TTS,
CAKRAWALANTT.COM – Setelah beberapa tahun menyandang status sebagai
Sekolah Model, kini SMP Negeri Tobu, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) naik
status menjadi Sekolah Mutu. Hal ini diungkapkan Kepala UPTD SMP Negeri Tobu,
Suvenci M. Rea, S.Pd., di ruang kerjanya, Jumat (24/01/2020).
Dijelaskannya, pada tahun 2009
melalui Dirjen Bina SMP Kemendikbud, SMP Negeri Tobu tergolong salah satu SMP Potensial, selanjutnya pada
tahun 2014 melalui LPMP Provinsi NTT, SMP Negeri Tobu ditetapkan sebagai
Sekolah Berbasis Standar Nasional Pendidikan (SNSNP). Pada tahun 2015 – 2018
SMP Negeri Tobu ditunjuk sebagai sekolah Model tingkat Kabupaten TTS, dan pada tahun
2019 melalui Dirjen Bina SMP Kemendikbud SMP Negeri Tobu ditetapkan sebagai SMP
Bermutu.
Kepada media ini, Suvenci Rea mengatakan
bahwa untuk menjadikan sekolah ini menjadi sekolah model hingga mengalami
peningkatan dari sekolah model menjadi sekolah bermutu dan juga terakreditasi A
pada tahun 2018, sebenarnya tipsnya tidak terlalu luar biasa. Intinya bisa
membangun komitmen bersama antara pihak sekolah dengan orang tua murid,
pemimpin dengan para guru serta komitmen bersama yang dibangun dari para guru
dengan peserta didik. Semua pencapaian sekolah terjadi karena ada kerja sama
yang baik dengan semua pihak terutama kepala sekolah dengan para guru yang ada. Menurutnya untuk mencapai
hal tersebut selalu ada kerja sama yang baik dengan tim.
“Dalam kerja sama tim juga kami
telah mencoba berbagai inovasi di sekolah yang kami buat untuk meningkatkan
kompetensi kinerja guru dan juga teristimewa lembaga sekolah ini ke depan,
contohnya seperti moving class, juga
ada hal-hal lain yang kami dasarkan pada evaluasi diri sekolah,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan,
terkait 8 Standar Nasional Pendidikan(SNP), semuanya terpenuhi dengan baik,
namun dirnya menagkui bahwa yang masih ada kendala yaitu pada standar pendidik
dan tenaga kependidikan. Hal ini dikarenakan khusus standar tersebut pihknya memiliki
prinsip lebih baik strukturnya sedikit tetapi kerja lebih banyak dari pada
strukturnya banyak lalu kerjanya sedikit.
“Jadi kami dengan kondisi 18
orang guru yang ada kami bagi tugas hingga setiap pekerjaan yang ada dapat diselesaikan
dengan baik. Karena jika mau menambahkan tenaga pendidik yang berstatus honorer,
itu akan berpengaruh kepada kesejahteraan guru itu sendiri dimana dalam dana
BOS hanya 15 persen saja untuk tenaga honor sementara di sekolah ini ada 11
orang guru tenaga honorer. Oleh karena itu walaupun dengan kondisi seperti ini
namun sama sekali tidak berpengaruh dalam melaksanakan tugas kami sebagai
pendidik maupun dengan administrasi lainnya,” jelasnya.
Lebih lanjut dirinya
menyampaikan bahwa dari ke -18 tenaga pendidik yang ada terdapat 11 orang
tenaga honorer dan yang berstatus PNS hanya 7 orang dengan jumlah keseluruhan
siswa sebanyak 291 orang. Ia berharap agar dengan kondisi tersebut ada penambahan guru pada sekolahnya dengan
tenaga pendidik yang berstatus PNS karena menurutnya beberapa tahun terakhir di
sekolahnya belum ada kuota untuk CPNS yang baru.
“Kaena itu kami berharap juga agar
ada pemerataan di sekolahnya, mungkin ada sekolah yang mengalami penumpukan
guru PNS bisa mutasi ke sini,” harapnya. (Lemzho/red)
0 Comments