Kota Kupang, CAKRAWALANTT.COM – Nusa Tenggara Timur terkenal dengan karya tenun ikat beraneka motif. Hampir semua daerah di NTT memiliki motif tenun ikat yang unik dan khas. Motif-motif tersebut mengandung falsafah dan pesan yang mendalam. Tenun ikat sebagai produk budaya lokal menunjukan identitas masyarakat. Tampilannya yang artistik dan proses pengerjaannya yang rumit menjadikan tenun ikat memiliki nilai jual tinggi.
Sebagai
Provinsi yang memiliki banyak destinasi wisata, NTT berpotensi dikunjungi oleh
banyak wisatawan mancanegara maupun domestik. Para wisatawan ini seringkali
menjadikan tenunan sebagai oleh-oleh ketika mereka kembali dari NTT.
Menangkap peluang
ini, Kepala SMKN 4 Kupang, Semi Ndolu, S.Pd., berikhtiar memperkenalkan produk
budaya masyarakat lokal NTT ini kepada para wisatawan dengan melibatkan pihak
sekolah. Kepada media ini, Sabtu (19/06/21) di ruang kerjanya, Semi menjelaskan
pentingnya kerja kolaboratif antara pelaku usaha pariwisata dan pihak sekolah
dalam memperkenalkan tenun ikat ini.
Dalam upaya
memperkenalkan produk tenun ikat inilah, SMKN 4 Kupang melakukan beberapa
inovasi terkait. Karya inovasi yang dihasilkan sekolah ini berupa karya desain
dan produk desain yang berkaitan dengan alat tenun ikat dengan ragam hias motif
NTT. Karya desain ini diinisiasi oleh Yerobeam Lukuaka, guru desain di SMKN 4
Kupang sementara produk desainnya sendiri dikerjakan oleh guru kriya kayu
bersama para siswa.
Terkait kedua
karya inovasi ini menurut Semi, pihaknya sedang dalam proses pengurusan hak
paten. “Kita sedang berupaya untuk bekerja sama dengan Kementerian Hukum dan
HAM Wilayah NTT untuk mengurus hak paten. Kenapa? Karena ini murni hasil karya
dari SMKN 4 Kupang,” ungkapnya.
Berawal pada tahun
2017
Jauh sebelum
dilakukan proses pengurusaan hak paten ini, Semi mengisahkan ada serangkaian
proses dan cerita yang mereka lalui. “Awalnya di 2017 saya berpikir bahwa
ketika orang-orang datang ke NTT, nginapnya di hotel-hotel dan kalau mereka
pulang biasanya bawa oleh-oleh. Salah satunya adalah kain tenun. Sebagai
pendidik, saya merasa punya beban moril untuk bagaimana memberikan edukasi bagi
masyarakat yang datang ke NTT bahwa tenunan ini benar-benar milik orang NTT.
Karena itu, proses pembuatan tenunan ini minimal kita harus demonstrasikan
kepada mereka,” kisah Ketua MKKS SMK Kota Kupang ini.
Tidak sekadar
menelurkan gagasan, Semi lalu mendatangi beberapa hotel di kota Kupang untuk mengajak
kerja sama. “Saya datang dan bicara dengan manager hotel, bagaimana kalau SMKN
4 Kupang berkontribusi di salah satu space
lobi hotel ini. Misalnya ditarukan produk alat tenun hasil karya SMKN 4 Kupang bersama
dengan kain tenun setengah jadi. Kalau ada tamu-tamu yang datang dan hendak
berswafoto dan mendemostrasikan proses menenun, efeknya akan sangat bagus.
Sebenarnya sesimpel itu awalnya,” ceritanya.
Bak gayung
bersambut, proses kreatif ini mendapat dukungan luar biasa dari Julie Sutrisno
Laiskodat, ketua Dekranasda Provinsi NTT. Dalam sebuah momen kunjungan ke sekolah
ini, desain produk dan karya produk tenun ikat ini diperkenalkan kepada Bunda
Julie. Bunda Julie sendiri punya kecintaan yang tinggi terhadap tenunan NTT. Apresiasi
dan dukungan penuh diberikan kepada sekolah ini untuk pengembangan karya
inovatif ini.
Ide dasar
pembuatan alat tenun ikat ini menurut Semi adalah bahwa alat tenun belum
menjadi perhatian dan produk yang bisa dipasarkan. Selama ini yang dijual hanya
produk tenun ikatnya semata sementara alat produksinya masih dibuat seadanya.
Bukan cerita baru kalau di kampung-kampung misalnya, tiang-tiang rumah juga digunakan
sebagai alat tenun. Jadi, fungsinya yang menjadi prinsip bagi mereka sementara
model alatnya seperti apa tidak jadi soal.
Oleh karena
itu, SMKN 4 Kupang hadir memberi solusi. Bukan semata soal fungsi, produk
inovasi dari SMKN 4 Kupang ini juga menawarkan sisi artistik dan beragam
keunggulan lainnya. Alat tenun inovasi ini dari sisi artistiknya menampilkan
ragam hias motif NTT. Ada yang diukir menggunakan motif Sasando, Lopo adat Timor,
gading gajah Flores Timur dan sebagainya.
Alat tenun ini
dibuat dari kayu jati dan meranti batu. Kualitas bahannya terjamin aman dan
tahan lama. Keunggulan lainnya adalah alat tenun ini dirancang dengan system knockdown (bisa dibongkar-pasang)
sehingga memudahkan pengguna untuk membawanya ke tempat lain. Produk alat tenun
ikat ini terdiri atas dua model yaitu model melantai dan model bangku.
Untuk
diketahui, satu set alat tenun ini terdiri atas Alat Tenun, Pemidang Ikat, Pemidang
Hani dan Penggulung Benang. Untuk yang model melantai dibandrol dengan harga Rp
1.800.000 sementara untuk model bangku seharga Rp 2.200.000. Sejauh ini, sudah
banyak pihak yang memesan produk alat tenun ini. Saat ini pihak sekolah sedang
mengerjakan pesanan dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia sebanyak
50 set.
Teks & Foto:
Baldus Sae
0 Comments