Oleh : Fr. Norbert Banusu, CMM, M.Pd.
(Kepala SMAS Frater Don Bosco Lewoleba)
CAKRAWALANTT.COM - Peringatan Hari Guru Republik
Indonesia ke-77 dirayakan 25 November 2022. Mari sejenak kita secara bersama
memberi hormat kepada para guru di negara kita. Kita patut memberi apresiasi
atas peran mereka yang penting dan tak tergantikan dari segala zaman. Kita
perlu mendorong penguatan atas peran guru dalam menggerakan generasi bangsa di
semua level pendidikan kita. Guru
adalah pahlawan bangsa, penggerak perubahan menuju kualitas suatu bangsa yang
lebih baik.
Momentum Hari Guru Nasional menjadi
kesempatan refleksi dan menatap gerak tranformasi bangsa menuju kemajuan yang semakin
baik dan positif. Guru memainkan peran penting dan strategis dalam inovasi
merdeka belajar, menuju perbaikan kualitas seturut amanat tujuan pendidikan
nasional. Kualitas sebuah bangsa yang besar dimulai dari perubahan mikro di
kelas-kelas kita.
Pendidikan dan Peran
Guru
Pendidikan
adalah sebuah proses menggerakan seluruh elemen untuk bergerak bersama menuju
perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan diri, perubahan komunitas
sosial menuju transformasi diri dan masyarakat yang lebih baik. UU No. 20 tahun 2003 menjelaskan pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak bangsa dan
negara
Sementara itu, pengertian guru menurut Kamus
Bahasa Indonesia merujuk pada pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik. UU No. 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen, mengatakan guru sebagai pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.
Idealisme
pendidikan nasional sejatinya memerlukan penguatan kapasitas dan karakter guru
sebagai penggerak perubahan mikro di kelas. Guru penggerak idealnya lahir dari
proses refleksi atas identitas, panggilan, dan profesinya. Guru perlu memiliki motivasi diri yang kuat untuk berubah
dan menjadi penggerak inovasi pembelajaran di kelas.
Era
Kepemimpinan Nasional Presiden Joko Widodo bersama Mas Menteri Nadiem
Makarim menghendaki perubahan dan percepatan kualitas pendidikan menuju generasi
Emas 2045. Istilah “Revolusi Mental, Merdeka Belajar, Guru Penggerak, Sekolah
Penggerak”, adalah tagline perubahan kekinian dan relevan. Gerakan
perubahan merupakan bentuk antisipasi terhadap perkembangan, tantangan dan
kebutuhan global di masa mendatang. Lalu, apa signifikansi eksistensial guru saat
ini dan di masa depan.
Guru, Penggerak Apa?
Kemendikbudristek telah mencanangkan program perekrutan Guru Penggerak. Para guru direkrut melalui
tahapan seleksi, mengikuti pelatihan dengan peran yang diharapkan sebagai
berikut: menggerakkan komunitas belajar untuk rekan guru di
sekolah dan di wilayahnya. Menjadi pengajar praktik bagi rekan guru lain
terkait pengembangan pembelajaran di sekolah dan mendorong peningkatan
kepemimpinan siswa di sekolah. Ada tiga hal pokok prioritas
gerakan perubahan para guru di kelas.
Pertama, guru adalah penggerak
motivasi. Setiap tindakan manusia digerakan oleh motivasi. Aktivitas
pembelajaran, dinamika proses yang terjadi sangat berkaitan erat dengan
motivasi. Antusiasme, semangat dan kreativitas dalam pembelajaran lahir dari
motivasi diri yang kuat. Guru penggerak mengenal motivasi hidup, panggilan dan
profesinya. Guru penggerak juga memahami motivasi peserta didik dan menumbuhkannya
dalam interaksi belajar di kelas. Dalam konteks ini, guru penggerak perlu memahami
ilmu psikologi, teori kepribadian, teori belajar, teori pedagogi dan teori
motivasi itu sendiri.
Kedua, guru adalah penggerak
pembelajaran. Guru memainkan peran tak tergantikan dalam pembelajaran,
meskipun dikelilingi pesatnya kemajuan teknologi informasi. Guru
mengkontemplasikan dan merancang inovasi pembelajarannya. Ia adalah fasilitator
sekaligus aktor pembelajaran. Guru penggerak, menggerakan pembelajaran yang
aktif, kreatif dan menyenangkan. Dalam konteks ini, guru dituntut profesional,
menguasai dan menerapkan metodologi dan strategi pembelajaran yang beragam dan
kreatif.
Ketiga, guru adalah penggerak
perubahan. Guru perlu menyadari bahwa dirinya adalah model, teladan, dan inspirasi
inovasi pembelajaran yang baik dan positif. Guru penggerak perubahan memiliki
integritas diri yang kokoh. Menjaga komitmen dan konsistensi diri, serta memiliki
prinsip dan nilai hidup yang teguh. Guru penggerak memiliki potensi melakukan inovasi
di kelas dan mentransformasi lingkungan sosial masyarakat. Dalam konteks ini
guru perlu menguasai ilmu sosiologi masyarakat yakni mengenal kebutuhan, tantangan
dunia kerja dan dunia bisnis yang dihadapi peserta didiknya di masa mendatang.
Berubah atau Diubah?
Guru penggerak menatap zaman yang
terus berubah dan turut berubah di dalamnya. Suatu perubahan dan peningkatan
mustahil terjadi tanpa transformasi pola pikir. George Bernard Shaw, mengatakan, “Progress is impossible without change, and those who cannot change their
minds cannot change anything.” Pendidikan
kita termasuk salah satu aspek yang ikut berubah. Tantangan, kebutuhan,
kompetensi, keterampilan hidup dalam dunia kerja terus terjadi tanpa henti.
Apakah guru bersedia berubah atau
diubah? Guru penggerak akan bersedia belajar dan membaharui diri terus menerus.
Guru penggerak memandang peserta didik sebagai subyek dan sumber pembelajaran
di dalam kelas. Profesor Rhenald Kasali, Ph.D, seorang ahli manajemen dan
Bisnis dari Universitas Indonesia dalam bukunya Change (2005) menuliskan
tiga hal yang diperlukan dalam melakukan perubahan.
Pertama
adalah kemampuan “melihat” perubahan. Perubahan adalah sesuatu yang tidak mudah
dibaca. Ada banyak komponen kecil dan perlahan-lahan, tetapi pada saatnya ia
akan memperoleh momentum dan bergerak cepat. Guru penggerak harus visioner, melihat
perubahan yang tidak dilihat banyak orang. Setelah melihat, guru penggerak akan
“mengajak atau membantu orang lain melihat”
perubahan itu.
Hal berikut adalah “mengajak orang
bergerak”. Proses melihat yang terjadi belum tentu
mendorong mereka melakukan sesuatu. Guru penggerak mengajak orang bergerak
dengan rancangan program dan kegiatan pembelajaran yang baik, relevan dan
antisipatif. Guru penggerak, mengangkat potensi belajar peserta didik untuk
menciptakan perubahan dalam bentuk change
agents, change team atau tim sukses
pembelajaran.
Ketiga
adalah “mengajak
orang menyelesaikan perubahan”. Seseorang yang melihat, belum tentu
bergerak. Mereka yang bergerak, belum tentu memiliki persistensi, daya juang
yang cukup untuk tuntas menyelesaikannya. Perubahan sering menimbulkan
keletihan. Semakin besar perubahan yang terjadi, semakin besar pula energi yang
dibutuhkan. Hal ini memerlukan relaksasi, kompensasi, fasilitasi dan apresiasi.
Guru penggerak, menyadari tantangan ini, mempersiapkan bentuk apresiasi,
relaksasi dan fasilitasi media yang diperlukan dalam melakukan perubahan
bersama di dalam kelas.
Guru adalah the change makers. Bila guru sungguh
menyadari panngilan ini, maka sesungguhnya tidak perlu ada program yang ribet
dengan biaya besar untuk menjadikan guru penggerak. Bila segala pemangku
kepentingan bangsa dari pusat hingga daerah, menyadari peran guru sebagai the change makers peradaban bangsa,
maka bentuk apresiasi negara berupa gaji, tunjangan dan insentif guru diberikan
secara pantas dan layak tanpa kepentingan apa pun. Selamat Hari Guru Nasional
2022. “Serentak Berinovasi, Wujudkan Merdeka Belajar.” (red)
0 Comments