Kota Kupang,
Cakrawala NTT_Dunia pendidikan NTT beberapa waktu lalu sempat dihebohkan oleh
pencapaian salah satu siswa SMAN 8 Kota Kupang, Yohana Djara Dima yang berhasil
meraih prestasi dalam Lomba Bermedia Sosial dalam kaitan dengan Gerakan
Nasional Revolusi Mental (GNRM). Prestasi dalam lomba yang diadakan oleh
Kementerian PMK, Kemendikbud, dan Kominfo tingkat Provinsi NTT ini membuat Yohana
dan rekannya kemudian diutus mewakili provinsi NTT untuk mengikuti sosialisasi
dan penguatan GNRM di Jakarta pada Desember 2017 lalu. Setelah mengikuti
kegiatan tersebut, siswi ini pun terlibat aktif dalam menyebarkan pesan-pesan
positif bagi orang lain melalui akun media sosialnya.
Berbanding
terbalik dengan teman sekolahnya, FR justru menghebokan dunia maya dan dunia
pendidikan NTT dengan postingan bernada negatif di akun facebooknya. Siswa
kelas XI Bahasa II SMAN 8 Kota Kupang ini justru melontarkan sejumlah makian
kepada guru PPL di sekolahnya. Selain makian bagi guru PPL, FR pun sempat menyinggung
bahwa di sekolah, dirinya juga tidak menghargai guru honor. “...Guru honor sah b sn hargai ma lu datg
gila hormat dsnii le,” demikian kutipan status di facebook Febbryantii Rohii
tersebut.
Terkait
permasalahan ini, Kepala SMAN 8 Kota Kupang, Haris Akbar, S.Pd kepada Awak Media di ruang kerjanya, Sabtu (10/03/18) membenarkan bahwa siswa dengan nama akun
facebook Febbryantii Rohii merupakan siswa di sekolahnya, khususnya di kelas XI
Bahasa II.
Kepada awak media,
Haris menyesalkan apa yang telah diposting oleh siswa ini di media sosial dan
telah menjadi viral di group Viktor Lerik (Bebas Bicara Bicara Bebas). Menurutnya,
apa yang dilakukan oleh siswa ini secara tidak langsung seolah-olah menelanjangi
semua guru yang ada di sekolahnya. Ini sudah termasuk dalam kategori pelanggaran
berat.
“Guru PPL
saya terima mereka sebagai guru dan fungsi keguruan mereka diaplikasikan di
sini, jadi sebenarnya tidak ada perbedaan dengan guru lain. Apa yang dilakukan
ini sudah masuk dalam kategori pelanggaran merah. Untuk itu, hari ini kami
adakan rapat dewan guru khusus untuk membahas mengenai hal ini. Jadi nanti kita
lihat apakah dia nanti akan kita beri pembinaan, skorsing dengan tugas khusus
atau kita pecat,” tutur Haris.
Haris mengakui
bahwa apa yang dilakukan oleh FR memancing reaksi dari berbagai kalangan,
termasuk para guru di SMAN 8 Kota Kupang dan juga para alumni. “Semua guru
bahkan para alumni yang tergabung dalam grup-grup WA marah dan menyesali hal
ini,” tuturnya.
Dikatakan
pula bahwa hingga saat ini, FR belum dipanggil secara khusus, sebab kejadian tersebut
baru berlangsung tadi malam (Jumat, 09). Tetapi dengan bukti-bukti postingan yang
ada di facebook, dewan guru langsung mengadakan rapat khusus.
Lebih jauh, Haris
menegaskan bahwa keberadaan siswa di sekolah tidak hanya dilihat dari sisi kemampuan
intelektualnya semata, tetapi juga dari sikap dan perilakunya; Dan untuk
membentuk karakter siswa, sebenarnya pihak sekolah terus menggalakan berbagai
cara, seperti penguatan karakter melalui proses belajar pada semua mata
pelajaran, khususnya mata pelajaran Agama, PKn, dan sebagainya; kemudian
disiplin; kegiatan-kegiatan kesiswaan; dan hal-hal lainnya.
“Tidak
apa-apa jika siswa memperoleh nilai 60. Jika dia memperoleh nilai yang demikian
tetapi dia tertib, sopan dan mau mengikuti proses pembelajaran yang diberikan guru
dengan baik, maka tentu siswa ini bisa kita bantu,” paparnya. Sebaliknya, jika
ada permasalahan yang berhubungan dengan sikap dan perilaku, maka di sana ada
pertimbangan dan penilaiannya tersendiri.
Sementara
itu, salah satu guru PPL di SMAN 8 Kota Kupang yang merasa menjadi sasaran
makian FR menuturkan bahwa dirinya tidak tahu apa permasalahan sebenarnya hingga
FR melontarkan makian baginya di media sosial.
“Saat itu, ujian
di kelas XI Bahasa I belum selesai dan siswa masih kerja soal. Sementara itu,
kelas XI bahasa II masih kosong, sehingga siswa dari kelas XI bahasa II meminta
supaya saya masuk di kelas mereka. Jadi saya kasih soal ke teman guru untuk
bagikan ke siswa di kelas XI bahasa II agar mereka kerja dan teman guru saya
yang awasi mereka,” ungkap guru PPL yang tak ingin namanya disebut ini.
“Di kelas
pelaku, saya sempat bicara; ‘besong (kalian) kerja, tetapi jangan menyontek, karena kalau menyontek juga pasti guru tahu.’ Hanya
itu saja. Jika dikatakan bahwa dia bermasalah dengan tatapan saya hingga timbul
statement seperti itu, saya tidak tahu,” tambahnya.
Terkait hal ini, para guru PPL di sekolah tersebut mengakui bahwa sebagai guru PPL mereka sangat menghargai keputusan pihak sekolah. “Kami sudah laporkan ke pihak sekolah dan kami menunggu keputusan pihak sekolah. Jika pihak sekolah tidak merespon hal ini baru kami akan mengambil langkah selanjutnya,” tutur salah satu guru PPL.
Hingga
berita ini diturunkan, belum ada konfrimasi terkait hasil rapat dewan guru yang
membahas mengenai sanksi yang akan diberikan kepada FR. Haris sendiri
mengatakan bahwa akan memberikan kabar terkait hasil rapat dewan guru tersebut.
Sedangkan FR pun belum dapat dihubungi hingga saat ini untuk dimintai
klarifikasi terkait postingan di akun facebooknya. (Jef/Lenzo)
0 Comments