Kota
Kupang, CAKRAWALANTT.COM – Dalam menghadapi
pandemi Covid-19, SMAN 7 Kota Kupang masih menerapkan proses pembelajaran
daring dengan belajar dari rumah (BDR). Proses tersebut telah berjalan sejak
Maret 2020 dan berlanjut di tahun ajaran baru 2021. Hal tersebut diutarakan
oleh Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan SMAN 7 Kota Kupang, Djoko. S.Pd.,
ketika ditemui di ruang kerjanya, Rabu (20/01/2021).
Ia mengatakan
bahwa dalam menunjang kelancaran proses
pembelajaran daring, SMAN 7 Kota Kupang menggunakan aplikasi Google Sites karena efektif dalam
merangkum semua bahan pembelajaran dan memiliki aksesibilitas yang baik selama
kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Namun, tambahnya, sebelum adanya
peningkatan kasus positif Covid-19, proses pembelajaran daring juga diimbangi
dengan sistem luring dimana semua rombongan belajar dibagi dalam sistem shift untuk kegiatan tatap muka.
“SMAN 7 Kota
Kupang telah menjalani sistem pembelajaran daring sejak pandemi di bulan Maret
2020 dan akan terus berlanjut di tahun 2021 ini. Ada dua opsi yang kami pakai,
yakni daring dan luring. Kalau dalam sistem daring, kami menggunakan aplikasi Google Sites karena efektif dari sisi
rangkuman bahan ajar dan aksesnya selama KBM sangat baik. Sedangkan kalau
sistem luring, kami menggunakan sistem shift
dimana setiap rombongan belajar diatur jadwalnya. Namun, karena ada peningkatan
kasus Covid-19, maka kami lebih fokus pada sistem daring,” ungkapnya.
Menurutnya, proses
pembelajaran daring tidak terlalu efektif karena semua pihak masih berada dalam
proses transisi dan penyesuaian dari kebiasaan tatap muka menuju sistem
pembelajaran daring. Di SMAN 7 Kota
Kupang, tambahnya, sistem pembelajaran daring masih mengalami beberapa kendala,
misalnya banyaknya peserta didik yang tidak memiliki HP android dan terbatasnya
fasilitas jaringan internet. Selain itu, beberapa guru juga belum menguasai
cara penggunaan aplikasi Google Sites
secara makasimal. Oleh karena itu,
pihaknya juga mengadakan proses pembelajaran tatap muka dengan metode shift dengan tetap mengikuti protokol
kesehatan serta melakukan inovasi penilaian melalui pembuatan produk dan proyek
kerja dalam bentuk makalah yang harus dikumpulkan di pertengahan semester. Hal
itu berguna agar penilaian keterampilan dan pengetahuan peserta didik bisa tetap efektif
selama pandemi.
“Masih banyak kendala
seperti banyak siswa yang tidak memiliki HP android dan penunjang jaringan
internet dan beberapa guru juga belum menguasai aplikasi Google Sites secara maksimal, sehingga proses daring tidak begitu
efektif. Makanya kami adakan juga penilaian keterampilan dengan mewajibkan
siswa membuat produk dan proyek dalam bentuk makalah dan dikumpulkan di
pertengahan semester,” jelasnya.
Telah Perkuat Literasi Sekolah
Pada kesempatan tersebut, Djoko juga menjelaskan
bahwa sejauh ini proses penguatan
literasi di SMAN 7 Kota Kupang telah berjalan, tetapi kemudian terhambat karena
adanya pandemi. Sebelum adanya proses BDR, tuturnya, pihak sekolah telah
menyiapkan beberapa sudut baca, mading, taman baca dan laboratorium bahasa. Para
peserta didik juga didorong untuk membaca selama 15 menit sebelum dimulainya
KBM dan kemudian membuat rangkuman singkat. Hal tersebut tentunya sangat
membantu peserta didik dalam mengembangkan kreativitasnya, terutama dalam hal
membaca dan menulis. Selain itu, pihak sekolah juga menunjang perpustakaan
dengan bahan bacaan yang berkualitas bagi peserta didik.
Di sisi lain, ia
juga sangat mengapresiasi adanya mading digital SMAN 7 Kupang. Baginya, mading
digital adalah wadah menulis bagi siswa dengan bimbingan guru Bahasa Indonesia,
sebab literasi membaca dan menulis itu sangat penting. Ia menambahkan bahwa
pihaknya, terutama kepala sekolah sedang berencana agar semua kumpulan tulisan
peserta didik yang dimuat di mading bisa dirangkum dalam sebuah majalah atau
buku antologi khusus bagi para peserta didik.
“Mading digital
dan non-digital adalah wadah menulis bagi para
siswa dengan arahan guru Bahasa Indonesia, sebab literasi baca dan tulis itu
penting. Pihak sekolah, terutama kepala sekolah sedang berusaha membuat satu
majalah atau buku yang berisi tulisan siswa itu,” ujarnya.
Berita dan Foto: Mario Djegho
Editor: R. Fahik/red
0 Comments