakan bahwa membangun sekolah tidak
harus menunggu anggaran yang besar. “Kerja sama melibatkan sumber daya dan
potensi yang dimiliki yang dilakukan dengan sabar dan penuh cinta bakalan
berbuah manis. Prestasi akan diraih dari upaya upaya cerdas dan kerja keras,”
terangnya.
Sementara
itu, Ismi Fajarsih mendorong kepercayaan diri dalam membangun sekolah. “Berada
di pelosok tidak lantas membuat menyerah dengan keadaan. Kreasi dan inovasi
justru lahir dari kondisi sulit,” tegasnya.
Lebih lanjut,
Skolastika Susanti Tufan, Guru pada TK Negeri 1 Solor Timur yang dipercayakan
mewakili guru-guru Flores Timur pada kesempatan itu, mengatakan guru-guru
Flores Timur, terlebih guru TKK, harus berani berinovasi. Menurut Guru
Penggerak Angkatan 2 Kabupaten Flores Timur ini, guru mesti berani berinovasi
dan jangan malu menampilkan karya inovasinya.
Hal itu
senada dengan pandangan Romo Thomas Labina. Pada forum itu, Romo Thomas membawa
para guru untuk selalu berefleksi dengan profesi guru yang diemban. Bagi Ketua
Yapersuktim Keuskupan Larantuka ini, para guru dalam menjalankan tugas tidak
saja memperhatikan poin tetapi juga nilai. Karakter anak-anak, ungkapnya, mesti
dibentuk dan guru adalah teladannya.
Pentingnya Solidaritas dan Kolaborasi
Dalam seminar
tersebut, Egidius Demon Lema, selaku Wakil Ketua PGRI Kabupaten Flores Timur,
menggugah forum terkait solidaritas antar guru. “Saling topang, saling membantu,
dan berbagi kelebihan pengetahun dan keterampilan dalam membangun iklim
pendidikan yang nyaman. Guru bisa berkembang kalau terciptanya kolaborasi. Sudah
saatnya bergerak bersama,” ujar Egidius.
Lalu, Yosef
A Bapaputra, selaku Kepala Kementerian Agama Kabupaten Flores Timur, pada
kesempatan itu, menyingung soal adanya kolaborasi yang baik antara Kementerian
Agama dengan Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Flores Timur.
Dengan kolaborasi yang baik, menurut Yosef, sejumlah hal dapat dilakukan dalam
upaya meningkatkan profesionalisme guru.
Ana
Waha Kolin, selaku Anggota DPRD Propinsi NTT, pada kesempatan itu, mengaku
bangga dengan kiprah guru, khususnya kaum perempuan. Baginya, perempuan
biasanya kurang tampil dan merasa minder. Namun, saat ini, kreativitas dan
inovasi itu mulai tumbuh di kalangan kaum perempuan. Menurut Ana, membangun
pendidikan memang sangat kompleks, tetapi upaya-upaya harus terus dilakukan. Ia
berharap komunikasi terkait aspirasi-aspirasi para guru kiranya terus
disalurkan kepada lembaga DPRD sehingga terbentuk kerja sama yang baik dalam mencari
jalan keluar menyangkut persoalan yang menimpa guru.
Sementara
itu, pembicara terakhir, Alexander Take Ofong, selaku Anggota DPRD NTT, mengatakan
wakil rakyat akan terus konsisten ke depannya untuk menerima aspirasi
masyarakat dan mengawalnya.
“Saya
senang dengan geliat PGRI Flores Timur. Saya kenal Maksi ini sejak masih
memimpin Agupena. Orangnya kreatif dan terus bergerak. Tidak pernah diam. Kami
sudah sama-sama lama sejak di Agupena dan semangat yang sama saat ini Ia
terapkan bersama dengan teman teman di PGRI Kabupaten Flores Timur. Sangat
hidup dan berdaya organisasi PGRI Flores Timur. Dengan semangat yang baik ini,
melalui forum ini kami mendorong PGRI Flores Timur agar segera membuat Peta
Jalan Pendidikan di Kabupaten Flores Timur. Peta jalan pendidikan dimaksud akan
menjadi pintu masuk yang baik dalam menata pendidikan di Kabupaten Flores Timur
yang lebih maju,” kata Alex.
Audience
Seminar Nasional pada kesempatan itu menyampaikan sejumlah hal terkait gagasan
membangun iklim belajar yang merdeka di sekolah, juga aspirasi terkait
persoalan yang menimpa guru Flores Timur.
Seminar
Nasional terasa hangat sebab dipandu oleh moderator perempuan muda, kader PGRI
Flores Timur, Maria Natalia Ana Yusti. Sekretaris Bidang Pemberdayaan Perempuan
PGRI Kabupaten Flores Timur ini berapi-api merangsang forum untuk menumpahkan
gagasan dan keluh kesah dalam pengabdian sebagai guru.
Maksimus
Masan Kian, selaku Ketua PGRI Kabupaten Flores Timur, pada kesempatan itu, langsung
merespon permintaan narasumber terkait dengan pembuatan Peta Jalan Pendidikan
Kabupaten Flores Timur.
“PGRI
Flores Timur merespon dengan senang hati gagasan untuk membuat Peta Jalan Pendidikan
Flores Timur. Kita akan segera eksekusi. Prinsip PGRI Flores Timur, hal yang
positif untuk kepentingan banyak orang jangan ditawar-tawar lagi untuk
dilaksanakan atau tidak. Kita akan segera eksekusi, tentu melewati persiapan
dan komunikasi dengan sejumlah elemen peduli pendidikan yang nantinya akan
diajak untuk sama sama menghasilkan dokumen dimaksud,” kata Maksi. (MDj/red)
0 Comments