Ilustrasi |
Oleh : Yohanes
Bere
(Guru
Matematika SMA
Negeri 1 Sabu Barat)
CAKRAWALANTT.COM - Pertidaksamaan nilai mutlak linear
satu variabel adalah salah satu sub pokok bahasan Matematika Wajib kelas X dalam
Kurikulum 2013. Pertidaksamaan nilai mutlak linear satu variabel adalah
pertidaksamaan linear satu variabel yang memuat nilai mutlak. Materi ini berkaitan
erat dengan pertidaksamaan linear satu variabel. Prosedur penyelesaian keduanya
hampir sama. Namun, dalam penyelesaian pertidaksamaan nilai mutlak, harus ada
prinsip-prinsip pertidaksamaan nilai mutlak, yaitu :
Contoh :
Tentukan interval penyelesaian
untuk pertidaksamaan nilai mutlak berikut :
Ketika mengajar materi ini, guru
menemukan permasalahan, yaitu banyak peserta didik yang tidak memahami konsep,
prinsip, dan prosedur penyelesaiannya. Setelah ditelusuri lebih jauh, peserta
didik tidak memahami konsep, prinsip, dan prosedur penyelesaiannya akibat
beberapa hal, yaitu minat belajar peserta didik yang kurang (tidak tertarik
pada materi yang disampaikan oleh guru dan sering keluar dari kelas), pemahaman
dasar yang lemah tentang materi prasyarat atau perhitungan dasar matematika
(tambah, kurang, kali, dan bagi) dan pertidaksamaan linear satu variabel, serta
penggunaan metode belajar yang tidak cocok, seperti metode drill dan latihan. Pada
metode drill dan latihan, guru (hanya) menerangkan materi, memberikan contoh
soal, lalu memberikan latihan soal untuk dikerjakan oleh peserta didik.
Rendahnya pencapaian hasil belajar peserta
didik pada sub pokok bahasan pertidaksamaan nilai mutlak linear satu variabel
diukur berdasarkan beberapa indikator, yaitu ketidakmampuan mengerjakan latihan
soal yang diberikan secara benar, lamanya waktu pengerjaan soal yang diberikan,
dan nilai test formatif yang diberikan
oleh guru di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 75 (ketuntasan
klasikal di bawah 50%).
Ketidakmampuan peserta didik
memahami konsep dan prinsip pertidaksamaan nilai mutlak linear satu variabel
dapat berimbas pada kemampuan memahami materi-materi lain yang berkaitan erat
dengan masalah nilai mutlak, misalnya pertidaksamaan kuadrat, masalah jarak,
limit, dan lain-lain.
Untuk mengatasi masalah di atas, maka
guru memilih untuk menggunakan model discovery
learning. Menurut Bruner (1966) dalam
Mubarok (2014), discovery learning
merupakan salah satu model pembelajaran kognitif. Belajar penemuan adalah
proses belajar dimana guru harus menciptakan situasi belajar yang problematis,
menstimulus peserta didik dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong peserta didik
untuk mencari jawaban sendiri, dan melakukan eksperimen.
Belajar penemuan pada akhirnya
dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas dan
melatih keterampilan kognitif peserta didik dengan cara menemukan dan
memecahkan masalah yang ditemui dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi dirinya. Kelebihan dari
model pembelajaran discovery learning,
antara lain (1) hasilnya lebih berakar dari pada cara belajar yang lain; (2)
lebih mudah dan cepat ditangkap; (3) dapat dimanfaatkan dalam bidang studi lain
atau dalam kehidupan sehari-hari; (4) berdaya guna untuk meningkatkan kemampuan
nalar peserta didik dengan baik (Mubarok,2014).
Langkah-langkah yang bisa dilakukan
dalam model pembelajaran discovery learning adalah (1) guru memberikan
pertanyaan yang merangsang berpikir peserta didik dan mendorongnya untuk
membaca buku dan melakukan aktivitas belajar lain; (2) guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah
yang relevan dengan bahan pelajaran dan merumuskannya dalam bentuk hipotesis;
(3) guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang relevan guna membuktikan benar tidaknya hipotesis tersebut; (4)
guru mengolah data yang diperoleh peserta didik melalui wawancara, observasi
dan lain-lain; (5) guru melakukan pemeriksaan cermat untuk membuktikan benar
tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan hasil dan pengolahan data; serta (6)
guru menarik kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum yang berlaku untuk semua
masalah yang sama.
Pembelajaran dengan model pembelajaran discovery learning memberikan dampak yang positif bagi perkembangan
dan peningkatan hasil belajar peserta didik pada sub pokok bahasan pertidaksamaan
nilai mutlak linear satu variabel. Hal ini diamati berdasarkan peningkatan
hasil belajar peserta didik yang sebelumnya hanya mampu menjawab benar 1 nomor
dari 5 nomor yang diberikan menjadi 3 sampai 4 nomor. Selain itu, kecepatan
menjawab pun semakin baik (sebelumnya 1 soal membutuhkan waktu 10 menit menjadi
4 sampai 5 menit saja) dalam mengerjakan latihan soal yang diberikan serta
tingginya nilai tes formatif (tuntas KKM) secara klasikal ( lebih dari 80%).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran discovery learning efektif
untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada sub pokok bahasan pertidaksamaan
nilai mutlak linear satu variabel. (red)
1 Comments
Tulisan yang baik,pak Yohanes
ReplyDelete