(Foto: Kemendikbudristek) |
Jakarta, CAKRAWALANTT.COM - Direktur Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbudristek), Iwan Syahril, menutup Pendidikan Guru Penggerak (PGP)
Angkatan Ketiga secara daring, Rabu (20/7/2022). Sebanyak 2.760 peserta PGP
dinyatakan lulus sebagai Guru Penggerak dan berhak mendapatkan sertifikat Guru
Penggerak.
Iwan mengatakan Program
Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) telah memasuki angkatan kelima dan mendapat
sambutan luas dari guru-guru. Hal tersebut, tuturnya, menandakan bahwa program
Guru Penggerak diterima di hati para pendidik.
“Untuk itu, saya ucapkan
selamat kepada para peserta PPGP yang sudah selesai menempuh program pendidikan
dan dinyatakan sebagai Guru Penggerak. Saya tahu, proses yang telah Bapak/Ibu
jalani, mulai dari mengikuti seleksi, menjalani pendidikan hingga selesai
program, tentu tidak mudah dan penuh dengan perjuangan,” ujarnya.
Iwan menjelaskan PPGP Angkatan
3 awalnya diikuti oleh 2.801 guru dari 56 kabupaten/kota di 25 provinsi. Dalam
perjalanannya, terdapat 38 peserta yang mengundurkan diri, sehingga pada akhir
program jumlah peserta aktif sebanyak 2.763 orang, yang selanjutnya menjalankan
program selama sembilan bulan.
Iwan mengatakan selama
pelaksanaan program, dirinya selalu mengikuti dan memantau proses yang dijalani
peserta. Ia mengaku ikut merasakan bagaimana semangat bergerak dari para
peserta terus tumbuh dan ada kekuatan yang mendorong untuk berbuat dan
berkontribusi untuk pendidikan terbaik anak bangsa.
“Saya berharap Guru
Penggerak yang lolos pada Angkatan 3 ini ke depan dapat membagikan
praktik-praktik baik yang didapat selama mengikuti PPGP; Bapak/Ibu dapat
menjadi coach atau mentor untuk pendidik lain serta dapat menularkan semangat
dan membagikan praktik baik keilmuannya dalam pengembangan potensi guru-guru
lain,” tuturnya.
Direktur Kepala Sekolah,
Pengawas Sekolah, Tenaga Kependidikan, Ditjen GTK, Praptono, dalam laporannya,
mengatakan pendidikan bagi Guru Penggerak angkatan 3 yang dimulai sejak 12
Agustus 2021 lalu, telah selesai pada 25 Juni 2022. Selama masa pelatihan,
peserta menyelesaikan tiga paket modul yang terdiri dari 10 modul.
“Paket modul satu tentang
paradigma dan visi guru penggerak, paket modul dua tentang praktik pembelajaran
yang berpihak pada anak, dan paket modul tiga tentang pemimpin pembelajaran
dalam pengelolaan sekolah,” jelasnya.
Praptono menyampaikan bahwa
selama program, peserta telah mendapatkan pendampingan dari pengajar praktik,
dan telah melaksanakan lokakarya bersama rekan guru lainnya untuk menguatkan
proses implementasi Merdeka Belajar dan internalisasi sebagai guru penggerak.
Pada akhir pendidikan guru penggerak, peserta berbagi praktik baik melalui
lokakarya panen hasil belajar. Dengan lokakarya itu masing-masing peserta dapat
saling berbagi dan mendalami apa yang sudah dijalankan di sekolahnya
masing-masing.
Ia menambahkan, menurut
Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 26 tahun
2022, pasal 13, sertifikat Guru Penggerak yang diperoleh peserta dapat
digunakan untuk pemenuhan salah satu persyaratan sebagai kepala sekolah,
pengawas sekolah; atau penugasan lain di bidang pendidikan.
Salah satu peserta PPGP
angkatan 3, guru dari Kabupaten Jember, Zaenul Fattah mengatakan, pendidikan
selama sembilan bulan terasa sangat singkat. Banyak hal yang dia dapatkan
selama program mulai dari modul lokakarya, pendamping, mentor, dan seluruh
pihak yang berperan selama pendidikan. “Program Guru Penggerak ini terstruktur
dengan sangat rapi, dan ini membuat pelatihan kali ini terasa berbeda dengan
pelatihan yang pernah saya ikuti sebelumnya,” katanya.
Hal senada juga diungkapkan
oleh Guru Penggerak angkatan 3 asal Kabupaten Barito Selatan, Piagusleani D.
Munthe, juga mengungkapkan senangnya
karena dalam 9 bulan pendidikan dirinya mendapat pengalaman yang luar biasa.
Saat ditanya apa dampak yang
paling terasa dari Guru Penggerak, CGP angkatan 3 dari Kabupaten Karawang,
Salim Munajat mengatakan, mulanya dia beranggapan bahwa siswa harusnya dijejali
materi saja. Tetapi dengan program Guru Penggerak, kata dia, pola pikirnya
berubah. “Sekarang saya berpikir bahwa dalam mengajar, saya harus lebih
memperhatikan kebutuhan siswa,” ujarnya. (Kemendikbudristek/MDj/red)
0 Comments