Mengenakan batik lengan panjang
bercorak merah-oranye, Syaiful Bahri Lubis, melangkah perlahan menuju mimbar
podium di Aula Nusantara LPMP NTT, Selasa (1/9/2020). Ia diundang pewara
(pembawa acara) untuk menyampaikan sambutannya dalam Acara Pisah-Sambut Kepala
Kantor Bahasa Provinsi NTT.
Usai
menyapa undangan yang hadir, Kepala Kantor Bahasa Provinsi Jambi 2016 – 2020 itu
mengungkapkan bahwa jika ia renungkan, kehadirannya di NTT sebenarnya bukan hal
yang mengejutkan. Jauh sebelum dilantik sebagai Kepala Kantor Bahasa NTT
tanggal 13 Agustus 2020 lalu, ia merasa seperti ada isyarat bahwa kelak ia akan
mendapat amanah sebagai Kepala Kantor Bahasa NTT.
“Kira-kira
empat tahun lalu pertama-tama ketika kami dilantik, beliau (Valentina L.
Tanate, red) dilantik menjadi Kepala Kantor Bahasa NTT, saya dilantik menjadi Kepala
Kantor Bahasa Jambi, bertemu pada sebuah kesempatan di Jakarta, saling
berkenalan, demikian juga pengganti saya yang di Jambi nanti, Dr. Sukardi. Ketika
itu seperti ada isyarat, mengapa dari sekian banyak kepala yang perempuan di
lingkungan balai dan kantor bahasa di badan bahasa, kok saya itu lebih dekat
dengan Kak Valen. Saya biasa memanggilnya Mbak, saya biasa dipanggilnya Abang atau
Kakak. Dan juga bang Sukardi yang menggantikan saya, dari sekian laki-laki yang
menjadi kepala kantor dan kepala balai bahasa, kami seperti punya ikatan
emosional di pertemanan,” kisahnya.
“Nah,
ternyata 13 Agustus yang lalu penasaran saya itu terjawab sudah, mengapa saya
dekat dengan Kak Valen, karena saya yang akan meneruskan perjuangannya di NTT
ini. Mengapa saya dekat dengan bang Sukardi, karena dialah yang akan
melanjutkan yang pernah saya torehkan di Provinsi Jambi,” lanjutnya.
Melihat Wajah Nusantara
Meski
baru pertama kali menginjakkan kaki di NTT, lelaki kelahiran Salambue, Sumatera
Utara, 15 Desember 1970 ini mengaku senang. Baginya NTT tidak jauh berbeda
dengan tanah asalnya, Sumatera Utara. Di NTT – sama seperti di Medan, ia
melihat wajah nusantara, wajah keberagaman. Ia pun yakin akan diterima dan
bahkan menjadi saudara kandung bagi masyarakat NTT.
“Saya
senang hari ini, hari ini adalah hari yang penuh kenangan. Ibarat sebuah kertas
putih, saya hari ini menggoreskan tulisan yang pertama. Pertama sekali mendarat
di kota kupang, meskipun penuh pengalaman, penuh kenangan, saya akhirnya bisa
sampai di tempat ini yang saya juga belum tahu sampai kapan saya berbaur dengan
masyarakat di sini. Saya melihat kita yang ada di ruangan ini kurang lebih sama
seperti yang selama ini sering saya rasakan di Sumatera Utara, di Medan, yang
terlihat adalah wajah nusantara, wajah keberagaman, dan saya semakin optimis,
saya bisa menjadi saudara kandung di tempat ini,” tuturnya disambut tepukan
tangan seluruh undangan.
“Saya
yakin akan diterima meskipun awalnya saya sangat galau,” lanjutnya, “Mengapa
saya galau? Bagaimana mungkin provinsi yang saya tinggalkan hanya 12 Kabupaten/Kota
dengan jumlah pegawai 49 pegawai dan 7 pegawai honorer, jadi 56 pegawai dengan
12 Kabupaten/Kota, tetapi di sini saya nanti akan dibantu oleh 14 orang PNS
dengan 22 Kabupaten/Kota. Inilah yang membuat saya galau. Tetapi ketika saya
injakkan kaki saya di Kupang ini saya optimis ternyata NTT itu adalah bumi yang
indah, bumi yang menarik, bumi yang menantang untuk digauli dan disahabati.”
Akan Banyak Saudara di NTT
Pengalaman
terbang dari Jakarta ke Kupang selama tiga jam, menurut jebolan Magister
Linguistik UGM Yogyakarta ini, merupakan penerbangan dengan durasi waktu cukup
lama namun karena berangkat pada malam hari, ia nikmati saja penerbangan itu. Dan
lamanya penerbangan itu akhirnya terbayarkan ketika dirinya tiba di Kupang.
“Terbangun
dari mimpi yang indah, saya sudah sampai di bandara Kupang dan saya sangat
senang hari ini saya bisa melihat wajah adik-adik saya di Kantor Bahasa NTT,
berkenalan tadi di lobi dengan bang Syarif yang ternyata beliau juga Kepala
TVRI NTT yang baru juga pindah ke sini. Semangat saya makin bertambah, oh, akan
banyak saudara saya di sini. Akan banyak saudara saya di sini. Sebagaimana di
status saya yang pertama di FB saya ketika saya ditugaskan di sini, saya
menyatakan, ‘Alhamdulillah ya Tuhan, saya masih diberi kesempatan untuk mencari
saudara yang banyak, keluarga yang banyak nun jauh di NTT’. Ini yang menjadi
status saya sehingga saya berharap nanti saya punya saudara, punya keluarga
yang banyak di tempat ini,” ungkapnya.
Siap Melanjutkan Prestasi
Kantor Bahasa NTT
Tentang
Kantor Bahasa NTT di bawah kepemimpinan Valentina L. Tanate, Syaiful Bahri
Lubis, mengakui bahwa sudah banyak prestasi yang ditorehkan. Di lingkungan
Badan Bahasa, Kemdikbud, jelasnya, Kantor Bahasa NTT adalah kantor yang sangat
banyak menorehkan prestasi.
“Sinde-nya
itu tinggi terus nilainya, kalah Provinsi Jambi. Berarti saya nanti harus
mempertahankan prestasi ini. Sinde itu maksudnya sistem informasi
surat-menyurat elektronik, yang sebenanya itu menjadi salah satu bukti
bagaimana kinerja di sebuah lingkungan kantor itu. Jadi terus terang, sinde-nya
NTT jauh lebih tinggi dibanding Provinsi Jambi. Demikian juga yang lain
misalnya akun-akun media sosialnya, di instragramnya. Siapa yang tidak kenal
dengan Instagram Kantor Bahasa NTT, sampai ke penghujung Sumatera sana,”
katanya.
Atas
berbagai prestasi Kantor Bahasa NTT tersebut, putra berdarah Batak Mandailing
ini mengaku siap melanjutkan semuanya. Untuk itu dirinya meminta dukungan semua
pihak yang selama ini telah membangun kerja sama dalam berbagai program Kantor
Bahasa NTT. Dengan dada yang terbuka dan hati yang ikhlas, tuturnya, ia akan
melanjutkan berbagai catatan positif Kantor Bahasa NTT.
“Saya
berharap LPMP, BP PAUD Dikmas, dan juga TVRI, kemudian juga Undana, dan
teman-teman yang lain yang selama ini menjadi partnernya kak Valen, izinkan
saya yang akan melanjutkan itu semua dengan dada yang terbuka dan hati yang
ikhlas. Mudah-mudahan saya benar-benar diterima menjadi saudara kandung di
tempat ini dan saya akan membawa seluruh keluarga saya ke kota yang sudah mulai
saya cintai ini,” harapnya.
Dengan
rendah hati dirinya memohon doa dari semua pihak agar apa yang dititipkan kepadanya
khususnya apa yang telah ditorehkan Valentina L. Tanate selama memimpin Kantor
Bahasa NTT, bisa ia lanjutkan. Ia mengaku sangat bangga memiliki tantangan
bahwa Kantor Bahasa NTT di lingkungan badan bahasa adalah kantor yang sangat
banyak menorehkan prestasi.
“Jadi
berat tanggung jawab saya di sini meneruskan atau paling tidak mempertahankan
prestasi-prestasi ini. Bila nanti mundur di saya berarti kelihatan betul saya
yang tidak bisa mengemban amanah ini. Untuk itu teman-teman di kantor, mohon
dukungannya paling tidak bisa kita tetap mempertahankan prestasi-prestasi yang
sudah ada selama ini,” ungkapnya.
Mengakhiri
sambutannya, Syaiful Bahri Lubis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah mendukung Kantor Bahasa NTT selama ini. Ia pun meminta maaf jika ada
penyampaikan yang salah dalam sambutannya.
“Sekali
lagi ungkapan terima kasih dari saya yang tiada terhingga untuk kita semua
seluruhnya yang tidak saya sebutkan lagi satu per satu yang selama ini telah
mendukung keluarga besar Kantor Bahasa NTT untuk mencapai tujuan-tujuan dan
program-programnya. Sekali lagi saya mohon maaf apabila ada penyampaian yang salah,
saya juga mohon dimaafkan,” pungkasnya. (Robert Fahik/red)
0 Comments