(Foto: Mahasiswa STP Reinha Larantuka saat meraih Juara II pada Lomba Penulisan Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional di Jakarta) |
Flores Timur, CAKRAWALANTT.COM - Mahasiswa
Sekolah Tinggi Pastoral (STP) Reinha Larantuka kembali mengharumkan lembaga pendidikannya
dengan memperoleh Juara II pada Perlombaan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Tingkat
Nasional
Perguruaan Tinggi Katolik (PTK) se-Indonesia. LKTI ini bertemakan “Moderasi
Beragama”
yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik
Kementerian Agama RI pada dua tahun belakangan ini. Pada tahun sebelumnya,
yakni pada tahun 2021 lalu, STP Reinha Larantuka meraih Juara
III
pada Kategori
Toleransi, sedangkan pada tahun ini, Kategori Adaptif Terhadap Budaya Lokal.
Di perlombaan
ini, Maria Inviolata Deran Ola mengusung tema “Gemohing Lamaholot sebagai Emblem Pemersatu Masyarakat Multikultur di
desa Tuwagoetobi”. Invi, sapaan akrabnya, mengatakan penulisan KTI ini berangkat
dari rasa kecintaannya akan tradisi lokal yang mana tradisi ini sudah
dihidupinya dan bahkan selalu terlibat dalam kegiatan Gemohing. Praktik Gemohing Lamaholot, seiring perkembangan IPTEK, mulai bergeser maknanya kepada hal-hal ekonomis dan juga akibat dari
hal ini, banyak kaum muda mulai tidak memberikan diri atau
kurang berpartisipasi dalam kegiatan Gemohing.
Dalam mendukung penulisan KTI
tersebut, STP Reinha
Larantuka mengirim empat wakilnya untuk membahas empat indikator utama dari
Moderasi Beragama, yakni Toleransi, Anti Kekerasan, Wawasan kebangsaan,
dan Penerimaan Terhadap Budaya Lokal. Namun, yang masuk pada grand
final adalah sub tema Penerimaan Terhadap Budaya Lokal. Invi sendiri mempertanggungjawabkan
tulisannya di hadapan 5 dewan juri dan para peserta lomba beserta
dosen pembimbing se-PTK Katolik Indonesia di Hotel Aryaduta-Menteng Jakarta selama 4 hari, yakni Selasa-Jumat (22-25/11/2022). Penulisan LKTI mahasiswa tingkat nasional ini
dibimbing langsung oleh dosen STP Reinha Larantuka, Yosep Belen Keban, S.S.,M.M
yang juga adalah Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat (LPPM) STP Reinha Larantuka.
Invi,
lebih lanjut, mengatakan bahwa penulisan KTI ini memakan waktu
sekitar 1 bulan lebih dan mendapat dukungan dari para dosen, teman-teman
mahasiswa STP Reinha Larantuka, dan juga sanak saudara,
serta masyarakat Tuwagoetobi-Witihama sebagai lokus penelitian.
Oleh karena itu, dari lubuk hati terdalam, ia menyampaikan terima kasih berlimpah bagi
mereka semua yang telah berkontribusi
penuh atas pencapaian yang membanggakan ini.
Perempuan
kelahiran Sukutokan-Adonara tersebut juga mengatakan kegiatan penulisan KTI merupakan
kegiatan pertama yang diikutinya. Tentu saja banyak hal yang diperoleh dari
penulisan LKTI. Ia juga mengajak mahasiswa pada umumnya dan secara
khusus mahasiswa STP Reinha Larantuka untuk mulai menulis dan tinggalkan rasa
takut untuk mencobanya.
“Semoga hasil karya dalam LKTI dapat memberikan sumbangsih
bagi masyarakat Lamaholot pada umumnya dan secara khusus masyarakat Desa
Tuwagoetobi-Witihama agar lebih memperhatikan, menjaga, dan melestarikan
praktik Gemohing dalam kehidupan
masyarakat multikultural sebab Gemohing
dapat menjadi emblem atau simbol pemersatu masyarakat multikultural. Atau
dengan kata lain, Gemohing sangat
kuat untuk mempererat moderasi beragama di wilayah ujung Timur Flores ini. (Rofinus R. Roning/MDj/red)
0 Comments