Jakarta, CAKRAWALANTT.COM - Berdasarkan
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) tahun
2020, presentase dan jumlah penduduk buta aksara di Indonesia telah mengalami
penurunan bila dibandingkan dengan presentase dan jumlah buta aksara di tahun
2021. Hasil positif tersebut bisa terwujud dengan terlaksananya berbagai
strategi inovatif serta sinergi bersama para pemangku kepentingan. Hal tersebut
disampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar,
dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen), Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Jumeri pada Bincang
Pendidikan secara virtual, Sabtu (04/09/2021) di Jakarta.
Ia
mengungkapkan bahwa presentase buta aksara pada tahun 2019 sebanyak 1.78% atau
sekitar 3.081.136 orang dan pada tahun 2020 turun menjadi 1.71% atau sebanyak
2.961.060 orang. Hal tersebut, imbuhnya, bisa tercapai dengan beberapa langkah
strategis, seperti; pemutakhiran data buta aksara bersama BPS; peningkatan mutu
layanan pendidikan dan pembelajaran keaksaraan pada daerah tertentu yang
menjadi fokus pengentasan; mengembangkan jejaring dan sinergi kemitraan lintas
sektor; serta mempercepat akses layanan secara inovatif pada daerah
terpadat.
“Persentase
buta aksara tahun 2019 sebanyak 1,78 persen atau 3.081.136 orang, dan pada tahun 2020 turun menjadi 1,71
persen, atau menjadi 2.961.060 orang,” ujarnya.
Peringatan Hari Aksara
Internasional (HAI)
Lebih
lanjut, terang Jumeri, pada peringatan Hari Aksara Internasional ke-56,
Kemendikkbudristek mengangkat tema “Digital
Literacy for Indonesia Recovery” sebagai bagian dari tema besar
internasional “Literacy for a
human-centred recovery : Narrowing the digital divide”. Melalui tema
tersebut, tuturnya, pengimplementasian program pendidikan keaksaraan dapat
menjadi lebih adaptif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, khususnya yang
berkaitan dengan pergeseran paradigma pembelajaran.
”Dengan
tema ini, kami berharap program pendidikan keaksaraan dapat menjadi lebih
adaptif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, khususnya berkenaan dengan
pergeseran paradigma pembelajaran,” jelasnya.
Ia
juga mengatakan bahwa dalam memeriahkan HAI mendatang, pihaknya telah
menyiapkan serangkaian acara pendukung, yakni; Apresiasi Pendidikan Keaksaraan,
Festival Literasi Indonesia, Taklimat Media, Festival Pendidikan Kesetaraan,
serta Gelar Wicara.
Sementara
itu, sambungnya, pada puncak peringatan HAI pada 08 September 2021 akan
diberikan penghargaan kepada berbagai pihak yang turut berkontribusi pada
bidang keaksaraan, yaitu; Anugerah Pegiat Pendidikan Keaksaraan, Penghargaan
pada Tokoh Adat pendukung keaksaraan pada Komunitas Adat Terpencil/Khusus,
Apresiasi TBM kreatif/rekreatif, apresiasi publikasi video keaksaraan,
apresiasi foto keaksaraan, apresiasi publikasi keaksaraan di media
cetak/daring, apresiasi video literasi
masyarakat, apresiasi foto literasi masyarakat, serta apresiasi menulis praktik
baik literasi masyarakat.
”Melalui
puncak peringatan Hari Aksara Internasional, kita perkuat komitmen seluruh
pemangku kepentingan pendidikan, baik tingkat pusat, provinsi, maupun
kabupaten/kota dalam penuntasan buta aksara,” pungkasnya.
Sumber
: Siaran Pers Kemendikbudristek (https://www.kemdikbud.go.id/)
Editor
: Mario Djegho (red)
0 Comments