Oleh :
Kornelia Paskah Perdana Tuga Siga, S.Pd.
(Guru
SMP Negeri Sadi)
CAKRAWALANTT.COM - Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, semangat
adalah kemauan atau gairah untuk berjuang, bekerja, dan sebagainya. Ketika
memiliki semangat, pekerjaan dapat dilakukan tanpa ada rasa tertekan. Seseorang
bisa bersemangat ketika merasa bahagia di tempat dimana ia berada. Hal demikian
juga yang akan terjadi ketika seorang peserta didik merasa bahagia saat berada
di kelas. Perasaan bahagia itu membuatnya bersemangat dalam belajar. Kegiatan
pembelajaran lantas tidak lagi dianggap sebagai suatu beban, melainkan menjadi
hal yang menyenangkan.
Sayangnya, hal seperti ini tidak ditemui dalam
diri beberapa peserta didik ketika menerima pelajaran Bahasa Inggris di kelas.
Keberhasilan pengajaran Bahasa Inggris belum terasa akibat kurangnya semangat
dari beberapa peserta didik. Sikap tidak bersemangat ini berpengaruh terhadap
kurangnya kehadiran mereka di dalam kelas. Ketidakhadiran menyebabkan
terlewatkannya meteri-materi yang harus diperoleh dan mengakibatkan peserta
didik tidak bisa mengerjakan soal-soal latihan dengan baik.
Tentu saja guru bertanggung jawab atas apa yang
terjadi di dalam kelas. Di dalam kelas, guru tidak hanya memberi pengajaran
tetapi juga memberikan bimbingan dan motivasi. Seorang guru Bahasa Inggris
tidak hanya bertanggung jawab menjadikan peserta didik lancar berbicara.
Sebelum sampai pada tahap itu, guru Bahasa Inggris wajib membuat pelajaran
bahasa asing ini menjadi terasa seru dan menyenangkan.
Coba pikirkan, apakah peserta didik mampu
mengetahui banyaknya perbendaharaan kata dalam Bahasa Inggris jika pengajaran
terasa membosankan? Sebagai guru Bahasa Inggris, penulis dengan tegas menjawas
‘Tidak!’. Masalah kurangnya gairah atau semangat dari pesera didik bukan hal
baru dalam dunia pendidikan. Semua guru pasti mengalami hal tersebut.
Ketika peserta didik tidak bersemangat, mereka
memutuskan untuk tidak datang ke sekolah. Karena kurangnya kehadiran, banyak
materi atau ilmu yang tidak diperoleh. Walaupun terdapat beberapa peserta didik
yang rajin datang ke sekolah, mereka malah menjadikan sekolah sebagai tempat
bermain atau hanya untuk mendapatkan jajanan. Akibat dari perilaku buruk ini,
maka peserta didik tidak hanya akan mengalami kesulitan mengikuti pelajaran di
sekolah, namun juga bisa merasa kesal dan stres saat berada di sekolah.
Sadirman (2007 : 77) menyatakan beberapa
permasalahan yang mempengaruhi kurangnya semangat belajar peserta didik, diantaranya
bullying,
metode pengajaran yang buruk, materi yang sulit, takut gagal, lingkungan yang
tidak mendukung, dan ruang kelas yang tidak bersahabat. Setelah diamati di
kelas, peserta didik menjadi kurang bersemangat karena teknik pengajaran dari
guru yang terasa membosankan. Metode pengajaran yang kurang menyenangkan ini
membuat materi terasa sulit untuk dicerna. Aktivitas di kelas yang monoton dan
membosankan tidak dapat menciptakan suasana yang kondusif untuk mendukung
keberhasilan kegiatan belajar-mengajar Bahasa Inggris.
Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Namun, guru juga dianggap
sebagai orang tua kedua. Orang tua bertanggung jawab dan berperan penting untuk
menjadikan anaknya bersemangat menjalani kesehariannya. Sebagai guru, ada banyak
cara yang bisa dilakukan untuk menjadikan ruang kelas menarik bagi peserta
didik agar merasa betah.
Dalam menjadikan ruang kelas menarik, guru tidak
hanya wajib menjadikan ruangan menjadi bersih dan nyaman, namun juga mengubah
teknik dalam mengajar. Dalam pelajaran Bahasa Inggris, guru yang hanya
menggunakan metode ceramah akan menjadikan kelasnya terasa sangat membosankan.
Guru pun dinilai tidak kreatif sehingga materi tidak sepenuhnya diterima oleh
peserta didik.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis coba
menawarkan agar dalam memberikan pelajaran, guru bisa melakukan teknik ice breaking. Teknik ini merupakan
permainan atau kegiatan yang sederhana dan ringan. Namun dalam arti yang
sesungguhnya, ice breaking adalah
kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tertentu untuk mencairkan suasana yang
kaku atau kurang nyaman.
Ketika ice
breaking telah dilakukan, setiap orang di dalam perkumpulan tersebut akan
merasa rileks dan lebih nyaman. Dalam melaksanakannya, harus memilih metode
yang paling cocok untuk diaplikasikan ke dalam perkumpulan. Mulai dari metode
ceramah untuk kegiatan yang khusus membahas tentang motivasi, kemudian metode
studi kasus yang meminta peserta untuk memecahkan masalah, dan metode
permainan. (https://entrepreneurcamp.id/apa-itu-ice-breaking/)
Ice
breaking berfungsi untuk mengubah
kebekuan, kekakuan, rasa bosan dan kantuk dalam pembelajaran. Untuk pelajaran
Bahasa Inggris, guru bisa menggunakan teknik ice breaking dengan metode permainan tebak kata yang tidak hanya
bisa meredakan rasa bosan namun juga menambah kemampuan kosa kata berbahasa
Inggris untuk peserta didik. Permainan tebak kata bisa melatih para peserta
didik untuk berpikir.
Permainan ini bisa dimulai dengan membagi
anak-anak ke dalam kelompok dan bisa juga dilakukan secara individu. Metode
permainan tebak kata Bahasa Inggris secara individu, atau bisa disebut connected word, dilakukan secara
perorangan. Permaianan ini dimulai dari guru yang menulis satu kata dan dari
kata tersebut, peserta didik melanjutkan kata lain dari huruf terakhir. Sebagai
contoh, English→House→Empty→You, dan seterusnya. Permainan seperti ini
dilakukan oleh semua peserta didik di dalam ruangan kelas.
Mereka akan berlomba mencari kata, entah
menggunakan kamus atau sekedar mengandalkan ingatan. Jika kosa kata Bahasa
Inggris yang ditulis itu salah, peserta didik wajib memperbaiki hingga benar
agar tebak kata bisa dilanjutkan oleh peserta didik selanjutnya. Tak lupa,
mereka diminta untuk menyebutkan arti kosa kata Bahasa Inggris yang sudah
ditulis tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Permaianan tebak kata secara berkelompok bisa
dilakukan setelah peserta didik dibagi menjadi dua kelompok atau lebih. Guru
menyiapkan kartu atau gambar yang kata atau namanya dalam Bahasa Inggris akan
ditebak oleh setiap kelompok. Permaianan seperti ini bisa disebut guessing picture. Grup yang berhasil
menjawab banyak kata akan memperoleh skor tertinggi. Dalam permaianan tebak
kata secara berkelompok, guru sekaligus melatih kekompakan dari para peserta
satu sama lain. Dengan demikian, bukan hanya hubungan guru dan peserta didik
saja yang menjadi lebih dekat, namun juga sesama peserta didik yang menjadi
lebih akrab.
Metode permainan menunjukkan kekreatifan guru sekaligus
peserta didik. Mereka tidak lagi sekedar duduk dan mendengarkan materi namun
juga berpikir untuk menyelesaikan suatu permainan yang berfungsi memperdalam
ilmu. Guru bisa memberikan apresiasi. Apresiasi atau bentuk penghargaan adalah
cara untuk menjadikan peserta didik merasa dihargai atau dianggap ada. Untuk
peserta didik yang berhasil, bisa diberikan pujian atau hadiah sederhana. Untuk
peserta didik yang belum berhasil, diberikan motivasi agar bersemangat
menantikan permainan berikutnya.
Dengan adanya permainan tebak kata dan adanya
apresiasi dari guru, peserta didik dan guru menjalani hubungan timbal balik
yang harmonis. Peserta didik juga tidak hanya terpaku pada buku, namun bisa
melihat dan belajar tentang hal-hal yang ada di sekitarnya. Mereka tidak lagi
hanya membaca buku, namun melihat barang-barang sekeliling dan dicarikan
terjemahannya dalam Bahasa Inggris. Pelajaran Bahasa Inggris yang sebelumnya
dirasa membosankan kini menjadi menarik dan dinanti-nantikan. Guru yang
sebelumnya tidak terlalu diharapkan kehadirannya kini menjadi seseorang yang
dirindukan oleh peserta didik.
Dalam proses mengajar, metode ceramah memang baik
dilakukan agar materi seutuhnya bisa tersampaikan. Namun dengan hanya
berbicara, aktivitas belajar akan terasa sangat membosankan bagi peserta didik,
terutama pada pelajaran bahasa asing, dalam hal ini Bahasa Inggris. Guru juga
dinilai tidak kreatif dan menjadi kurang akrab dengan para peserta didik. Namun
pengajaran yang diselingi teknik ice
breaking, berupa permaianan tebak kata, akan mengubah suasana kaku menjadi
menyenangkan. Teknik ice breaking meningkatan
semangat peserta didik untuk tidak merasa terpaksa mengikuti pelajaran di dalam
kelas.
Ice
breaking dalam hal metode
permainan menjadikan situasi kelas terasa tidak memberatkan peserta didik.
Proses belajar seperti ini berhasil menerapkan strategi pendekatan AJEL (Active, Joyfull & Effective). Guru berhasil melakukan active learning, dimana peserta didik
bisa mengemukakan pendapat mengenai materi yang tertuang dalam bentuk
permaianan. Joyfull learning yang
memiliki makna pelajaran menyenangkan juga berlangsung saat peserta didik
berlomba memecahkan games yang diberikan guru. Dengan keterlibatan peserta
didik yang mau belajar dan berkembang, pendekatan effective learning pun telah dilaksanakan.
Guru perlu menyadari bahwa peserta didik bukanlah
objek melainkan subjek. Sebagai subyek belajar, peserta didik harus berperan
aktif dalam pembelajaran, karena mereka adalah manusia yang dinamis, memiliki
daya cipta, dan dapat berkembang. Guru hendaknya tidak pelit memberikan pujian
kepada peserta didik yang berhasil menjawab pertanyaan atau memahami apa yang
disampaikan guru. Pujian menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didik.
Demikian pula, para peserta didik perlu tetap
bersemangat dan menyadari bahwa kewajibannya sebagai pelajar adalah belajar
dengan baik dan maksimal. Sebab, orang sukses adalah orang yang pernah
merasakan malas, bingung, jenuh dan gagal. Namun mereka memilih tetap maju dan
terus bergerak. (red)
0 Comments