Kepala SMA Kristen Kapan, Yerfiana Boimau (Foto: Lenzho) |
Di ruang kerjanya, Kepala SMA
Kristen Kapan Yerfiana Boimau mengisahkan perkembangan sekolah yang dipimpinnya
sejak tahun 2012 silam. Raut wajah dan sorot matanya berubah seiring kisah
sekolah swasta yang sempat mengalami pasang surut tersebut. Yerfiana
menggambarkan kondisi sekolah itu sejak ia pertama kali ditempatkan sebagai PNS
pada tahun 2005.
“Ketika saya datang, sekolah
kami ini hanya punya 2 bangunan sederhana, bangunan semi permanen. Guru yang
mengasuh ada 8 orang, sementara siswanya kurang lebih 75 orang dari kelas satu
sampai kelas 3. Masing-masing tingkat punya satu kelas,” tuturnya. Karena
keterbatasan sarana prasarana, siswa kelas 3 yang mengikuti Ujian Nasional
‘dititipkan’ di SMA Negeri 1 Molo Selatan dan SMA Negeri Kapan.
Di tahun pertama pengabdiannya
sebagai guru, Yerfiana langsung dihadapkan pada kondisi sulit. Dari sekitar 75
siswa kelas 3 yang mengikuti ujian nasional hanya dua orang yang dinyatakan
lulus. Kejadian serupa berulang di dua tahun berikutnya. Maka pada tahun 2007,
pihak sekolah dipanggil oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Timor Tengah Selatan.
“Kami diminta membuat surat
pernyataan. Kalau di tahun 2008 lulusan kurang dari yang diharapkan maka
sekolah kita akan ditutup,” kenang Yerfiana.
Kenyataan pahit itu berdampak
pada antusiasme para calon siswa baru. Karena dari situ merebak isu bahwa SMA
Kristen Kapan hendak ditutup. Para orang tua yang hendak menyekolahkan anaknya
di sekolah itu menjadi was-was. Akibatnya, tidak banyak siswa yang mendaftar.
Di tengah kondisi syok, para
guru sepakat untuk bekerja ekstra keras. Para siswa kelas 3 di tahun itu
ditambah siswa di tahun sebelumnya didampingi secara serius untuk belajar. Dan
berkat kerja keras tersebut, semua siswa kelas 3, baik yang mengulang maupun
yang baru, berhasil lulus Ujian Nasional.
Angin segar itu semakin
menguatkan para guru untuk tetap bekerja keras demi eksistensi SMA Kristen
Kapan. Dengan berbagai usaha, akhirnya dibangun lagi dua ruangan belajar dan
satu laboratorium IPA. Karena itu, sejak tahun 2010 sekolah tersebut sudah
mulai menyelenggarakan Ujian Nasional sendiri. Di tahun 2008, pihak sekolah
sempat mengajukan proses akreditasi sekolah tetapi ditolak. Baru pada tahun
2009, SMA Kristen menjalankan akreditasi dan memperoleh kategori akreditasi B.
Sejak tahun 2012, Yerfiana
dipercaya menjadi kepala SMA Kristen Kapan. Ia mengaku cukup kaget karena belum
sampai sepuluh tahun menjadi guru. Namun, pihak yayasan punya pertimbangan dan
penilaian sendiri.
“Ketika diwawancara oleh
Yayasan untuk menjadi kepala sekolah, saya ditanya oleh pimpinan Yayasan, apakah
saya pernah berpikir bahwa suatu saat akan jadi kepala SMA Kristen Kapan. Saya
jawab bahwa tidak pernah sedikitpun saya berpikir menjadi kepala sekolah. Saya
hanya bekerja secara sungguh-sungguh apa yang harus dan bisa saya kerjakan,”
ungkap Yerfiana.
Rupanya, pihak Yayasan melihat
ada aura kepemimpinan dalam diri Yerfiana. Kerja keras, tanggung jawab, dan
kebersamaannya dengan para guru menjadi alasan yang cukup bagi pihak Yayasan
untuk menyerahkan amanah memimpin SMA Kristen Kapan sepeninggal Almahrum
Yakobus Natuna, kepala sekolah sebelumnya.
Yerfiana menyadari bahwa kepala
sekolah adalah tugas yang berat. Apalagi di tengah situasi melemahnya
kepercayaan masyarakat karena angka kelulusan yang rendah beberapa tahun
sebelumnya. Karena itu, Yerfiana mulai menyusun strateginya. Ia mencoba
melakukan pembenahan dalam pola kerja dengan menguatkan para guru agar bekerja
secara baik dan bertanggung jawab.
“Saya mulai mengumpulkan para
guru dan memberi arahan. Saya katakan bahwa Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) itu
harga mati. Saya tidak mau main-main dalam hal mengajar. Karena itu juga yang
saya lakukan sewaktu masih menjadi guru biasa. Dan untungnya saya sudah dekat
dengan guru-guru sejak masih sebagai guru biasa sehingga semuanya bisa berjalan
sesuai harapan,” tutur Yerfiana.
Selain dengan para guru, ia
juga segera mengadakan rapat dengan para orang tua wali begitu ia mulai
bertugas sebagai kepala sekolah. Ia mengingatkan para orang tua/wali bahwa
pendidikan adalah investasi yang paling penting dalam hidup agar seseorang bisa
maju. Karena itu, orang tua wajib mendukung anak. Anak-anak harus dinasihati
agar rajin ke sekolah dan tekun belajar. Orang tua juga harus menyediakan semua
kebutuhan sekolah anak.
Sejak menjabat sebagai kepala
SMA Kristen Kapan, Yerfiana juga mulai secara masif melakukan pembangunan
fisik. Tahun 2012, mereka mendapat bantuan lima ruang kelas baru, dua di
antaranya merupakan bantuan dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri. Lalu pada tahun 2013 diperoleh bantuan satu unit perpustakaan. Tahun
2014 dan 2015 lagi-lagi diperoleh bantuan satu gedung kelas baru.
Tahun berikutnya, SMA Kristen
Kapan mendapat bantuan rehabilitasi satu ruang kelas. Tahun 2018, kembali
mendaptkan bantuan dua ruang kelas. Dan tahun 2019 ini, diperoleh bantuan dua
paket peralatan TIK, masing-masing dari Pemerintah Provinsi dan Kementerian
Pendidikan.
Apa yang dilakukan Yerfiana itu
secara perlahan mengubah wajah SMA Kristen Kapan. Pembelajaran yang dijalankan
secara tertib dan teratur membuat mutu sekolah semakin meningkat. Sejak
menjabat sebagai kepala sekolah persentase lulusan selalu di angka 100. Bahkan,
sekolah tersebut selalu berada di urutan atas dalam hal rerata nilai ujian
nasional di lingkup Kabupaten TTS. Di tingkat Provinsi, SMA Kristen Kapan
pernah menjadi sekolah dengan rata-rata nilai IPS terbaik, yaitu pada tahun
2018 lalu.
Hal itu kemudian berdampak pada
akreditasi sekolah. Sejak tahun 2016 SMA Kristen Kapan memperoleh akreditasi A.
Terkait akreditasi A ini, Yerfiana berujar, “Yang terutama saya tekankan kepada
para guru adalah kita berusaha melakukan tugas kita secara baik dan semua harus
tertulis. Tidak ada istilah hanya omong-omong saja. Kita semua kerja kita apa
yang kita tuliskan dan kita tuliskan apa yang kita kerjakan.”
“Jadi kalau orang berpikir
untuk dapat akreditasi A itu sulit, saya kira keliru. Intinya adalah kita
merencanakan visi misi dan tujuan kita secara baik, menjalankan dengan penuh
tanggung jawab, dan mendokumentasikannya secara baik pula. Karena itulah yang
akan dinilai,” lanjutnya.
Menurut Yerfiana, semua
kemajuan yang dicapai SMA Kristen Kapan adalah berkat kerja sama semua
komponen, terutama para guru. Masing-masing guru adalah elemen penting dalam
sebuah sistem pendidikan di sekolah yang menentukan maju mundurnya sekolah. Ia
sebagai kepala sekolah berfungsi sebagai konduktor yang mengatur irama
pendidikan sehingga kontribusi dari setiap guru dan tenaga kependidikan bisa
menghasilkan harmoni yang indah. Harmoni itu tak lain dan tak bukan adalah
kualitas pendidikan sekolah yang bisa diukur melalui hasil ujian, keterampilan,
maupun sikap para peserta didik.
“Saya selalu bilang ke para
guru, kita tidak bersaing dengan siapa-siapa. Kita hanya perlu berusaha
memberikan yang terbaik dalam menjalankan profesi kita. Sebagai guru kita harus
jadi contoh dan teladan bagi murid dan juga masyarakat. Dan jika kita
bersama-sama melakukan itu, dunia akan berubah menjadi lebih baik,” ungkapnya.
Segala kemajuan yang telah
diperoleh SMA Kristen Kapan tidak membuat Yerfiana berpuas diri lalu berpangku
tangan. Ia mengakui, tantangan untuk mempertahankan status sekolah
berakreditasi A bukan pekerjaan mudah. Selain itu, ia juga ingin agar sekolah
yang dipimpinannya bisa terus berkembang.
“Di tingkat Provinsi NTT,
sekolah kami ada di urutan 53. Kami akan terus berusaha sehingga tahun depan
bisa naik lagi. Kami akan tetap mempertahankan pola kerja kami sambil mencari
inovasi-inovasi baru supaya tetap ada perubahan dan peningkatan kinerja. Kami
juga akan terus mengembangkan kegiatan kesiswaan sehingga siswa benar-benar
bertumbuh dalam seluruh aspek kehidupan, baik pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotor), maupun sikap (afeksi),” ujar Yerfiana. (red/adv)
0 Comments