Saban hari bumi semakin mendung dalam pekatnya
Hati serasa teriris perih oleh jutaan tangis merintih di
balik-balik ruang isolasi
Ada cinta yang enggan tersalur oleh jarak, ada rasa yang
santun tak nyantul pada realitas
Yang ada hanyalah diam dalam rasa yang terbawa cemas
Pagi terus menyapa hari-hariku sekalipun itu tidak
secerah hari kemarin
Ada embun yang bertamasya di dedaunan yang kian riang
menanti dalam kehausan
Sedang aku masih diselimuti oleh selembar kain penghapus
kedinginan
Dalam binar-binar mata yang belum benar-benar terbuka
Ada sejuta kisah yang dating membangunkanku dengan
sempurna
Hari itu… aku ingat betul
pada angka-angka kalender hidupku
Di gubuk teduh terimpas yang menyimpan secercah harapan
Malam seakan merunduk dalam kelamnya
Ada seribu air mata yang tiba-tiba jatuh pada selembar
kertas
Ada satu dari sekian cerita yang tergores dalam tinta
yang mengenangnya
Berkali-kali air mata itu jatuh…
jatuh… dan terus jatuh
Mungkinkah itu adalah sebuah alasan yang menjawab harapku?
Tanyaku begeming dalam diamnya malam yang terus larut
Lantas sejenak aku berpacu dalam samar-samar
Ada jumpa yang kian menua oleh waktu sekalipun menabrak
jarak
Ada canda dan tawa yang terlampau jauh oleh mata
Kini aku hanya berkutat pada diksi-diksi
Ku berharap tak akan ada cela untuk cinta yang akan
dating
Agar hari ini bersatu dalam kebadian rasa yang
bersentuhan dengan wajah dan jarak
Agar medung itu lekas pergi dan berganti cerah yang
mengembalikan rinduku
Kutahan dan hanya mampu kutulis dalam sajak-sajak hari
yang penuh kisah
Merajutnya dalam diksi-diksi yang tematis nan sistematis
Jemariku semangat melompat pada lembar hingga buku
Berteman melodi rindu yang berbisik dalam kalbu
Hingga akhirnya di puncak naluri yang membara
Jemari ini terkulai lunglai hingga berakhir jedah
Membayang pembatas penyekat insan sedang merenggut
kemerdekaan belajar
Ada juga harap yang akan terbayar di balik rindu dan
jarak
Klotilde
O. Jauk
Guru Bahasa Indonesia SMASK Alvarez Paga
Kabupaten
Sikka
0 Comments