Kota Kupang, CAKRAWALANTT.COM - Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 3 Kota Kupang menggelar kegiatan
anti perundungan dan kekerasan. Kegiatan yang dibuka secara langsung oleh pihak
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (PK) Kota Kupang tersebut dilaksanakan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes).
Hal itu disampaikan oleh Kepala SMPN 3 Kota Kupang, Masud Betaan, S.Pd, ketika
ditemui oleh media ini, Jumat
(08/10/2021). Menurutnya, kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut dari arahan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
untuk menjadikan SMPN 3 Kota Kupang sebagai agen perubahan yang menyuarakan
anti perundungan dan kekerasan.
Ia juga
menambahkan kegiatan tersebut adalah salah satu program pemerintah untuk
mewujudkan konsep merdeka belajar dan bebas dari perundungan, baik secara verbal,
fisik, maupun kekerasan siber (cyber
bullying). Dalam pelaksanaannya, imbuh Masud, kegiatan tersebut diikuti
oleh 30 orang peserta didik selama 10 hari, yakni Jumat (01/10/2021) hingga
Senin (11/10/2021) serta didampingi oleh guru pendamping, Daud Korolulu dan
Maria Uli Kila. Para peserta kegiatan, lanjutnya, memperoleh materi
pendampingan melalui pembagian lima modul terkait anti perundungan dan
kekerasan. Sebelum kegiatan berlangsung, terang Masud, para peserta akan
mengikuti sesi wawancara dan observasi latar belakang.
Sementara itu,
guru pendamping kegiatan, Daud Korolulu menerangkan bahwa para peserta sering
dan pernah mengalami perundungan atau kekerasan, baik di lingkungan keluarga,
sekolah maupun di sekitar lingkungan rumah. Secara umum, imbuhnya, para peserta
cenderung memperoleh perundungan dan kekerasan di lingkungan keluarga, baik
secara verbal maupun fisik. Maka dari itu, sambungnya, kegiatan tersebut
menjadi wadah penyaluran dan pembiasaan diri terhadap gerakan anti perundungan
dan kekerasan, sehingga para peserta didik mampu bertindak sebagai agen
perubahan di semua lingkungan dimana ia berada.
“Dalam kegiatan
berlangsung ada hal menarik yang saya dapatkan bahwa ternyaa anak-anak yang
mengikuti kegitan ini ternyata mereka mengalami kekerasan baik di lingkungan
sekolah, lingkungan rumah maupun di lingkungan keluarga. Dan kebanyakan yang
saya dapatkan kebanyakan mereka mengalami kekerasan di lingkungan keluarga
mereka sendiri sehingga pada saat diberikan pertanyaan-pertanyaan ada beberapa
anak yang sangat antusias untuk menjelaskan tentang kekerasan itu sendiri,” terangnya.
Sementara itu,
guru pendamping lainnya, Maria Uli Kila menyampaikan harapan kepada para
peserta didik untuk bisa menjadi agen perubahan terkait anti perundungan dan
kekerasan sekaligus menjadi penggerak utama dalam setiap gerakan positif. Dengan
kata lain, ujarnya, para peserta didik harus mampu membiasakan sikap dan
perilaku positif di dalam kehidupan sehari-hari.
Pada akhir kegiatan, sambung keduanya, akan dilaksanakan lomba public speaking guna melatih kepercayaan diri para peserta didik. Hal tersebut, imbuh keduanya, bisa menjadi wadah untuk menuangkan semua kreativitas terkait anti perundungan dan kekerasan. Selain itu, para peserta didik juga didorong untuk mengekspresikan ide melalui karya sastra, baik berbentuk puisi, cerita pendek (cerpen), karikatur, slogan, poster dan lain sebagainya. Semua hasil karya tersebut, pungkas keduanya, akan ditempelkan dan dipajang pada majalah dinding (mading) sekolah agar bisa dilihat oleh semua orang.
Berita dan Foto
: Femy Seran
Editor : Mario
Djegho (red)
0 Comments