Suasana kegiatan sosialisasi kurikulum dalam rangka pemulihan pembelajaran di Kantor LPMP Bengkulu, Senin (17/1/2022). |
Bengkulu, CAKRAWALANTT.COM - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi (Kemendikbudristek) memberikan tiga opsi kurikulum yang dapat
diterapkan dalam setiap proses pembelajaran pada satuan pendidikan mulai tahun
2022-2024. Ketiga opsi kurikulum tersebut, yakni Kurikulum 2013, Kurikulum
Darurat, dan Kurikulum Prototipe.
Kurikulum Darurat merupakan bentuk penyederhanaan
dari Kurikulum 2013 yang diterapkan saat pandemi Covid-19, sedangkan Kurikulum
Prototipe adalah kurikulum berbasis kompetensi yang berfungsi untuk memulihkan
pembelajaran dengan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning).
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Perbukuan
Kemendikbudristek, Supriyatno mengatakan bahwa saat ini Kurikulum Prototipe
telah diterapkan di 2.500 satuan pendidikan yang tergabung di dalam prpgram
Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan tahun 2021. Namun mulai tahun 2022,
ujarnya, satuan pendidikan yang tidak termasuk dalam dua program
Kemendikbudristek tersebut diberikan opsi untuk dapat menerapkan Kurikulum Prototipe.
“Tidak ada seleksi sekolah mana yang akan
menggunakan Kurikulum Prototipe, namun yang kami lakukan hanya pendaftaraan dan
pendataan. Sekolah-sekolah dapat menggunakan kurikulum prototipe secara
sukarela tanpa seleksi,” turutnya.
“Baru nanti tahun 2024 Kemendikbudristek akan
menetapkan kebijakan mengenai kurikulum mana yang akan dijadikan kurikulum
nasional untuk pemulihan pembelajaran,” sambung Supriyatno dalam kegiatan
Sosialisasi Kurikulum dalam rangka Pemulihan Pembelajaran di Kantor Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Bengkulu, Senin (17/1/2022).
Supriyatno mengatakan salah satu karakteristik Kurikulum
Prototipe adalah menerapkan pembelajaran berbasis proyek untuk mendukung
pengembangan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Dalam Kurikulum Prototipe,
terangnya, sekolah diberikan keleluasaan dan kemerdekaan untuk memberikan
proyek-proyek pembelajaran yang relevan dan dekat dengan lingkungan sekolah.
Pembelajaran berbasis proyek, sambung Supriyatno,
dianggap penting untuk proses pengembangan karakter peserta didik karena mampu
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar melalui pengalaman (experiential learning).
“Mereka mengalami sendiri bagaimana bertoleransi,
bekerja sama, saling menjaga, dan lain-lain, juga mengintegrasikan kompetensi
esensial dari berbagai disiplin ilmu,” kata Supriyatno.
Illustrasi : SD Muhammadiyah Ketelan terapkan Pembelajaran Berbasis Proyek |
Butuh Dukungan
dari Berbagai Pihak
Penerapan Kurikulum Prototipe tidak hanya dilakukan
oleh Kemendikbudristek, melainkan juga membutuhkan dukungan dari berbagai
pemangku kepentingan di bidang pendidikan. Selain Kemendikbudristek, peran
Komisi X DPR RI dan peran pemerintah daerah juga sangat penting untuk melakukan
pendampingan dalam mendukung pemulihan pembelajaran.
Dalam kesempatan yang sama, anggota Komisi X DPR RI,
Dewi Coryati menuturkan peserta didik maupun pendidik harus mampu beradaptasi
dengan perkembangan zaman dan mengejar ketertinggalan dalam pembelajaran.
Terkait dengan pembelajaran berbasis proyek, Dewi berharap Kurikulum Prototipe
dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Selain itu, ungkapnya, Kurikulum Prototipe harus
dapat dimanfaatkan dengan baik sehingga bisa mewujudkan pembelajaran yang berfokus
pada kebutuhan masing-masing daerah serta memperhatikan kearifan lokal.
“Sehingga anak-anak kita kalau nantinya akan
melanjutkan kuliah dan kurikulumnya sudah disederhanakan, dia akan menjadi expert. Jadi dari kecil sudah fokus,
lalu mengambil mata pelajaran yang relevan,” pungkasnya. (Kemendikbudristek/MDj/red)
0 Comments