Oleh
: Yohanes Amsikan, S.Pd
(Guru SMAN 1 Kefamenanu –TTU)
Puisi
merupakan salah satu karya sastra yang berperan untuk mengekspresikan ide,
gagasan, perasaan dan emosi seseorang (penyair atau pengarang) melalui kata
atau diksi yang indah (estetik) dan memiliki makna (substansi) yang tersirat.
Gaya bahasa yang terdapat di dalam karya puisi terkesan berbeda dari gaya
bahasa pada umumnya, sebab para pengarang puisi cenderung mendorong para
pembacanya untuk menyikapi serta mengintepretasikan maksud yang tersirat di
dalamnya. Oleh sebab itu, sebagai sebuah karya sastra, puisi juga mampu
membangkitan perasaan dan imajinasi seseorang lewat kata dan rima yang tersusun
di dalamnya.
Di dalam proses pembelajaran, materi tentang puisi adalah
bagian penting pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Puisi berkaitan erat
dengan peran bahasa. Bahasa merupakan alat untuk mengemukakan sesuatu, baik
pikiran, perasaan, dan pendapat mengenai realitas. Bahasa dan puisi adalah satu
kesatuan yang integral, sebab puisi membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk mengekspresikan
serta memaknai semua substansi yang ada di dalamnya. Dengan demikian, dapat
diartikan bahwa puisi juga bersifat komunikatif karena mampu menyampaikan pesan
tersirat seseorang kepada orang lain secara implisit.
Proses pengajaran materi puisi di dalam kelas kadang
tidak berjalan sesuai tujuan pembelajaran. Para peserta didik selalu mengalami
kesulitan ketika berhadapan dengan karya sastra puisi. Pada dasarnya, puisi
tidak mudah dipahami secara langsung, terutama dalam memahami maksud yang
terkandung pada setiap untaian diksinya. Estetika dan substansi makna yang
melingkari sebuah puisi menjadi kemasan tersirat yang membutuhkan interpretasi
subyektif secara matang, kritis, dan imajinatif. Hal tersebut menjadi kendala
utama bagi peserta didik, terutama pada tataran tingkat literasi yang belum
memadai. Peserta didik akan cenderung menjadi pasif, sehingga minat dan
motivasi belajar terhadap materi puisi akan menurun secara berkala.
Realita pembelajaran materi puisi tersebut juga terjadi
di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Kefamenanu, terkhususnya pada Kelas X
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Hal tersebut tentunya juga menyulitkan guru
dalam setiap kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Dalam proses KBM, terdapat sejumlah
besar peserta didik yang kurang berminat terhadap materi puisi. Para peserta
didik akan cenderung lalai dan tidak menghiraukan setiap penjelasan yang
diberikan. Bahkan, para peserta didik sering mengerjakan tugas atau pekerjaan
rumah seadanya tanpa adanya daya pemikiran yang kritis, analisis, dan imajinasi
dalam memaknai sebuah puisi. Maka dari itu, pola berpikir, daya imajinasi, dan
kekuatan analisis peserta didik harus terus diasah guna memahami segala bentuk
pemaknaan yang terdapat di dalam sebuah puisi, terutama pada lambang dan
simbol-simbol tertentu.
Dalam menanggulangi persoalan tersebut, penulis mencoba untuk
meningkatkan minat belajar peserta didik terhadap materi puisi melalui
pemaknaan teks puisi Nyanyian Angsa Karya W. S. Rendra. Pertama, penulis
membagikan teks puisi Nyanyian Angsa Karya W. S. Rendra serta mengajarkan
contoh penggunaan teknik membaca puisi yang baik dan benar. Para peserta didik
harus menggunakan daya imajinsi yang tepat secara berulang kali guna
membangkitkan minat membaca puisi. Pengulangan pada proses membaca tersebut
berguna untuk mendalami dan menafsirkan makna yang terkandung di dalam puisi
tersebut.
Kedua, penulis mewajibkan peserta didik untuk menonton
dan menyimak video Sastrawan W. S. Rendra melalui alat komunikasi, seperti; hand phone dan media lain yang dimilikinya.
Melalui tontonan video tersebut, para peserta didik bisa melihat dan
mempelajari mimik serta gestur sang sastrawan saat membacakan puisinya,
sehingga bisa termotivasi untuk mengikuti pola tersebut. Setelah itu, penulis
memberikan tugas mandiri kepada para peserta didik untuk membaca dan
menafsirkan setiap makna yang ada di dalam puisi tertentu. Di samping itu,
peserta didik juga diasah untuk mampu menciptakan puisi baru dengan tema dan
pesan yang tersirat.
Upaya peningkatan minat belajar peserta didik terhadap
materi puisi tersebut tentunya harus digencarkan secara terus menerus. Para
peserta didik harus didorong secara berkala dan mandiri untuk menumbuhkan
motivasi serta semangat mereka dalam mendalami materi puisi. Dalam
pengimplementasiannya, upaya tersebut juga harus didukung oleh pola pembiasaan
(conditioning) melalui siklus
apresiasi-sanksi (reward-punihsment).
Apabila peserta didik mampu membaca, menafsirkan, serta menciptakan puisi
dengan segala pesan dan makna tersirat di dalamnya, maka penulis selaku guru
pengampu Mata Pelajaran Bahasa Indonesia wajib memberikan apresiasi yang
edukatif.
Begitupun sebaliknya, terdapat sanksi apabila terdapat
peserta didik yang belum mampu mengaktualisasikan hal tersebut. Namun, sanksi
yang diberikan harus bersifat edukatif, atraktif dan persuasif. Melalui proses
pembiasaan tersebut, bukan tidak mungkin, proses peningkatan minat belajar
peserta didik terhadap materi puisi bisa meningkat. Selain itu, proses KBM pun
bisa berjalan secara efektf dan kondusif.
Editor : Mario Djegho (red)
0 Comments