Suasana
Kegiatan Workshop Kurikulum Merdeka bersama Dr. Ninik Kristiani, M.Pd.
Ende, CAKRAWALANTT.COM - Dalam rangka mendukung program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi (Kemendikbudristek), Sekolah Menengah Atas Katolik (SMAK) Frateran
Ndao menggelar Kegiatan Workshop Kurikulum Merdeka selama 3 hari, yakni
Kamis-Sabtu (17-19/3/2022). Kegiatan yang menyasar para guru SMAK Frateran Ndao
dan Yayasan Mardi Wiyata Rayon Flores tersebut merupakan hasil kerja sama dengan Yayasan Mardi Wiyata Sub Perwakilan
Ndao.
Kegiatan
yang dibuka dengan Tarian Ende Sare oleh para
peserta didik SMPK Frateran Ndao, Kamis (17/3/2022) tersebut turut dihadiri
oleh perwakilan SMAK Frateran Podor Larantuka, SMPK Frateran Maumere, SMPK
Frateran Ndao, SMA Negeri 1 Mauponggo, SMAS Dharma Bakti Maurole, SMPK Kota
Goa, SDK St. Antonius Ende II dan SDK St. Theresia Ende III.
Dalam
wawancaranya bersama media ini, Kepala SMAK Frateran Ndao, Fr. Wilhelmus Satel Sura, BHK.,S.Pd.,MM
mengungkapkan bahwa Kurikulum Merdeka Belajar merupakan salah satu opsi
kurikulum yang sangat baik karena pada awalnya, pemerintah telah memberikan
ruang belajar bagi para Guru Penggerak terkait penerapan merdeka belajar kepada
para peserta didik beserta materi yang akan diajarkan di dalam kelas.
Lebih
lanjut, Fr. Wilhemus menambahkan bahwa Kurikulum Merdeka Belajar bisa mendorong
para guru untuk menerapkan Model Pembelajaran Berdiferensiasi. Model
pembelajaran tersebut, imbuhnya, mampu melihat dan menerjemahkan materi
pembelajaran sesuai kemampuan masing-masing peserta didik, sehingga guru dituntut untuk memahami keadaan peserta didiknya di dalam kelas.
“Ini
merupakan operasional satuan pendidikan dalam rangka menyukseskan penerapan
Kurikulum Merdeka. Satuan pendidikan harus mempersiapkan tenaga pendidik dalam
menjalankan tugas yang diamanatkan Undang-Undang, yakni mencerdaskan kehidupan
bangsa. Tentunya, melalui kegiatan ini sekolah menyiapkan guru dalam proses
pembelajaran yang lebih inovatif untuk pengembangan karakter peserta didik yang
berpijak pada Profil Pelajar Pancasila dengan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning),” sambung Fr.
Wilhelmus.
Sementara
itu, Narasumber dalam Kegiatan Workshop Kurikulum Merdeka tersebut, Dr. Ninik
Kristiani, M.Pd menerangkan bahwa Kurikulum Merdeka Belajar awalnya disebut
Kurikulum Prototipe. Kurikulum tersebut, tandasnya, masih diterapkan di
sekolah-sekolah pionir atau Sekolah Penggerak sebelum dikembangkan menjadi
Kurikulum Merdeka Belajar. Di dalam kurikulum tersebut, ungkap Ninik, terdapat
3 esensi utama yang harus ditindaklanjuti oleh pihak sekolah, yakni Struktur
Kurikulum, Capaian Pembelajaran, dan Prinsip Pembelajaran dan Penilaian dalam
paradigma baru.
Hal senada
juga disampaikan oleh Kepala SMA Negeri 1 Mauponggo, Ferdinandus Laki Nuwa,
S.Pd yang turut hadir sebagai peserta dalam kegiatan tersebut. Menurutnya,
kegiatan tersebut perlu diapresiasi karena mampu memberikan pengetahuan dan
pemahaman tentang Kurikulum Merdeka Belajar dan berbagai perubahannya kepada
para guru selaku tenaga pendidik. Hal itu, imbuhnya, berguna bagi penerapannya
di tahun 2024 mendatang. Untuk itu, pungkas Ferdinandus, pihaknya akan terus
membangun komunikasi dan kerja sama dengan pihak SMAK Frateran Ndao yang telah
menerapkan opsi kurikulum tersebut.
“Kurikulum
Merdeka ini tentunya berawal dari Kurikulum Prototipe dan tentunya merupakan
suatu penegasan perkembangan kurikulum berdasarkan Kurikulum K13. Pilihan yang
lain itu adalah kurikulum darurat dan pada saat sekarang diluncurkan Kurikulum
Merdeka. Maka, semua sekolah dimana saja akan berusaha mendalami dan memahami
Kurikulum Merdeka Belajar yang akan diterapkan di tahun 2024,” pungkasnya. (Jamil/MDj/red)
0 Comments