(Foto: Suasana pelaksanaan Ujian ANBK di SMK Negeri 1 Ile Ape, Lembata) |
Oleh
: Paulus Geradus Hurint, S.T.,Gr
(Wakasek
Kurikulum SMK Negeri 1 Ile Ape, Lembata)
CAKRAWALANTT.COM - Kisah
dan ceritra tentang dunia pendidikan selalu aktual untuk dicerna, dibedah dan
dimaknai, sambil menemukan solusi alternatif untuk dijalankan pada setiap unit satuan
pendidikan manapun.
Hal itu sembari disandingkan
dengan kurikulum yang berlaku, serta situasi dan
kondisi dari satuan pendidikan setempat. Semuanya bertujuan untuk mencerdaskan
anak-anak bangsa dalam balutan program dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia,
yakni; “Wajar Dua Belas (12) Tahun”.
Kisah
dan cerita tentang dunia pendidikan ini juga selalu ramai dibicarakan dari tahun ke
tahun. Ada cerita yang menggembirakan dan menyenangkan, akan tetapi, ada juga ceritra yang
menyedihkan dan menyakitkan,
bahkan ada pula cerita
miris yang sudah terasa hambar untuk diramu kembali.
Betapa
pun demikian, pemerintah telah berusaha sejauh kemampuan untuk mengembangkan segala cerita
yang miris tentang pendidikan itu dengan sederetan program-program unggulan
untuk meminimalisirnya. Tak ketinggalan, pemerintah juga menggeloncorkan begitu
banyak dana untuk mendukung segala program unggulan pemerintah tersebut dalam
dunia pendidikan.
Atas
segala program dan kucuran dana demi memoles persoalan pendidikan dimaksud, tetapi tetap saja, masih selalu ditemukan berbagai
kisah dan cerita baru. Ini pertanda bahwa pendidikan selalu aktual dari masa ke
masa dengan segudang kisah dan ceritanya. Selain itu, pelaku pendidikan adalah
manusia yang berakal budi yang selalu berubah dari tahun ke tahun seirama
dengan perkembangan zaman. Pada tataran ini, saya boleh mengatakan, “Pendidikan bukanlah sederetan masalah yang
harus diselesaikan, melainkan kenyataan yang harus dihadapi.”
Mencermati
berbagai program unggulan yang digelindingkan oleh pemerintah, kali ini
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melakukan
terobosan baru mulai Tahun Pembelajaran 2021-2022 lalu guna meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia. Salah satu terobosan berani yang dimenangkan oleh Mendikbudristek adalah “Meniadakan Ujian
Nasional (UN)”
yang selama ini dijalankan dan menggantikannya dengan Asessmen Nasional Berbasis
Komputer (ANBK).
Asessmen
Nasional ini bertujuan untuk membuat pemetaan terhadap mutu pendidikan, demi mendapatkan informasi
yang akurat untuk memperbaiki kualitas tenaga pendidik dan peserta didik demi
mencapai mutu pendidikan yang berkualitas. Asesmen Nasional (AN) tidak lagi
mengevaluasi capaian peserta didik secara individual, melainkan lebih pada
mengevaluasi dan memetakan sistem pendidikan berupa
input, proses,
dan output. Dengan demikian,
menjadi nyata bahwa Asessmen Nasional (AN) merupakan penanda adanya perubahan.
Paradigma
tentang “Evaluasi Pendidikan” telah membuka ruang
dan memberikan tempat untuk menunjukkan kemerdekaan belajar. Pelaksanaan kegiatan
Asessmen Nasional (AN) meliputi tiga (3) bagian, yaitu Asessmen Kompetensi
Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar dengan sasaran mendaratnya
pada Literasi dan Numerasi.
Asessmen
Nasional (AN) tidak dilakukan pada Akhir Semester seperti Ujian Nasional (UN)
melainkan dilakukan pada Tengah Semester dan berlaku untuk kelas XI pada
Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pelaksanaan
Asessmen Nasional (AN) tidak saja berlaku utuk peserta didik, tapi juga untuk tenaga
pendidik dengan tujuan agar tenaga pendidik dapat memperbaiki metode-metode
pembelajaran yang digunakan selama ini demi untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Asessmen
Nasional (AN) dilakukan dengan metode survei, dimana diambil sampel dari
beberapa peserta didik secara acak dan bukannya melibatkan seluruh peserta didik di setiap sekolah. Hal ini
berbeda dengan Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) yang menggunakan metode sensus,
dimana seluruh peserta didik di
seluruh Indonesia wajib mengikutinya.
Program
unggulan pemerintah yang dikemas dalam Asessmen Nasional (AN) ini pada
prinsipnya memberikan manfaat bagi dunia pendidikan dan juga meningkatkan kualitas masa
depan anak. Selain itu, pelaksanaan Asessmen Nasional (AN) ini dapat
membiasakan peserta didik untuk mengenal dan menggunakan pembelajaran berbasis
IT. Dengan demikian,
peserta didik tidak lagi dibilang “Buta” atau “Gatek” dalam membidani IT demi
menunjang proses pembelajaran.
Berkenaan
dengan pelaksanaan Asessmen Nasional (AN) ini, tak dapat dipungkiri bahwa masih
ditemukan begitu banyak ucapan miris yang dilontarkan. Hal ini bisa dimaklumi karena
kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam penggunaan IT, situasi
dan kondisi tempat yang berbeda,
serta minimnya sarana prasarana pendukung pelaksanaan Asessmen Nasional (AN).
Untuk menjawabi ucapan miring ini, diharapkan kepada kita sekalian, baik itu sebagai
pemegang kebijakan (pemerintah) maupun kepada pelaksanaan Asessmen Nasional
(AN) pada tingkat sekolah,
hendaknya memperhatikan berapa hal berikut ini.
Pertama, perlu adanya Bimbingan Teknis (Bimtek) yang harus diberikan
kepada pihak operator dan teknisi, karena merekalah yang menjadi garda terdepan
dalam memenangkan program unggulan pemerintah ini. Demikian pula dibuatkan
pelatihan dengan bebrbasis IT baik kepada tenaga pendidik dan peserta didik.
Kedua, menghadirkan berbagai
sarana prasarana pendukung,
seperti jaringan internet yang memadai, sebab sesungguhnya perlu pemberlakuan pemerataan
untuk sekolah di kota dan di desa dalam melaksanakan Asessmen Nasional. Lembaga pendidikan
yang berada di daerah kadang kala (bahkan) sering mengalami
kendala pada jaringan internet. Hal ini hendaknya dipikirkan secara bijaksana.
Ketiga, jaringan PLN sebagai
pendukung utama. Pengadaan jaringan listrik untuk masuk ke sekolah-sekolah yang
berada di daerah yang belum terjangkau dengan penerangan (Listrik). Kenyataan
menunjukkan bahwa banyak sekolah-sekolah di daerah gagal mengeksekusikan
Asessmen Nasional (AN) ini, karena kendala pada server pusat dan jaringan internet
serta jaringan PLN.
Keempat, komputer merupakan
sarana vital dalam memenangkan pelaksanaan Asessmen Nasional (AN). Diharapkan
adanya bantuan berupa komputer atau tablet ke sekolah-sekolah sebagai pelaksanaan
Asessmen Nasional (AN).
Inilah
beberapa kendala yang dialami selama pelaksanaan Asessmen Nasional sekaligus
menjadi catatan kritis bagi kita sekalian dalam memenangkan program pemerintah
ini demi menunjang layanan mutu pendidikan. Pendidikan pada prinsipnya harus
menghantar keluar peserta didik,
sehingga mereka bisa menemukan kebebasan atas dirinya sendiri sesuai
dengan tuntutan merdeka belajar. Hal ini menuntut para tenaga pendidik harus
bisa membantu peserta didik menuju pada perubahan, di mana baik peserta didik
maupun tenaga pendidik dapat mengolah ilmu yang dimilikinya dan tidak terpaku
pada buku.
Kita
semua belajar pada ilmu yang sama, tapi yang terpenting adalah bagaimana kita
dapat mengolah ilmu yang dimilki, sembari menggunakan pendekatan potensi dan
bukannya pendekatan masalah. Jika pendekatan masalah yang dipakai, maka pendidikan akan
tetap melahirkan segudang masalah berikutnya. Namun,
bila pendekatan potensi
yang digunakan,
maka apapun masalah pendidikan yang dialami tidak dilihat sebagai masalah yang
krusial, melainkan lebih pada
kenyataan yang harus dihadapi dan dimenangkan demi menciptakan pendidikan yang
berkualitas di masa yang akan datang. “Visi
tanpa Aksi adalah mimpi belaka. Aksi tanpa Visi merupakan pemborosan waktu.
Visi dikawinkan dengan aksi
maka melahirkan perubahan dalam dunia pendidikan”. (MDj/red).
0 Comments