(Foto: Dokumentasi Acara) |
Sumba Timur, CAKRAWALANTT.COM - Gubernur Nusa Tenggara
Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL), menghadiri prosesi adat pemakaman
Raja Nggongi Umbu Yadar di Desa Praimaditha, Kecamatan Karera, Kabupaten Sumba
Timur, Jumat (7/10/2022).
Turut hadir bersama
Gubernur NTT dalam prosesi pemakaman tersebut, yakni Ketua DPRD Provinsi NTT,
Emi Nomleni, Bupati Sumba Timur, Khristofel Praing, Wakil Bupati Sumba Timur,
David Melo Wadu; Pimpinan dan anggota DPRD Sumba Timur Unsur Forkopimda,
Direktur Utama Bank NTT, dan para Pimpinan Perangkat Daerah, serta tamu
undangan penting lainnya.
Gubernur bersama para
rombongan yang hadir juga memakai busana adat khas Sumba Timur sebagai wujud
penghormatan untuk mendiang Raja Umbu Yadar beserta keluarga besar.
Sehari sebelumnya,
tepatnya Kamis (6/10/2022) sore,VBL yang juga merupakan Sulung Selatan (Saudara
tertua) bagi Masyarakat Sumba Timur, khususnya wilayah Selatan, membawa serta
tiga ekor Kerbau Madappa (kerbau
dengan tanduk panjang), untuk diserahkan langsung secara adat kepada pihak
keluarga besar Mendiang Raja Umbu Yadar sebagai wujud rasa persaudaraan.
Seperti kita ketahui
bersama, Sumba dengan julukannya Surga Tersembunyi dan keanekaragaman budaya
serta adat istiadatnya memiliki keunikan ritual tersendiri pada setiap kegiatan
maupun event yang akan dilakukan,
termasuk pada prosesi pemakaman.
Dalam tradisi orang
Sumba Timur, khususnya dalam kalangan raja ataupun dalam kalangan rakyat biasa,
pemakaman orang mati adalah hal yang sangat penting. Karena menurut kepercayaan
mereka, bila orang yang sudah mati diadati atau dihormati, maka orang yang
telah mati tersebut akan memberi berkat kepada orang yang masih hidup. Dan
tradisi pemakaman yang unik ini merupakan tradisi sakral yang sudah berjalan
ratusan tahun dan tetap dilestarikan serta dipegang teguh oleh masyarakat Sumba
yakni prosesi pemakaman Marapu Sumba.
Almarhum Raja Umbu
Yadar sendiri meninggal pada 8 Juli 2019 dan baru dikebumikan pada 7 Oktober
2022 setelah melalui rangkaian panjang prosesi adat pemakaman seorang Raja. Ia
merupakan salah satu tokoh budaya, tokoh adat, tokoh masyarakat serta tokoh
politik dan juga dikenal sebagai seorang tokoh pemersatu Pulau Sumba.
Prosesi adat pemakaman
Almarhum Raja Umbu Yadar sendiri dihadiri oleh ribuan warga masyarakat dari
seluruh penjuru Pulau Sumba serta undangan tamu kehormatan yang berasal dari
dalam dan luar Pulau Sumba.
Menandai dimulainya
prosesi adat pemakaman Raja Umbu Yadar, seekor anak kerbau dipotong di depan
pintu makam sebelum peti jenazah diangkat. Setelah itu, peti jenazah yang telah
ditutup menggunakan kain tenun Sumba tersebut diangkat ke luar dari rumah adat
raja menuju ke tempat pemakaman oleh perwakilan keluarga yang telah ditunjuk
sebelumnya dengan diiringi musik tradisional. Jarak rumah duka dengan kubur
batu tempat Raja Umbu Yadar dimakamkan sekitar 30 meter. Di belakang peti,
berjalan seluruh keluarga almarhum, dipampingi empat ekor kuda tunggangan yang
telah dihiasi serta para penjaga jenazah raja.
sebelum memasuki liang
lahat, jenazah dan para pengiring mengelilingi makam sebanyak delapan kali.
Saat jenazah dimasukkan ke liang lahat, dua kerbau, seekor kuda, seekor sapi
dan seekor babi besar dipotong untuk dikurbankan tepat di didepan rumah adat
sebagai simbol pembersihan dosa.
Budaya Adat Harus Berbanding Lurus Dengan Kesejahteraan Masyarakat
Dalam kesempatan
tersebut, VBL mengajak masyarakat Sumba untuk dapat menghayati dan melestarikan
secara turun temurun teladan mendiang Raja Umbu Yadar.
“Sebagai keluarga,
sahabat, handaitaulan kita semua hadir di sini untuk memberikan penghormatan
terakhir kepada saudara Almarhum Umbu Yadar. Almarhum kita kenal adalah seorang
tokoh, bangsawan yang memiliki nilai-nilai konsepsional dalam bidang-bidang pembangunan
sumber daya manusia, pendidikan, dan juga peduli dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan dan oleh karena itu nilai-nilai tersebut harus kita lestarikan,”
ujar VBL.
Ia juga sangat
mengapresiasi dan bangga karena budaya adat dan kearifan lokal Sumba yang telah
ada dari zaman dahulu tetap eksis hingga saat ini. Ia berharap budaya yang
tetap terjaga tersebut selalu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.
“Sangat luar biasa,
karena budaya orang Sumba yang telah ada beribu-ribu tahun yang lalu tetap
terjaga hingga hari ini. Oleh karena itu saya selalu berharap budaya itu harus
mempersatukan kita, juga budaya itu harus buat masyarakat sekitar sejahtera.
Karena kalau tidak buat sejahtera, dan tidak mencerdaskan generasi penerus,
berarti budaya itu salah,” jelas Viktor.
“Dunia sudah berubah.
Saya tidak ingin menatap masa depan dengan keadaan yang buruk. Oleh sebab itu,
di dalam budaya, ketika orang datang bawa hewan, jangan kita potong semua, tapi
cukup satu dua ekor, di situ orang akan lihat budayanya. Saya ingin kita
menyesuaikan cara pandang kita dengan perubahan zaman demi kesejahteraan
kehidupan masyarakat dan kelestarian budaya kita,” tambahnya.
VBL juga mengajak para
kepala desa, serta seluruh masyarakat di Sumba untuk memanfaatkan pekarangan
dan lahan kosong dengan menanam tanaman produktif.
Ajakan untuk
memanfaatkan pekarangan dan lahan kosong dengan menanam tanaman produktif
tersebut disampaikan VBL dalam menyikapi ancaman resesi ekonomi global yang
diprediksi akan terjadi pada tahun 2023 dimana Provinsi NTT juga akan terkena
imbasnya. Ia menyebutkan bahwa dampak resesi ekonomi dunia juga akan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di NTT. Selain itu, inflasi yang tinggi akan
berpengaruh besar terhadap kemampuan daya beli masyarakat.
“Saya juga terus
mendorong agar kita semua mulai sadar untuk menanam, terlebih untuk
ketersediaan pangan kita. Manfaatkan setiap lahan kosong yang kita miliki,
jangan disia-siakan satu jengkal pun. Ini semua saya omong agar kita dapat
terhindar dari mimpi buruk kelaparan di tahun yang akan datang. Saya ingin
perekonomian masyarakat dan pemenuhan kebutuhan masyarakat bisa tercukupi dan
tidak akan terpengaruh dengan resesi dunia dan masyarakat jauh dari kelaparan,”
tegas VBL. (Biro Administrasi Pimpinan
Setda Prov. NTT/MDj/red)
0 Comments