Oleh :
Afriani Bhajo Gany, S. Pd
(Guru Fisika di SMA Negeri 1 Ruteng – Anam)
(Sebuah Solusi untuk Memahami Materi Arah Gaya
Lorentz dalam Pelajaran Fisika)
Fisika berasal dari Bahasa Yunani fysis yang berarti “alam” atau fysikos yang berarti “alamiah”. Fisika
merupakan salah satu dasar ilmu sains yang mempelajari materi beserta gerak
dan perilakunya dalam lingkup ruang dan waktu. Hal itu bersamaan dengan
konsep yang berkaitan seperti energi dan gaya. Sebagai ilmu dasar, Fisika memiliki karakteristik yang mencakup
bangun ilmu yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, hukum, postulat, teori, serta metodologi
keilmuan (Mundilarto, 2010: 4). Dengan
kata lain, Fisika adalah ilmu yang terbentuk
melalui prosedur baku atau metode ilmiah
guna memahami bagaimana alam semesta bekerja
.
Salah satu
cabang ilmu dari Fisika adalah Elektronik. Elektronika
secara khusus mempelajari aliran
elektron atau partikel bermuatan listrik. Elektronika sendiri tidak bisa bisa
dipisahkan dari medan magnet karena di sekitar kawat berarus akan timbul medan
magnet. Fenomena tersebut
tidak sengaja ditemukan oleh Ahli
Fisika dan Kimia berkebangsaan
Denmark, Hans Christian Ørsted.
Melalui penerapan hukum-hukum listrik-magnet
(elektromagnet) ini,
berbagai alat bisa diciptakan
untuk memudahkan aktivitas
sehari-hari manusia. Contohnya, mesin jahit yang awalnya
dioperasikan secara manual
dengan bobot yang berat kini bisa dioperasikan
dengan menggunakan listrik dan memiliki desain yang ringan dan portable (mudah dibawa kemana saja). Elektromagnet juga digunakan untuk
memahami kejadian-kejadian alam, seperti fenomena Aurora di daerah kutub bumi.
Cara kerja mesin jahit listrik dan
fenomena aurora di langit kutub utara dan selatan bumi dapat dijelaskan dengan
menggunakan prinsip gaya magnetik. Gaya magnetik ini ditemukan oleh seorang Ilmuwan berkebangsaan Belanda bernama Hendrik
Antoon Lorentz, sehingga gaya magnetik lebih dikenal dengan sebutan Gaya Lorentz.
Gaya Lorentz merupakan gaya yang terjadi pada arus listrik yang diteruskan atau
melalui medan magnet. Dengan kata lain, arus listrik yang mengalir melalui
suatu medan magnet akan mengalami gaya magnetik atau Gaya Lorentz.
Gaya Lorentz inilah yang menyebabkan
adanya perubahan energi listrik menjadi energi gerak. Gaya Lorentz merupakan
besaran vektor yang memiliki nilai dan
arah. Di sebagian besar buku Fisika
untuk peserta didik, arah gaya
Lorentz selalu diajarkan dengan menggunakan kaidah atau aturan tangan kanan. Dalam Matematika dan Fisika, kaidah tangan kanan adalah jembatan
keledai yang umum digunakan untuk
memahami konvensi notasi vektor dalam bangun tiga dimensi.
Kaidah tersebut diciptakan untuk
digunakan dalam elektromagnetisme oleh Fisikawan Inggris, John Ambrose
Fleming pada akhir abad ke-19. Cara penggunaan kaidah tangan pada
penentuan arah Gaya
Lorentz adalah telapak tangan kanan dibuka
dan ibu jari membentuk sudut 900 derajat
terhadap empat jari lain yang dirapatkan. Arah medan magnet ditunjukkan oleh
empat jari yang dirapatkan dan
arah arus ditunjukkan oleh ibu jari.
Sementara
arah Gaya Lorentz ditunjukkan
oleh arah dorongan telapak tangan.
Penentuan
arah Gaya Lorentz menggunakan
kaidah tangan kanan ini dianggap sebagai
cara
yang paling singkat agar peserta didik
lebih mudah memahami arah Gaya
Lorentz.
Dalam proses
pembelajarannya di kelas XII MIA SMAN 1 Ruteng - Anam, para peserta didik tetap mengalami kebingungan meskipun
sudah diajarkan cara menggunakan kaidah tangan kanan, terutama saat menentukan arah
Gaya Lorentz secara
mandiri. Contohnya, ketika diberikan
soal untuk menentukan arah Gaya
Lorentz di mana
arah arus listrik masuk bidang kertas (menjauhi pengamat) dan arah medan magnet
ke atas (searah sumbu-y positif), kebanyakan peserta didik memerlukan waktu yang lama untuk
memposisikan telapak tangan kanan mereka sesuai dengan bunyi soal.
Masalah tersebut timbul karena
ketidakmampuan peserta didik
untuk mengintegrasikan kaidah tangan ke dalam persoalan arah Gaya Lorentz.
Ketidakmampuan tersebut
disebabkan oleh keterbatasan peserta
didik dalam berimajinasi. Di sisi lain, peserta didik mungkin lebih
mudah dan nyaman dalam menangkap
pembelajaran yang bersifat visual dengan penggunaan warna-warna, garis, maupun
bentuk. Oleh karena itu, diperlukan metode atau cara lain untuk menjawab
masalah belajar peserta didik
dalam menentukan arah Gaya
Lorentz dengan kaidah tangan kanan ini.
Metode lain yang digunakan guru untuk memfasilitasi gaya belajar peserta didik yang berbeda agar lebih memahami arah Gaya Lorentz adalah dengan metode perkalian vektor (cross product). Perkalian vektor (cross product dan dot product) diperkenalkan oleh Jossiah Willard Gibbs pada tahun 1880 dalam papernya yang berjudul “Elements of Vector Analysis”. Dalam tulisannya, Gibbs menyajikan konsep vektor secara gamblang dalam operasi geometrinya. Metode perkalian vektor (cross product) tersebut seharusnya bukanlah hal yang baru untuk peserta didik karena sudah diperoleh di kelas X.
Di sini, penulis
mencoba menjabarkan langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam menentukan arah Gaya Lorentz dengan
perkalian vektor, yaitu
pertama, peserta didik
diarahkan untuk menggambar sumbu tiga dimensi i, j dan k; i
positif ke kanan, i negatif ke kiri, j positif ke atas, j negatif
ke bawah, k positif masuk bidang gambar (menjauhi pengamat) dan k negatif
keluar bidang gambar (mendekati pengamat).
Sebagai contoh (1), diberi soal untuk menentukan arah Gaya Lorentz dimana arah arus listrik masuk bidang kertas (menjauhi pengamat) dan arah medan magnet ke atas. Hal ini berarti arus (I) searah k positif, dan medan magnet (B) searah j positif. Contoh (2), diberi soal untuk menentukan Gaya Lorentz, dimana medan magnet (B) keluar bidang kertas (mendekati pengamat) dan arah arus listrik (I) ke bawah. Dari soal dapat diketahui bahwa medan magnet (B) searah k negatif dan arus listrik (I) searah j negatif.
Kedua, peserta didik diingatkan kembali dengan operasi perkalian vektor (cross product) i, j dan k (cross product); i x j = k, k x j= i, dan j x i = k. Jika arahnya dibalik, maka nilainya negatif, i x k = - j, k x j = - i, j x i = - k.
Ketiga,
peserta didik diingatkan
kembali bahwa Gaya
Lorentz adalah gaya yang dikerjakan medan magnet terhadap arus listrik yang
mengalir melalui medan magnet tersebut, sehingga rumus Gaya Lorentz adalah FL = B x I. Untuk contoh (1), arah Gaya
Lorentz-nya adalah B x I = j x k
= i (arah Gaya Lorentz ke kanan
searah sumbu i positif). Sementara itu, untuk contoh (2) arah Gaya Lorentz-nya menjadi B x I = -k x -j = k x j = - i (arah Gaya
Lorentz ke kiri searah sumbu i negatif).
Keempat,
peserta didik diberikan
kesempatan untuk memberikan tanggapan dan pendapat mereka mengenai penyelesaian
soal arah Gaya
Lorentz. Pada
langkah ini, peserta didik diperbolehkan
untuk membandingkan atau memilih metode penyelesaian arah Gaya Lorentz yang sesuai
dengan gaya belajar mereka.
Kelima,
peserta didik diberikan soal
tambahan tentang arah Gaya
Lorentz. Saat penyelesaian soal, peserta
didik diberikan kebebasan untuk menjawab soal dengan
metode yang telah mereka
pilih.
Setelah perkalian vektor ini
dijelaskan kepada para peserta
didik, penulis
menemukan bahwa terdapat beberapa peserta didik yang
lebih memilih untuk menggunakan
perkalian vektor guna menyelesaikan
soal penentuan arahGaya
Lorentz dibandingkan kaidah tangan kanan. Metode tersebut dianggap lebih mudah karena menggunakan
media gambar.
Penggunaan perkalian vektor untuk
menentukan arah Gaya
Lorentz tidak bertujuan untuk meniadakan kaidah tangan kanan dalam pembelajaran
di kelas. Namun, penggunaan perkalian vektor dapat digunakan sebagai pelengkap
(komplementer) untuk membuktikan kaidah tangan kanan secara matematis.
Penggunaan perkalian vektor pada materi Gaya
Lorentz juga dapat dijadikan opsi atau pilihan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan atau
kebingungan dalam
memahami kaidah tangan kanan.
Kedua metode tersebut perlu diajarkan kepada
peserta didik agar memiliki pemahaman
secara menyeluruh tentang penentuan arah Gaya
Lorentz. Dengan demikian,
ketika peserta didik mengalami kesulitan dalam menggunakan kaidah
tangan kanan, maka penggunaan perkalian
vektor (cross product) bisa menjadi opsi alternatif.
Editor : Takim/Mario
Djegho (red)
0 Comments