Jawa Timur,
Cakrawala NTT - Buku
"Ujung Pena Guru Kampung II" (Sepekan di Charis National Academy)
karya Maksimus Masan Kian, Ketua Asosiasi Guru Penulis Indonesia (Agupena)
Cabang Flores Timur, diluncurkan di Kota Malang, Jawa Timur. Peluncuran terjadi
pada Sabtu (2/3) terpusat di Sekolah International Charis Academy. Sebuah
sekolah bertaraf internasional di Kota Malang.
Peluncuran Buku "Ujung Pena Guru Kampung II" berlangsung di
Lantai III Auditorium Charis. Sesi ini menjadi pembuka Kegiatan Teachers
Conference 2019 yang dilangsungkan pada sekolah tersebut. Hadir sebagai
peserta, seluruh civitas akademi Charis Malang dan perwakilan guru se-Indonesia
yang mengikuti kegiatan Teachers Conference.
Susane Kristianto, Kepala TK/SD Charis mewakili Pimpinan Lembaga Charis
menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Maksimus Masan Kian, guru di
pelosok Flores Timur NTT yang bisa berpikir kreatif menulis apa yang dilakukan
di Charis.
"Rasanya biasa saja, apa yang kami lakukan di Charis, tetapi setelah
membaca buku Ujung Pena Guru Kampung, kami menemukan hal luar biasa yang
menginspirasi. Itulah kelebihan seorang penulis yang mampu mengemas bahasa
inspiratif dan memotivasi. Mestinya, hari ini pimpinan kami turut hadir, namun
ada agenda penting yang tidak bisa ditinggalkan maka beliau tidak bersama
dengan kita. Kami terus berdoa dan memberi dukungan untuk Mas Maksi agar dapat
mengembangkan bakat dalam menulis dan mampu berbagi ide positif demi kemajuan
pendidikan dan pengembangkan kreativitas anak bangsa," tutur
Susane.
Sementara itu Maksimus Masan Kian menuturkan, Buku Ujung Pena Guru Kampung berisi
tulisan pengalamannya selama
sepekan melakukan studi banding di Charis International School akhir Bulan
Maret 2018. Dari
pengalaman seminggu di Charis itulah, ia membuat tulisan tentang apa saja
yang terjadi di sekolah bertaraf internasional ini. Mulai dari siswa datang
pagi ke sekolah, kreativitas
pembelajaran di kelas, pembelajaran di luar kelas, ide-ide "gila" di
Charis seperti tidak menggunakan bel, literasi sekolah, sanitasi sekolah, model
pembelajaran yang kreatif, soal leaderahip, managemen, dan lain-lain.
“Saya merasa
bangga bisa mendapat kesempatan meluncurkan buku di Kota Malang. Tidak pernah
saya bayangkan. Ini berkat dukungan dan apresiasi dari banyak pihak terlebih
lembaga charis yang dengan tangan terbuka menerima saya. Benar bahwa
profesi kita menjadi mulia karena karya. Tanpa karya kita tidak bisa mendapat
ruang seperti ini. Guru di era ini memang dituntut untuk selalu dan senantiasa
mengupdate kemampuan dan menambah wawasan dengan berkarya. Dan melalui
aktivitas menulis, bisa menjadi jembatan peningkatan profesionalisme guru. Setelah
diluncurkan, buku ini akan disosialisasikan dan bisa beredar ditangan bapa ibu
guru di Kabupaten Flores Timur atau di luar NTT. Sangat cocok dibaca oleh
Kepala Sekolah dalam mengelolah sekolah yang kreatif, inovatif dan
menyenangkan. Walau dikampung, menjadi guru kampung, tidak menjadi penghalang
untuk berkarya dan mampu menginspirasi bangsa,” jelasnya. (*)
0 Comments